Terkadang pasangan yang sudah bersatu tidak sepenuhnya bahagia seperti yang mereka kira. Terkadang mereka yang tidak beruntung, bersatu dengan orang yang mereka sayangi justru malah selalu mendapat masalah. Baik itu masalah pribadinya, orangtua atau bahkan masalah lainnya yang membuat pasangan itu merasa lelah dan ingin menyerah. Sama seperti halnya yang dirasakan Karis, Gisa, Maudina dan Utam. Awalnya mereka adalah pasangan yang bahagia seperti yang lainnya, dan masalah yang mereka hadapi sama juga dengan yang lainnya. Namun, semua berubah setelah orangtua Karis dan Maudina membuat kesepakatan untuk menjodohkan keduanya.
Kaget? Jelas.
Kecewa? Banget.Kadang mereka suka berfikir, kenapa kisah mereka jadi serumit ini? Tak bisakah mereka merasakan indahnya pacaran dengan tenang, sekali saja? Jawabannya mungkin tidak, karena yang mereka rasakan hanya kepedihan dan perjuangan yang tidak ada habisnya. Bahkan diantara kedua pasangan itu ada satu yang menyerah, Utam-Maudina.
Hidup kadang sesulit ini, ada yang saling mencintai dan ingin hidup bersama, tapi mereka tidak mendapatkan ruang untuk itu. Karena apa? Orangtua yang tak mendukung keputusan mereka, tak mau mengerti dan terlalu peduli akan imagenya. Namun mereka tidak pernah sadar, kalau ada hati yang retak karenanya.
"arrgh... Kenapa pipi gue merah mulu kalau lagi bayangin kejadian tadi sih." Gisa merutuki dirinya sendiri ketika menyadari kalau ia terus terbayang dan terus merasakan apa yang cowo itu lakukan padanya.
"Karis... Namanya Karis. Gue harus inget itu." gumamnya.
Tok tok
Suara ketukan pintu membuat ia menetralkan pernafasannya dan mencoba untuk tidak mengingat kejadian tadi. Arrgh... Kenapa rasanya kayak jatuh cinta? Batinnya. Tapi mana mungkin ia jatuh cinta pada cowo yang mengaku sebagai pacarnya itu, hanya karena sebuah kecupan singkat.
"eh Dokter." sapa Gisa ketika mendapati orang yang masuk ke ruangannya ini adalah Nathan, Dokter yang menanganinya.
"hm... Pagi Gisa."
"pagi dok." balasnya kemudian tersenyum ramah.
"bahagia banget kayaknya, kenapa nih?" Nathan yang menyadari ada raut berbeda dari Gisa segera bertanya.
"eh nggak kok, biasa aja." sangkalnya.
"lagi jatuh cinta kayaknya." goda Nathan yang membuat pipi Gisa memanas dan lagi-lagi jantungnya berdetak tak karuan.
"oh... Jadi bener ya. Jatuh cinta sama siapa?"
"ih... Apaan sih, nggak kok dok."
"masa? Suka sama siapa? Gandy atau Karis?"
"nggak, dokter."
"dih... Malu-malu gitu. Pasti Gandy ya?" tebak Nathan. Namun Gisa hanya tersenyum, entah kenapa ia tak suka jika Nathan menebak Gandy, bukan Karis.
"bukan Gandy ya, terus siapa? Karis ya?" seperti bisa membaca pikiran, jika tak menjawab pertanyaan berarti tebakannya salah.
"hah?"
"oh iya, berarti Karis ya. Yang ngaku pacar kamu itu."
"nggak dokter, apaan coba."
"sampe salting gitu ya saking senengnya."
"Dokter..." Nathan terkekeh geli karena berhasil membuat gadis ini jengkel, padahal dihatinya Gisa kini sudah melambung tinggi, seraya ada kupu-kupu diperutnya. Digoda Nathan saja sudah baper, apalagi sama orangnya langsung.
"mau kontak Whataap-Nya?"
"emang dokter punya? Eh." kini Gisa merutuki dirinya karena sekarang ia sudah ke tangkap basah kalau dirinya memang penasaran dengan cowo yang bernama Karis itu.
"nggak sih, Gandy yang punya. Minta aja sama dia."
"Gandy punya? Emang dia kenal?"
"kenal, tanya Gandy aja. Selesai." kata Nathan setelah ia selesai memeriksa keadaan Gisa.
"dok, sampai kapan saya disini?"
"sampai kamu benar-benar pulih, 1 atau 2 minggu lagi, mungkin." Gisa menghela nafas kasar ketika ia tahu kalau ia akan berlama-lama dirumah sakit ink, dan sudah dipastikan ia akan bosan disini terus.
"oh iya, Gandy katanya mau ke sini. Sebentar lagi pasti datang." Nathan berlalu pergi meninggalkan Gisa.
"pagi Gisa..." sapa Gandy. Ternyata benar kata Nathan, Gandy benar-benar datang.
"tumben lo baik sama gue, lo lagi gak ada maunya kan?" curiga Gisa, karena sejak dulu jika Gandy mendadak baik seperti ini pasti ada aja hal yang harus ia lakukan.
"yaelah, masih inget aja lo. Tapi bener sih."
"tuh kan, sekarang gue lagi sakit. Gue gak bisa."
"permintaan gue gak neko-neko kaya dulu kok. Gue cuma pengen hati lo."
"haha... Lo sakit ya? Lo pikir hati gue apaan, pake dipinta-pinta segala."
"karena sekarang gue sadar, gue suka sama lo Gis." kata Gandy. Sedangkan Gisa hanya diam. Ia gak tahu kenapa hatinya biasa saja, tidak senang seperti dulu, ketika Gandy melontarkan kata-kata yang hanya bercanda tapi Gisa justru baper dibuatnya. "gue tau, lo udah suka sama orang lain.Cinta emang kuat ya, meskipun sekarang otak lo lagi geser."
"anjir lo, ngatain gue."
"lo kan amnesia Gis."
"bukan berarti Otak gue geser juga kali. Gue gak gila."
"haha iyalah. Selupa-lupanya otak lo sama Karis, tapi hati lo tetap milik dia."
"gak ada kesempatan lagi buat gue ya Gis?"
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Teen FictionSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...