42. Princess

104 5 8
                                    

"Gisa." merasa ada yang memanggil namanya, ia kemudian berbalik, melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.

Karis...

Cowo ini, kenapa dengan dia? Wajahnya kusut, rambutnya yang acak-acakan, mata yang sembab, kantung mata dengan bulatan hitam disekitaran matanya menandakan bahwa ia tidak dalam keadaan baik-baik saja. Melihat ini membuat hati Gisa sedikit sakit. Entah kenapa ia sedih melihat keadaan Karis yang seperti ini. Dengan segera, ia menghampirinya.

"Gis..." panggilnya lagi. Gisa hanya menatapnya, tanpa berkomentar apa-apa Gisa memapahnya masuk ke dalam kamar kemudian menidurkannya diranjang. Ia akan pergi, namun tiba-tiba tangan kanannya ditarik oleh Karis dan membuatnya terduduk diranjang dan membuatnya harus berdekatan dengan Karis. Kini wajah Gisa dan Karis benar-benar dekat, hanya beberapa centimeter saja. Jika ada orang yang melihat, maka akan terjadi fitnah.

"makasih udah mau dateng" Gisa menelan ludahnya susah payah, entah kenapa suara Karis terdengar begitu sexy ditelinganya. Bahkan ia bisa mendengar deru nafasnya yang menyapu telinganya. "aku merindukanmu, my Princess."

Duar... Jantung Gisa benar-benar serasa akan meledak sekarang. Ia merasakan panas diseluruh wajahnya, dan ia yakin kalau sekarang wajahnya benar-benar akan mirip seperti kepiting rebus. Bagaimana bisa ia menjadi bungkam hanya karena mendengar suara Karis? 

My princess

Panggilan itu mampu membuat Gisa kelabakan, entah kenapa rasanya ia ingin sekali menjerit sekeras-kerasnya karena saking senang dipanggil seperti itu oleh Karis. Namun, entah kenapa ia juga merasa seperti merindukan Panggilan itu. Apakah memang Karis selalu memanggilnya seperti itu?

"aku sayang sama kamu, plis... Jangan tinggalin aku." katanya. Kini Karis memeluknya, rasa rindunya langsung terobati karena kehadiran Gisa. Ia benar-benar tidak bisa kehilangan Gisa, ia tidak bisa hidup tanpanya. 

Gisa berusaha melepas pelukannya, tapi Karis malah semakin mengeratkan pelukannya.

"ris, aku pegel dipeluk kayak gini." ucap Gisa. Karis melepaskan pelukannya, dan menatap Gisa datar. Ini lagi romantis-romantisnya, kok Gisa malah bilang gitu?

Memang iya, Gisa yang posisi duduk harus memeluk Karis yang memang posisinya sedang tiduran. Mungkin lama kelamaan jadi pegal.

"Gis, ini lagi acara kangen-kangenan, kok malah dirusak?" Gisa hanya nyegir tanpa dosa menanggapinya.

"badan kamu panas banget, muka kamu juga pucet, rambut juga udah lengket gitu. Kamu berapa hari gak mandi?" untuk kesekian kalinya, Karis rasanya ingin nikahin Gisa sekarang juga. Kok bisa ya ia suka sama cewe modelan gini. Ia tidak mengerti apa, kenapa dirinya jadi kayak gini?

"setaun." jawabnya ketus. Asli, ini Karis kessel banget sama Gisa. Wajah polosnya membuat Karis ingin menciumnya sekarang juga. Tapi ia juga sadar, ini dikamar, takut terjadi hal-hal yang membuatnya jadi khilaf.

"udah makan?" Karis menggeleng.

"mau makan?"

"gak laper."

"oh, ya udah."

"kok gitu doang?" Gisa mengernyit, bingung dengan sikap Karis.

"terus?"

"huft... Sabar, pacaran sama yang gak peka emang gini."

"kamu mandi gih, aku mau bikin bubur dulu."

"wah... Ralat deh, kamu emang peka ya."

"aku mau bikin buat aku doang, aku laper." jawab Gisa yang membuat Karis benar-benar jengkel.

"jadi, bukan buat aku?"

"katanya gak laper."

"ya... Kamu pekalah, harusnya kamu tawarin, mau aku suapin? Gitu." tanpa menjawab ocehannya, Gisa melenggang pergi. Dan untuk pertama kalinya Karis greget dengan sikap Gisa. Rasanya ia ingin salto sekarang juga.

"kayaknya Gisa ketularan virus Utam deh. Kok bisa cuek gitu sih sama gue?"

Beberapa menit kemudian, Gisa datang dengan semangkuk bubur ditangannya kemudian menghampiri Karis yang masih setia duduk dikasurnya.

"belum mandi juga?"

"aku kan lagi sakit, kalau mandi nanti tambah sakit lagi." Karis berucap manja yang membuat Gisa menggeleng kepala.

"Terus kamu mau makan dengan  keadaan kayak gini? Asli ya, aku pengen banget nyeburin kamu ke kolam."

"aku kan lagi sakit Gisa sayang."

"setidaknya cuci mukalah. Sana. Risih tau gak liat muka kamu."

"kenapa emang? Jelek ya?"

"BANGET."

"masa sih?"

"buruan cuci muka sana."

"ya udah, aku cuci muka dulu ya my princess."

"oke, sekarang kamu makan."

"suapin?"

"ya udah." Gisa dengan sabar menyuapi Karis, hingga tidak ada lagi yang tersisa.

"jaga kesehatan, jangan sok-sokan mogok makan. Emang aku gak sedih liat kamu kayak gini?" Karis terdiam, menatap Gisa tak percaya. "meskipun aku lagi amnesia, tapi tetep aja hatiku tau kalau kamu adalah cintaku."

"kamu tau, gimana sedihnya aku saat aku tau kalau kamu bakalan menyerah sekarang?"

"pesan itu, kak Utam yang jawab."

"kenapa gak ngasih tau? Kamu tau gimana frustasinya aku?"

"sedalam itukah rasa cintamu?"

"kamu gak percaya?"

"aku percaya, karena aku juga merasakan hal yang sama."

"jangan bilang akan menjauh, kita hadapi masalah ini bersama ya." ucap Karis, Gisa tersenyum.

"I love you, my prince."

"I love you too, my princess."







"apa kamu akan setega itu pisahin mereka?"

***
Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang