Camer's calling...
Who is the camer? Camer siapa??? Tolong kasih tahu Gisa, camer siapa?
"angkat tidak ya... Ya allah, gue galau. Ini siapa yang nelpon?" gerutunya dalam hati. Asli, ini Gisa gak tahu kenapa tiba-tiba jadi loading gini. Sinyalnya lagi 2G kayaknya.
"angkat aja'lah, daripada penasaran."
"halo..."
"ini Gisa?"
"iya,"
"ini mamanya Karis."
mamanya Karis? Kok bisa namanya jadi camer?
"oh... Iya, kenapa mam-- maksudnya tante?"
Yaelah... Pake acara typo segala sih.
"gak papa kok mau manggil mama juga."
"tadi salah nyebut mam--"
"ah, manggil mama aja."
"iya deh, ma."
"Mama mau ketemu sama kamu, bisa gak?"
"hm... Gimana ya? Aku ijin dulu ya."
"tadi mama udah bilang sama Resi, dia udah ijinin."
Sama kak Utam gak bilang ya?
"oh ya udah, mau ketemu dimana?"
"nanti mama sms alamatnya."
"oh iya."
***
Disinilah Gisa berada, Rumah keluarga Fadillah. Dia benar-benar tidak menyangka kalau ia akan dibawa ke sini. Ke rumah-- tidak, bukan hanya rumah, tapi ia diajak masuk ke kamar Karis.
"sudah beberapa hari ini Karis gak mau makan, gak mau kuliah, dia cuma mau diem dikamarnya terus. Mama khawatir dia kenapa-kenapa? Mama takut kalau Karis bakalan sakit lagi waktu kamu kecelakaan dulu." Gisa tertegun mendengar penuturan Ira, mamanya Karis. Sakit? Apakah sampai seperti itu?
"dan mama gak mau Karis sakit lagi. Kalau tahu efeknya akan kayak gini, mama gak akan pernah paksa Karis buat tunangan sama Dina."
"tunangan?"
"ah iya, mama lupa. Kamu kan lagi amnesia."
"ma, Kalau boleh tahu, sebenarnya apa yang terjadi?"
"emangnya gak ada yang cerita?" Gisa menggeleg, faktanya memang tidak ada yang mau menceritakannya padanya.
"jadi--"
"eh, ada Dina ya?" ucap seorang pria paruh baya sembari berjalan menghampiri Ira dan Gisa berada. Gisa menoleh ke arah sumber suara.
"lho, ini siapa?"
"ini Gisa pa, pacarnya Karis." jawab Ira. Fadlan, papanya Karis sedikit terkejut mendengarnya. Oh iya, ia baru ingat kalau Karis dan Ira sering memperdebatkan nama Gisa. Tapi untuk apa ia kemari? Karis sudah bertunangan dengan Dina, dan tak lama lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan.
"apa-apaan ini? Ngapain gadis ini kemari?" suara Fadlan yang sedikit tinggi membuat Gisa terkejut dibuatnya. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan papanya Karis dan ia langsung kena semprotan seperti ini.
"pa, Karis lagi sakit, dan dia pengen ketemu Gisa."
"ma, apaan lagi ini? Bukannya kamu menyangkal hubungan mereka?"
"dulu sih, iya. Tapi sekarang aku sadar kalau aku gak bisa membiarkan Karis terus tertekan seperti itu."
"lalu bagaimana dengan pernikahannya?"
"kita bisa membatalkannya."
"bagaiman bisa? Undangan sudah disebar, kamu mau mencemarkan nama baik keluarga ini?"
"apa? Kapan? Aku gak tau soal ini."
"seminggu yang lalu."
"pa, kenapa gak dikonfirmasikan dulu sama aku?"
"kamu sibuk terus, jadi aku--pokonya pernikahannya jangan sampai batal!"
"pa, ini demi kebahagiaan Karis."
"terus nama baik keluarga ini?"
"pa, kenapa sih harus sibuk memikirkan image? Kebahagiaan anak kita, itu yang terpenting."
"tapi Karis kan sudah setuju."
"nggak, aku bakalan batalin." Ira meliril Gisa, ia baru sadar kalau ia gak seharusnya membicarakan ini didepan Gisa. "kita bicara dibawah."
Gisa masih menatap kedua pasangan suami istri itu yang pergi menjauh darinya. Entah kenapa, tapi hatinya benar-benar sakit ketika mendengar hal itu. Apakah ini yang namanya cinta tanpa restu orangtua? Apakah rasanya sesakit ini? Ternyata bukan hanya Utam yang melarangnya untuk menjauh dari Karis, tapi orangtua Karis juga. Mungkin keputusan awalnya sudah benar, ia memang harus lupain dia.
"harusnya gue gak usah dateng ke sini." Gisa segera pergi meninggalkan tempat itu, namun pergerakannya terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya.
"Gisa."
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Ficção AdolescenteSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...