40. Terlalu Berat

93 3 2
                                    

Ujian apalagi ini... Kenapa rasanya sulit sekali bersatu dengan orang yang aku sayang. Apakah yang telah tuhan rencanakan dengan masa depanku? Aku mencintainya, tapi kenapa semua pihak melawan keputusanku. Orangtuaku, keluarga Gisa, semuanya menolak hubungan ini. Apakah hubungan yang kami jalani ini salah?

"arrgh..." Karis benar-benar frustasi. Kali ini ia benar-benar kesal dengan semua orang. Kenapa keinginannya ini dikekang banyak orang, apa salah jika ia hanya mencintai Gisa dan tak mau menikah dengan Dina? Karis adalah Karis, dia juga manusia yang punya batas kesabaran. Dan kali ini, ia sudah benar-benar lelah mengalah. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara ia memperjuangkan cintanya. Ia lelah, ia cape, ia bosan. Usahanya selama ini tak membuahkan hasil apa-apa. Harapannya hanya Gisa, dan sekarang Gisa juga tidak mendukungnya lagi. Ia sudah tak punya harapan hidup lagi. Jika semua orang tak pernah mendukung keinginannya, untuk apa ia hidup?

Gisa, orang paling ia sayang dan harapan satu-satunya juga sudah tak bisa mendukungnya. Ia kini kalah, ia menyerah...

"hidupku adalah tentangmu, Gis. Kamu tahu itu?" Karis berbicara pada figura yang ia pegang, menampakkan foto Gisa bersama dengan dirinya. "kalau kamu juga akan pergi, bagaimana dengan diriku?"

"Gisa, kenapa kamu harus berbicara seperti itu? Kamu udah melumpuhkan pertahananku."

"Gis... Kamu tahu? Aku tuh cinta sama kamu. Pernikahan itu, gak akan pernah ada. Perjodohan itu juga gak akan pernah ada."

"undangan ini? Ini hanya kertas, yang bisa aku hancurkan sendiri. Liat ini Gis, liat!" katanya, ia mulai merobekkan undangan yang selalu Utam ungkit-ungkit. Inilah penyebab utamanya, hubungannya akan benar-benar hancur sekarang.

"kamu lihat? Ini hanya kertas yang bisa dihancurkan. Pernikahan itu, gak akan ada. Kamu harus percaya, Pernikahan itu gak akan ada." Karis terus berbicara pada figura yang sama, seolah ia memang sedang berhadapan dengan Gisa. Gila? Apa sekarang Karis menjadi Gila? Seberat itukah masalahnya sekarang? Sampai kamu frustasi seperti ini?

Tanpa ia sadari, Ira, mamanya memerhatikannya dibalik pintu. Ia mendengar setiap apa yang dikatakan anaknya. Kesedihannya membuat Ira tak bisa menahan airmatanya, ia tidak kuat melihat Karis yang berubah seperti ini. Ia kini menyesal, andai saja ia menuruti kemauan anaknya, mungkin Karis gak akan sefrustasi ini. Tapi, semua sudah berlalu, penderitaan yang Karis rasakan sekarang ini adalah keegoisan dirinya, dahulu.

"maafin mama Karis."

Perlahan Ira membuka kamar anaknya, begitu terkejutnya ia melihat keadaan kamar anaknya ini. Berantakan. Bahkan ini lebih parah dari sebelumnya, ketika Gisa mengalami kecelakaan.

"Karis..." panggilnya. Ia menoleh.

"Karis, maafin mama. Mama nyesel..."

"percuma, semua udah terlambat. Gisa udah gak mau sama Karis lagi ma. Utam udah gak restuin Karis lagi. Mama tahu? Susahnya Karis buat dapet restu dari Utam gimana? Tapi setelah Karis dapatkan kesempatan terakhir dari Utam, mama menghancurkan semuanya."

"apa mama gak pernah ngertiin perasaan Karis? Apa mama pernah tanya apa yang Karis mau? Nggak kan? Mama hanya peduli dengan kemajuan perusahaan itu. Tidak peduli betapa beratnya Karis ketika Karis harus memilih antara mama dan Gisa."

"maaf, mama menyesal."

"udahlah ma, Gisa gak akan balik sama Karis lagi."

"mama akan ngomong sama keluarga itu."

"percuma. Mereka gak akan restui Karis lagi. Karena kemarin adalah kesempatan terakhir Karis."

"mama akan berusaha."

"Karis cape ma, Karis harus ngelakuin apalagi?" Ira memeluk anaknya, kenapa ia baru sadar kalau anaknya akan hancur seperti ini? Gisa. Gadis itu alasannya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Karis akan menjadi seperti ini.

"maafin mama ya, mama janji akan perbaiki semuanya."

"Karis pengen ketemu Gisa ma."

.
.
.

Sudah lebih dari setengah jam, Gisa terus pantengin ponselnya berharap Karis membalas pesan terakhirnya. Nyatanya, ia hanya men-read saja. Gisa sedikit kesal karena Karis menghiraukan pesannya. Kemana dia? Apa dia sedang kuliah? Arrgh... Kenapa tiba-tiba hati Gisa jadi tidak enak begini? Kayak ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, ia jadi gelisah dan keinginannya sekarang adalah kabar dari Karis.

Ia kini membalikkan ponselnya berusaha agar ia tidak menunggu kabar darinya. Tak lama kemudian, notifikasi masuk ke ponselnya. Segera ia membuka lock dan melihat pesan yang baru saja masuk. Ekspresinya berubah murung ketika melihat siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

2 pesan baru
Operator

"Operator ya..." Gisa mencebikkan bibirnya. Kesal rasanya ketika yang ditunggu siapa, yang datang siapa?

"yaelah... Operator aja spam chat, masa doi nggak?"

















Camer's calling...

***
Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang