18. Double Date

137 3 7
                                    

Seperti yang sudah ditentukan saat pertemuan kemarin malam, Karis dan Maudina kini tengah berada dalam perjalanan menuju ke kediaman Gisa. Kelakuan Karis ini justru membuat Maudina jengkel dibuatnya. Bagaimana bisa disaat ia khawatir akan pertunangan, bertambah sekarang ia harus membeli cin-cin pertunangan dan gaun untuk pertunangannya nanti, Karis masih sempet saja mikirin ngedate bareng Gisa.

Harusnya, disaat genting Seperti ini, ia memikirkan bagaimana cara agar hari pertunangan itu tidak terjadi, bukannya malah sekalian ngedate bareng Gisa.

Sesampainya disana, Karis kemudian turun dari mobil meninggalkan Maudina, tanpa basa-basi atau mengajaknya untuk turun bersama. Ia terlalu senang karena setelah sekian lama, akhirnya ada kesempatan juga buat ngedate bareng Gisa. Kesibukan kuliah, dan masalah yang terus menerus datang membuat Karis lupa kalau ia butuh waktuberdua dengan Gisa.

Didalam mobil, Maudina menggerutu kesal dengan Karis. Bukannya mengajaknya untuk masuk kedalam, malah pergi meninggalkannya bahkan tanpa menawarkan atau sekadar berbasa-basi, atau apa kek, yang buat ia bisa ketemu Utam atau nggak, pengen ketemu calon mama mertuanya.  Setelah berpacaran dengan Gisa, Karis memang sedikit menghiraukannya.

Setelah Karis masuk, ternyata Gisa sudah menunggunya diruang tengah, yang sedang mengobrol dengan Utam.

"eh, ada Utam." kata Karis. "apa kabar?"

"kenapa? Lo mau ngedate bareng Gisa?" tanya Utam dengan nada dingin.

"iya, lo mau ikut?" katanya menawarkan, kali aja mau. Kan kasian Maudina nanti jadi nyamuk karena jalan bertiga.

"gak, males gue." jawabnya.

"ada Maudina juga. Yakin gak mau ikut?"

"Maudina ikut? Ngapain?" tanyanya. Ekspresinya berubah setelah mendengar nama Maudina.

"mau beli cin-cin buat tunangan nanti." jawab Gisa yang dari tadi hanya diam melihat percakapan dua cowo didepannya.

"tunangan? Kapan tunangannya?" tanya Utam yang penasaran, karena Maudina belum cerita sama sekali tentang pertunangan ini.

"kurang lebih sebulan lagi." jawab Karis.

"oh." jawan Utam singkat yang membuat Gisa dan Karis melongo tak percaya dengan jawaban yang Utam lontarkan.

"oh? Oh doang kak?" tanya Gisa.

"iya."

"yuk ah, pergi." ajak Gisa langsung menarik tangan Karis meninggalkan Utam. Kesal dengan sikap Utam yang seperti itu. Apa tanggapannya oh doang setelah tahu kalau pertunangannya secepat itu?

"Din, lo pindah belakang." kata Karis setelah ia berada diambang pintu mobilnya. Ia menyuruh Maudina pindah ke jok belakang, karena gak mungkin Juga ia duduk bareng Maudina didepan, sedangkan Gisa ada bersamanya.

"Udah, aku belakang aja." tawar Gisa.

"nggak Gis, lo harus duduk bareng gue." kata Karis.

"kalian duduk belakang, gue yang nyetir." katanya langsung menyambar kunci mobil yang sedari tadi dipegang oleh Karis.

"kak Utam, katanya gak ikut?" ucap Gisa.

"buruan masuk!" katanya langsung masuk dan membuat Maudina kaget.

"lho, Utam?"

"jangan cemberut, muka udah jelek gitu, tambah jelek."

"-_-"

Cup!

"KAK UTAAAAAAAAAM"

.
.
.

Setelah selesai beli cincin dan gaun untuk pertunangannya nanti, Gisa, Karis, Utam dan Maudina berencana untuk pergi ke Dunia Fantasi, Ancol.
Mungkin sedikit Refreshing bisa melupakan masalah.

"aigoo Dufannnn gue kangen sama lo." kata Maundina sambil berteriak Setelah mereka masuk lokasi tersebut.

"Sayang, jangan teriak-teriak bisa gak? Malu-maluin!" kata Utam mengintrogasinya.

"ihh kan aku seneng bisa ke sini lagi. Oh... Dufannnn"

"dibilangin jangan teriak, cium juga nih." geramnya.

"hadeuh.... Kita duluan ye tam." kata Karis menarik Gisa dan meninggalkan pasangan yang menurutnya mesum gak ketulungan itu. Tadi dimobil mereka ciuman, terus sekarang ditempat umum mau ciuman lagi? Gila ya tuh pasangan emang kurang waras.

"ris, kamu kenapa sih?" Gisa yang dari tadi memerhatikan Karis, yang terus bergumam sendiri akhirnya buka suara.

"kesel gak sih liat Utam sama Dina? Gila aja mereka mau ciuman disini." jawabnya menggerutu.

"sama, kesel. Yang lebih kesel pas tadi dimobil, gila aja maen sosor depan kita."

"iya, tau ah. Yuk, mau naik wahana apa?" tanya Karis.

"alap-alap kuy?" ajaknya yang membuat Karis gak bisa berkata apa-apa lagi. Alap-alap? Hello... Gisa tuh udah gede, yakin mau naik alap-alap?

"kamu yakin? Alap-alap tuh buat anak kecil, kita tuh mainnya halilintar sayang."

"gak mau ah, takut."

"naik kuy!"

"nggak!"

"ayolah."

"nggak Karis... Gak mau, takut!!!"

"ayo Gisa sayang!" Karis terus menarik paksa Gisa agar mau menurutinya, dan mau gak mau Gisa harus mengalah. Sebenernya Gisa itu takut jika harus naik halilintar didufan itu, emang sih gak jauh beda sama alap-alap, tapi ini lebih ekstrim.

"dah, duduk yang cantik ya, kalau takut pegang tangan aku ya? Oke sayang!" katanya meyakinkan Gisa kalau naik wahana halilintar itu jauh lebih menantang dari alap-alap.

"gue turun aja deh, takut..."

"gak bisa, udah sini aja."

"takut!!! Hiks."

"yah, kok nangis sih yang. Gak seru ah..."

"aku mau turun aja."

"dah mau jalan, kuyys."

"ahh... Karis."

"huh... Seruuuuuu!"

"ahhhh takuttt"

"wihhh..."

"ahhhh Karissssss, gue takuttttt"

"pegang tangan aku, yang."

"itu kebalik gitu, gak mau mati sekarang!"

"gak akan mati, yang. Kuyyy"

"aaaaaaaaaaaaaaaa" Gisa yang pada dasarnya udah takut cuma bisa teriak pasrah jika nanti ia beneran mati karena naik wahana ini.

"mati gue, mati..."

"huh... Seru kan yang?"

"mati udah, mati...."

"yang, udahan, mau naik lagi?" tanya Karis.

"kuylah,"

"ris, kita udah mati ya?"

"haha... Mati apanya? Buka matanya."

"gak mau, aku disyurga atau neraka?"

"kamu ada di...... Hatiku."

"ih... Karis jangan becanda gitu dong, aku serius."

"aku juga serius kok sama kamu. Buka matanya atau mau aku cium?"

Gisa membuka matanya perlahan takut-takut kalau ia beneran mati karena naik wahana ekstrim itu.

"baaa"

"kita masih hidup?"

"masih Gisa sayang..."

Huh... Gisa menarik nafas lega. Setidaknya ia gak kenapa-kenapa setelah naik wahana ini.

Cup!

"mau nyoba wahana lain?"

























"dasar Karis mesum, cium-cium ditempat umum." - Gisa.

"oh, mau ditempat sepi? Ayok!" - Karis.

***

Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang