"tinggal beberapa jam lagi." Gumam Gisa yang pastinya didengar oleh Utam.
"sekarang jam berapa?" tanya Utam.
"17. 30 "
"ayo kita bersiap." ajak Utam. Namun Gisa bingung, bersiap untuk apa?
"kita mulai rencananya." ucapnya lagi dan Gisa mengerti.
.
.
." Utam sama Gisa kemana lagi, kenapa belum pulang?" kata Doni. Sedari tadi ia bersama Resi berada diruang tamu menunggu Utam datang. Sesekali melihat ke arah pintu. Namun tidak ada juga tanda-tanda Utam datang.
"udahlah, kita tunggu aja." jawab Resi menenangkan suaminya. Ia tahu bahwa suami sangat khawatir, karena takut jika Utam dan Gisa akan mencoba menggagalkan pertunangannya. Dan tepat di malam ini, acara perrunangan itu diselenggarakan.
Tak lama kemudian, ada suara seseorang membuka pintu. Dan dia adalah...
"assalamualaikum." ucapnya kemudian masuk di ikuti seorang perempuan yang mengekor dibelakangnya.
"waalaikum salam, Utam." jawabnya. Merasa namanya dipanggil, Utam melirik sekilas kemudian segera pergi ke kamarnya tanpa mau menghampirinya terlebih dahulu.
"Utam, tunggu!" perintahnya, Utam berhenti tapi ia tidak melirik atau berbalik ke arah suara itu berasal.
"Utam, papa mau bicara dulu sebentar."
"apa? Jangan tahan Utam pa, Utam ingin memperjuangkan cinta Utam." katanya yang masih membelakangi papanya sendiri.
"ya sudah, Papa bakal ijinin kamu. Yah... Kamu benar. Mungkin papa terlalu menyayangi pekerjaan papa yang udah papa bangun dari kecil banget. Demi kamu papa rela mengorbankan itu semua. Demi kebahagiaan kamu, papa rela." ucapnya yang membuat Utam kaget dibuatnya, apa papanya serius mengatakan itu? Utam benar-benar tidak menyangka dengan hal itu. Biasanya papanya tidak akan mengalah, apalagi soal perkerjaannya. Tapi sekarang, kenapa papanya jadi berubah pikiran?
Utam membalikkan tubuhnya dan menatap papanya, sendu. Ada rasa sedih dan bersalah ketika Utam menatap papanya, namun senyuman tulus dari papanya yang membuat Utam yakin kalau papanya pasti sudah memikirkan semua ini sebelum ia memutuskannya.
"pergilah, jalani rencana kalian berdua." katanya meyakinkan dan tentu saja membuat Utam dan Gisa kaget. Ini beneran papanya Utam ngijinin mereka?
"Gisa, kalau kamu suka sama Karis harusnya kamu ngomong sama Om, biar om bisa kenalin kamu ke papanya Karis." kata Doni, namun Gisa hanya menundukkan kepalanya. Jika tahu dari awal, Gisa juga pasti ngomong sama om. Batinnya.
"ayo kalian bersiap, acara sebentar lagi akan dimulai." Resi ikut mendukung anaknya itu.
"iya ma." Utam dan Gisa segera bersiap, kemudian setelah itu, mereka berpamitan pada Doni dan Resi.
Kini Utam dan Gisa sedang ada diperjalan menuju tempat dimana Karis dan Maudina akan bertunangan. Namun sepertinya mereka harus banyak berjuang menuju tempat itu. Karena kini Gisa dan Utam tengah terjebak macet. Dan tentu saja, keadaan ini membuat Utam dan Gisa panik. Pertunangan ya sebentar lagi akan dimulai, sedang mereka masih ada disini, terjebak macet lagi.
"duh... Ini mau sampe kapan sih macet terus?" Kata Gisa.
"mana gue tau, aduh... Bisa telat kita." Utam sama-sama panik dan tidak tahu harus ngapain lagi sekarang.
"ayo keluar Gis." ajak Utam.
"hah?" Gisa masih bingung.
"ayo buruan, kita cari jalan pintas."
"jalan kaki?"
"naik balon udara, Gis." Utam yang sudah kesal dengan Gisa yang banyak tanya, akhirnya dengan cepat ia menarik Gisa.
"terus mobilnya?" tanya Gisa lagi yang membuat Utam tambal kesal dengannya. Bukannya mikirin cara agar cepat sampai ke tempat tujuan, Gisa malah memikirkan keadaan mobil Utam.
"Gisa, disaat genting kayak gini, lo masih mikirin mobil gue? Helo... Gue aja gak peduli sama mobil gue. Yang gue peduliin sekarang, sampe ke tempat Pertunangan dengan cepat." katanya, kemudian melanjutkan perjalanan.
"kak, yakin ini jalannya?" tanya Gisa.
"iya, gue yakin. Udah, lo ikutin gue aja." kata Utam dan Gisa hanya mengikutinya dari belakang.
"Sekarang kita ke sana." kata Utam.
"nyebrang?" tanya Gisa yang benar-benar bikin Utam naik darah. Gak bisa ya Gisa ngikutin dia aja tanpa harus nanya-nanya?
"kagak Gis, kita terbang aja biar bisa cepet nyampe." kata Utam.
.
.
.Semuanya sudah siap, dan acara pertunangan Karis dan Maudina akan segera dimulai. Dan disaat-saat seperti ini Karis mulai khawatir. Dia bahkan tidak diperbolehkan memegang ponsel oleh mamanya. Dan itu artinya ia juga tidak bisa mengabari Gisa. Sudah beberapa kali Karis melihat seluruh ruangan ini, tamu mulai berdatangan, namu Gisa dan Utam belum juga datang.
Maudina?
Jangan ditanya lagi, dia lagi duduk santai dan mengobrol dengan mamanya. Maudina yang dingin dan jutek pada mamanya, kini menjadi Maudina yang sangat disukai mamanya. Keadaan ini membuat Karis khawatir. Jika Maudina sudah setuju, maka mau gak mau iya juga harus.
Namun, melihat mamanya yang seperti itu, ini kesempatan dirinya untuk masuk kamar dan mengambil ponselnya. Bagaimana pun ia harus mengabari Gisa. Setelah seharian ini tak ada kabar dari Gisa, Karis tetap harus memberitahukan Gisa kalau acara yang seharusnya batal ini, sebentar lagi akan dimulai.
.
.
."ayo Gis, nyebrang sekarang." ajak Utam, dan dengan cepat Gisa mengikuti Utam dengan sedikit lebih cepat. Namun tiba-tiba ada notifikasi yang masuk ke ponselnya. Dengan masih berjalan, Gisa merongoh tasnya mencari benda yang bernama ponsel itu. Dan ia sangat kaget ketika tahu siapa yang mengirimkan nya pesan.
Gisa, lo dimana? Utam jadi kan ngejalanin rencananya? Gue harap iya. Karena Dina kekeh pengen acara tunangan ini berjalan lancar. Gue harap lo lagi usaha buat pertahani Cinta kita.
I Love you😘
Gisa tersenyum, iya, ia akan berusaha. Namun, tanpa disadari ketika membaca pesan tersebut Gisa menghentikan langkahnya ditengah jalan dan Utam sama sekali tidak mengetahui hal itu. Karena yang ada dipikiran Utam cepat sampai ke tempat tujuan.
Karena terlalu fokus pada ponselnya, tanpa Gisa sadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang ke arahnya. Suara klakson mobil itu menyadarkan Gisa, Karena Gisa kaget dan ia bingung harus melakukan apa? Akhirnya ia hanya berteriak dan...
Brukk
Kecelakaan tidak bisa dihindari.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Teen FictionSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...