23. Keegoisan

111 3 0
                                    

Plakk

Doni menampar Utam. Betapa terkejutnya Resi dan Gisa yang melihat kejadian itu. Ada apa dengannya? Kenapa Doni menjadi kasar seperti ini pada Utam? Utam tidak salah kan? Dia hanya ingin haknya, dia ingin papanya mau mengerti dengannya? Tidak ada niat sedikitpun untuk melawan papanya.

"kamu..." Resi menunjuk suaminya atas perlakuannya. Kenapa suaminya ini jadi berubah seperti ini? Utam hanya mengungkapkan apa yang ia lakukan. Tapi apa yang Doni lakukan? Ia malah menampar anaknya sendiri.

"lihat, apa yang dia lakukan? Dia melawan papanya sendiri demi perempuan yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga Fadillah. Kamu masih ingin membelanya?" Ucap Doni.

"pa, papa Kenapa jadi membela keluarga itu? Apa yang mereka katakan sehingga membuatmu jadi seperti ini? Mereka mengancam akan mengeluarkanmu lagi?" Resi membalas ucapnnya. Disinilah terjadi adu debat antara resi, Mamanya Utam dan Doni papanya Utam.

Gisa menghampiri Utam dan mengajaknya segera pergi dan membiarkan Doni dan Resi menyelesaikan masalah ini.

"ayo kak." ajaknya.

Kini Gisa dan Utam ada dipantai, tempat yang sebelumnya pernah mereka kunjungi ketika masalah perjodohan itu dimulai. Tempat ini menjadi tempat yang nyaman ketika masalah baru datang lagi. Ditempat inilah mereka bisa berfikir cara untuk menyelesaikan masalah ini.

"kak..." Gisa memecah keheningan yang sedari tadi tercipta. Mereka berdua menatap ke arah lautan  dengan tatapan kosong. Masalah ini, kenapa jadi makin rumit? Kenapa juga Om Doni harus berkata seperti itu?

"kenapa masalah ini datang lagi? Kenapa Om Doni gak ngertiin keadaan kita? Kenapa--"

"stop bertanya Gis, semua pertanyaan yang lo gak akan bisa gue jawab.  Cuma papa yang tau jawabannya." Utam menyela ucapan Gisa. Tidak ada gunanya juga Gisa bertanya seperti itu, toh gak ada yang tahu jawabannya.

Suasana kembali hening, dan hanya suara deburan ombak yang menabrak batu karang. Gisa dan Utam sama-sama memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Awalnya masalah ini adalah Ira, mamanya Karis. Jika saja wanita itu tidak keras kepala, mungkin perjodohan itu sudah dibatalkan. Gisa dan Utam gak akan melalui hal sulit seperti ini.

Jika saja Karis memperkenalkan Gisa pada orangtuanya, mungkin masalah ini gak akan ada. Jika saja waktu itu Utam segera menemui orangtua Maudina dan membuat pengakuannya, mungkin perjodohan itu pasti dibatalkan. Jika dan hanya jika, semua itu hanya rencana yang tidak mereka lakukan. Buat apa disesali? Itu takkan membuat Karis dan Maudina batal pertunangan. Lantas, apa yang akan Gisa, Karis, Utam dan Maudina lakukan untuk menyelamatkan hubungannya?

Mempertahankan?

Atau

Menyerah?

.
.
.

Sudah kesekian kalinya Karis menghubungi Gisa, tapi hasilnya tetap sama, Gisa tak mengangkat telponnya. Keadaan ini membuat Karis khawatir, tidak biasanya Gisa susah dihubungi seperti ini. Tanpa berpikir lama, Karis segera pergi untuk menemui Gisa.

Namun, ketika ia menuruni tangga rumahnya, tiba-tiba Ira datang yang membuat Karis bingung harus mengambil alibi apa supaya mamanya mengijinkannya pergi.

"Karis, udah siap, mau kemana?" tanyanya.

"Karis ada urusan bentar ma, Karis keluar bentar ya. Assalamualaikum." katanya langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari mamanya terlebih dahulu. Tapi jika tidak seperti itu justru ia akan sulit untuk pergi dan pastinya mamanya akan Terus bertanya dan bertanya.

Sesampainya ditempat dimana Gisa tinggal, tanpa sengaja Maudina juga ada disana dan sepertinya akan menemui Utam. Tidak biasanya Dina ke rumah Utam sendiri, biasanya ia selalu bersama Utam. Apa terjadi sesuatu pada Gisa dan Utam?

"Karis, lo disini juga?" tanyanya.

"iya, lo ngapain ke sini?" Karis balik bertanya.

"Utam gak bisa dihubungin, jadi gue ke sini. Lo sendiri?" dugaannya benar, pasti terjadi sesuatu dirumah ini yang membuat Gisa dan Utam sama-sama tidak bisa dihubungi.

"sama, gue khawatir. Gak biasanya Gisa mengabaikan panggilan gue."

Dina memencet bel, dan tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka.

Cklek...

"Karis, Dina?" kata Resi, mamanya Utam.

"Utamnya ada?" tanya Dina.

"Gisa ada gak?" tanya Karis.

Namun ketika Resi akan menjawab pertanyaan dari Karis dan Dina, tiba-tiba Doni datang yang membuat Karis terkejut.

"om Doni?" katanya. Setelah melihat Doni, Karis tahu pasti Doni mengatakan sesuatu pada Gisa dan Utam. Dan inilah alasan kenapa mereka berdua susah dihubungin.

"Karis, Maudina, kalian ngapain ke sini?" tanyanya.

"Karis mau ketemu Gisa Om." katanya yang membuat Doni sedikit kaget. Gisa? Untuk apa Karis bertemu dengan keponakannya?

"Gisa?"

"iya, Gisa nya ada kan Om?"

"ada hubungan apa kamu sama Gisa?" tanya Doni.

"Karis pacaran sama Gisa, om."

"kamu juga pacaran sama Gisa?" Doni kaget, Gisa juga ada hubungan dengan Karis? Tapi kenapa Gisa gak bilang padanya.

"iya Om. Om jangan dengerin apa kata papa, Karis gak pernah mau tunangan ini terjadi. Karis cuma suka sama Gisa om." katanya.

"Karis, kamu tau apa yang akan terjadi kalau tunangan ini dibatalkan?" kata Doni yang membuat Karis mengerutkan dahinya karena bingung.

"emang kenapa om?"

"om bakalan dipecat."

Deg!

Segitu kejamkah? Apa hubungannya pertunangan dengan nasib Doni?

Maudina yang sedari tadi diam kini pergi meninggalkan Resi, Doni dan Karis. Ia terlalu shock mendengar kenyataan bahwa jika pertunangannya ini gagal, maka akan ada menderita setelahnya. Dan sekarang ia mengerti kenapa Utam tidak mengangkat telponnya. Ini karena nasib papanya sendiri ada ditangan dirinya. Mungkin kali ini ia harus menuruti apa kata orangtuanya, menjalani pertunangan ini.

Karis memandang Maudina yang mulai menjauh, apa yang terjadi? Kenapa Dina tiba-tiba pergi begitu saja? Bukankah dia ingin bertemu Utam?

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan ada notifikasi masuk ke ponselnya.

Maudina : ayo kita tunangan!






















Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang