25. Masa lalu yang terulang

121 4 0
                                    

Tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Karis segera menyembunyikan ponselnya kembali, tadinya ia ingin menunggu balasan dari Gisa, tapi sepertinya ia harus pergi ke bawah. Ia tahu, seseorang yang ada diluar kamarnya ini adalah orang yang menyuruhnya segera ke bawah dan pertunangan yang akan dimulai.

"maaf, nyonya nyuruh saya--"

"aku akan segera ke bawah." Karis tahu, pelayan itu pasti suruhan mamanya yang menyuruh nya untuk ke bawah. Jadi, tanpa mengatakannya pun Karis sudah tahu.

"karis, kamu kemana aja sih?" kata mamanya setelah Karis sampai dibawah.

"nah, ini anak Karisnya. Maaf ya, jadi nunggu lama." katanya lagi sambil mengantarnya mendekat ke Maudina.

"ya sudah, sekarang sudah saatnya acara tukar cincin. Yang pertama Karis memakaikan cincin ke jari Maudina ya." kata orang itu yang ia yakini pengatur acara ini.

Dengan perlahan Karis mencoba memakaikannya dan itu sangat lama sekali. Karena pandangan Karis menatap seluruh ruangan melihat,  bisa saja Gisa telah sampai dirumahnya kan. Namun nihil, Gisa atau pun Utam masih belum terlihat, dan tidak ada tanda-tanda acara ini akan dibatalkan.

"Karis, buruan!" bisik Maudina yang hanya dibalas tatapan tajam dari Karis. Ia masih bingung, kenapa Maudina memilih melakukan pertunangannya. Jika Utam dan Gisa tidak datang, bukankah mereka berdua bisa membatalkannya?

"nggak!" jawabnya.

"Karis." geramnya.

"nggak!"

Karena kesal, akhir Maudina memasukkan sendiri jarinya ke cincin yang sedang Karis pegang.

Suara tepuk tangan membuat Karis kaget atas apa yang dilakukan Maudina. Dan tanpa ia sadari, cincin telah melekat dijari manis kirinya.

Karis menatap Maudina, dingin. Ia benar-benar gak nyangka kalau Maudina akan melakukan hal ini. Ia akan menyerah seperti ini. Lalu sekarang apalagi, Karis gak tahu lagi harus berbuat apa? Utam dan Gisa akan kecewa ketika mereka datang. Rencana yang telah dirancang dari jauh-jauh hari pun akan berantakan.

.
.
.

"Gisa, buruan." kata Utam yang masih berjalan cepat. Namun tiba-tiba ia mendengar suara orang berteriak dan...

Brukk

Ketika ia berbalik, mendapati Gisa yang tengah tergeletak dijalan. Darah mulai mengalir dari tubuhnya membasahi jalanan yang agak sepi karena memang jarang sekali banyak kendaraan yang melewati jalan tersebut.

"Gisaaa..." Utam berteriak sambil berlari ke arah Gisa. Tidak, tidak mungkin. Itu pasti buka Gisa, tapi kenyataannya itu Gisa. Gisa Safani, sepupu kesayangannya.

"Gis, Gis, lo harus bangun. Lo kuat. Bukannya lo mau batalin pertunangan Karis, katanya lo mau bantuin gue. Gue kan udah jelasin rencananya sama lo. Lo harus bangun Gis, lo harus bantuin gue. Gis, Gisaaa" Utam terus mengguncang-guncangka tubuh Gisa, namun tetap saja, Gisa tidak bangun. Ia kini menyesali perbuatannya, harusnya ia memegang tangan Gisa ketika akan menyebrang, bukannya malah menyuruh Gisa untuk terus mengikutinya.

Kejadian ini, kejadian ini terulang lagi. Kejadian yang dialaminya kini, pernah di alami oleh adiknya Erika. Dan membuat adiknya kehilangan nyawanya. Dan sekarang, Gisa sepupunya juga harus mengalami ini. Nggak, ia yakin Gisa kuat. Ia bisa berjuang dan bertahan pada Karis karena ia kuat. Dan Utam juga yakin Gisa juga kuat menahan rasa sakit ini.

Utam mengangkat tubuh Gisa dan segera meminta bantuin ke setiap kendaraan yang lewat. Namun semuanya tidak ada yang peduli, tidak kasihan padanya. Utam terus menangis melihat keadaan Gisa, darah terus mengalir yang membuat Utam sangat khawatir. Ia gak tahu harus berbuat apa?

Tit Tit

Namun tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti didepannya, dan itu membuat Utam sedikit lega. Karena akhirnya ada juga yang peduli pada Gisa.

"Gisaaa... Kak, Gisa kenapa?" tanyanya dan ternyata orang itu adalah Gandy, sahabatnya Gisa.

"baringkan dia." kata seseorang yang bersama Gandy.

"hah?" Utam bingung, Gisa harus segera dibawa ke rumah sakit, apa yang sedang ia lakukan?

"cepat baringkan!" katanya dengan suara meninggi.

"Gisa harus dibawake rumah sakit secepatnya!" kata Utam membentaknya.

"gue mau lakukan pertolongan pertama dulu!" katanya yang lebih membentak Utam. Ia mengerti, dan membaringkan Gisa.

Uhuk uhuk...

Gisa terbatuk dan orang itu kemudia  Mengangkat Gisa segera ke mobilnya.

"Gandy, lo nyetir!" katanya.

"Gisa biar gue yang bawa." kata Utam, namun orang itu bersikeras agar Gisa tetap bersamanya.

"Udah, lo tenang aja kak. Gisa bakalan baik-baik aja. Gue percaya, temen gue dokter kak." kata Gandy yang membuat Utam bernafas lega. Setidaknya dokter tahu apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan sepupunya. Dan ia berharap, Gisa gak akan berakhir seperti adiknya.

.
.
.

Karis gelisah, setelah acara pertunangannya selesai. Ia segera ke kamar dan mengecek Ponselnya, tapi ternyata masih belum ada balasan dari Gisa. Keadaan ini membuat Karis semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu pada Gisa. Akhirnya ia memilih pergi menemui Gisa dirumahnya. Sebelum ia bertemu Gisa, ia tidak bisa tenang. namun tiba-tiba ada notifikasi diponselnya.

Gisa : sorry, gue gak bisa batalin pertunangannya. Selamat buat lo dan Dina. Semoga kalian bahagia. Gue, nyerah!

Isi pesan tersebut benar-benar membuat Karis bingung. Ini buka dan Gisa yang membalas pesannya, ini pasti orang lain. Tapi siapa? Utam? Lalu, apa maksudnya?

"Karis, kamu mau kemana?" tanya mamanya yang melihat Karis sudah bersiap akan pergi.

"maaf ma, tapi Karis harus ketemu Gisa." katanya kemudian pergi tanpa mendengar ocehan mamanya.

Sesampainya dirumah Utam, Karis terus mengetuk pintu, bahkan menyahut. Tapi tetap saja, tidak ada jawaban dari rumah tersebut. Karis semakin khawatir dan segera menelpon Gisa.

Telepon pertama,
Tak ada jawaban...

Telepon kedua,
Tak ada jawaban juga...

Dan telepon ketiga?

"halo..."
Akhirnya ada jawaban, tapi bukan Gisa yang mengangkat teleponnya, melainkan,

"siapa ini?" tanya Karis yang sedikit kesal, karena yang menerima telepon darinya bukan Gisa.

"gue Gandy."

"oh, kalian lagi jalan ya, dan ini juga alasan Gisa gak bales chat gue. Sorry, gue ganggu." ketusnya. Baru saja ia akan menutup teleponnya, namun suara itu membuat Karis mengurungkan niatnya.

"ternyata Utam bener ya, gue salah ngebiarin lo sama Gisa. Disaat seperti ini, lo masih nuduh yang nggak-nggak sama Gisa. Bahkan demi perjuangin lo Gisa rela ke TABRAK MOBIL TAU GAK?"

Deg! 




















***

Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang