43. Gagal move on

110 3 7
                                    

Kak Utam : udahlah, sekarang terserah lo aja Gis. Gue udah cape, lo gak pernah bisa dikasih tau.

Gisa sedikit kaget melihat notifikasi yang baru masuk keponselnya, yaitu pesan dari Utam. Tidak biasanya Utam berbicara seperti ini, biasanya ia akan marah kalau tahu Gisa ketemu Karis. Tapi sekarang, justru ia jadi gak peduli padanya seperti ini.

Sesampainya dirumah, Gisa sedikit kaget karena ia tak mendapati Utam diruang tamu. Biasanya Utam selalu stay duduk diruang tamu untuk menunggu dirinya demi untuk memastikan kalau Gisa tidak bertemu dengan Karis. Tapi hari ini berbeda, Utam tidak ada dan itu membuktikan kalau pesan yang dikirim Utam memang benar. Utam sudah tidak peduli lagi dengannya.

Gisa menaiki anak tangga satu persatu, namun setelah ia akan membuka pintu kamarnya, seseorang memanggilnya dan ia menengok ke belakang, ternyata itu Resi, mamanya Utam.

"eh iya tante." jawabnya.

"gimana keadaan Karis?" tanyanya.

"Karis... Dia..."

"Karis kenapa?" tanya Resi lagi.

"dia udah beberapa hari ini gak mau makan, dan setelah aku lihat emang iya, keadaannya gak baik. Aku sedih tante, gara-gara aku Karis jadi sakit." Gisa memeluk Resi, sebenarnya ia ingin nangis dari tadi melihat keadaan Karis. Tapi ia tahan karena gak mau terlihat cengeng didepan Karis.

"sabar ya sayang, sabar." ucap Resi menenangkan.

"hiks... Harusnya aku dukung dia disaat kayak gini, bukan malah menjauh."

Resi terus menenangkan Gisa, ia mengerti keadaan Gisa. Ini pasti berat, tapi ini resiko yang harus ia terima atas pilihannya sendiri.

Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang mendengar percakapannya, dengan perasaan yang sedih juga, Karena ia mungkin merasa menyesal.

"maafin gue Gis."

To : Dina
Bisa kita ketemu?

***

"thanks Donat." ucap Dina setelah ia turun dari mobil.

"Donat?" cowo itu mengernyit bingung dengan panggilan yang Dina lontarkan padanya.

"Dokter Nathan." jawab Dina cepat.

"yaelah, yang bagus kek kasih nama panggilannya.Contohnya--"

"udah itu aja, keren kok. Ya udah gue masuk ya, lo hati-hati." ucap Dina.

"gue juga ada nama panggilan buat lo."

"apa?" tanya Dina penasaran. Namun sebelum Nathan menjawab, ia terlebih dahulu menyalakan meain mobilnya, untuk jaga-jaga, siapa tahu terjadi sesuatu.

"Udin. Hahaha..." Nathan tertawa setelah menyebutkan nama itu. Udin. Pas ya, Maudina, diambil tengahnya jadi Udin.

Namun, Dina, ia tengah mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk memberikan serangan pada Nathan, namun setelah seluruh kekuatannya terkumpul Nathan sudah pergi dengan mobilnya yang membuat Dina mengerutu kesal. Dina menghentakkan kakinya berjalan menuju rumahnya tak lupa juga dengan berbagai umpatan untuk meluapkan segala kekesalannya.

"liat aja, kalau ketemu gue bales!"

Setelah sampai dikamarnya, Dina langsung menghempaskan tubuhnya diatas kasur berukuran Queen size miliknya.Cukup menyenangkan bisa mengobrol dengan Nathan, dia cukup menghibur juga.

Huft

Dina menarik nafasnya dalam, untuk menetralkan kekesalannya. Satu hal lagi yang dia tahu dari Nathan, dia juga suka bikin emosi. Tapi entah kenapa Dina justru tak ingin meluapkan amarah itu didepannya.

Drrt
Ponselnya bergetar, tanda ada notifikasi muncul diponselnya. Satu hal yang ada dipikirannya, ini pasti Nathan, dia tahu Nathan pasti akan meminta maaf dengan kejadian tadi. Namun, ekspresinya berubah kala ia melihat siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

Utam : bisa kita ketemu?

Deg!

Ketemu? Untuk apa? Untuk menyakitiku lagi?

Rasanya Dina enggan untuk membalasnya, ia abaikan saja. Namun tiba-tiba...

Utam's calling...

Dina membelalakan matanya dan langsung terbangun, apa ini? Gak salah Utam yang telpon? Dengan ragu ia menekan tombol hijau. Jujur, ia juga penasaran kenapa Utam tiba-tiba ingin bertemu dengannya.

"halo..."

"halo Udin... Belum tidur?" Udin? Bukankah itu panggilan baru untuknya dari Nathan? Jadi yang nelpon bukan Utam, tapi Nathan?

"woy Udin!"

"apa sih Donat?"

"lo gak mau ngamuk ke gue?"

"lagi gak mood, buang energi."

"pasti dapet chat dari mantan?" tebak Nathan. "kalau dia minta ketemu, jangan mau. Lo bakalan gagal move on."

"njirr... Kok lo tahu sih Nat?"

"gue kan dokter, harus tahu keadaan pasien gue gimana."

"gue gak sakit Donat, gue juga bukan pasien lo."

"jelas-jelas lo lagi sakit."

"dibilangin nggak!"

"lo lagi sakit hati, gue sebagai dokter harus tahu apa yang bikin sakit pasien gue kambuh lagi."

"..."

"kalau gak kuat, jangan ketemu. Night Din."

Sambungan terputus.

Utam : kalau gak bisa, gak papa.

Dina : oke. Mau ketemu dimana?

Utam : dipelaminan. Eh, Wkwk. dicafe biasa aja. Jam 4 sore.

Read!

Kalian tahu apa yang Dina rasakan setelah membaca chat dari Utam?

"oksigen... Gue butuh oksigen." ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya karena ia benar-benar merasa panas sekarang, padahal tadinya AC dikamarnya cukup dingin.

Yaps, benar kata Nathan. Ia gagal move on...

Dan kalian tahu apa yang Utam lakukan setelah mengirim pesan tersebut?

Ia langsung menon-aktifkan ponselnya dan langsung bersembunyi didalam selimutnya. Betapa tidak tahu malunya dirinya, setelah apa yang dilakukan pada Dina, ia dengan mudahnya main gombal-gombalan lagi?











"makanya, jangan dulu memutuskan kalau kau sendiri masih tak bisa tanpanya."

***
Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang