22. Masalah Lagi

104 3 0
                                    

"PERAMPOK???" Karis menghentikan mobilnya secara mendadak ketika mendengar mamanya menyebutkan kata perampok.

"iya, dan kamu tau, mama takut banget waktu itu." Ira menceritakan kejadian di bis tadi.

"tuh kan, Karis bilang juga apa, jangan naik bis."

"kamu tenang aja, untung tadi mama ketemu sama cewe yang udah ngajak mama kabur dari bis itu. Ternyata dia juga kali pertama nya naik bis, dan sepertinya dia juga kapok naik bis."

"cewe? Siapa ma?" tanya Karis penasaran. Bagaimana pun ia harus berterima kasih padanya, karena ia sudah menyelamatkan mamanya.

"namanya... Ah, mama gak sempet nanya namanya tadi." ia baru sadar, kalau ia belum sempat menanyakan namanya tadi.

"ya sudah, siapa pun dia, dia udah nyelamatin mama dan mama gak Papa kan?" tanyanya khawatir. Meskipun mamanya ini keras kepala dan tetap bersikeras menjodohkannya dengan Maudina, tetap saja ia sangat mengkhawatirkannya. Apalagi mendengar soal perampokan, jelaslah ia sebagai anaknya sangat mengkhawatirkan mama nya.

"iya, mama baik-baik aja. Oh iya, cincin pertunangannya udah dibeli kan?" tanya Ira yang membuat Karis mengubah ekspresi nya. Rasanya malas sekali jika harus membahas tentang ini. Ia senang mamanya selamat dari perampokan itu, tapi jika harus membahas tentang pertunngan lagi, jujur Karis sangat malas sekali.

"udah ma." jawabnya dingin.

"oh iya, baguslah kalau gitu. Jangan sampe ilang, hari pertunangannya kan sebentar lagi."

"iya, ma." jawabnya pasrah. Memang gak ada lagi yang harus ia elak.

.
.
.

Disisi lain, Gisa sedang menatap sepupunya, Utam menunggunya untuk membuka suara. Karena sedari tadi ia mengoceh tak diubris sama sekali olehnya.

"kak Utam..." sekali lagi ia memanggil Utam.

"diem, gue lagi mikir!" perintahnya, yang membuat Gisa mendengus kesal. Lagian Utam sok-sok'an mikir, dari tadi ide nya kagak muncul-muncul juga. 

"Gisa, Utam, makan dulu..." Teriak Resi dari bawah yang mengharuskan Gisa dan Utam turun untuk segera sarapan.

Suasana hening, makan kali ini berbeda, hari ini ada Papanya Utam, Doni yang sudah pulang dari luar kota. Dan sudah kebiasaan, kalau makan bareng papanya Utam jangan bicara saat makan, sebelum semuanya selesai.

"hem..." Doni berdehem untuk membuka suara setelah selesai makan. "Utam, papa mau tanya?" 

"nanya apa?" Utam bertanya kembali pada papanya.

"kamu udah gak ada hubungan lagi sama Maudina kan?" Utam sedikit kaget mendengar pertanyaan dari papanya. Apa papanya sudah tahu dengan perjodohan itu?
 
"eng..." Utam bingung harus menjawab apa? Papanya pasti kecewa setelah mendengar kalau Maudina akan bertunangan dengan Karis. Padahal sebenarnya mereka masih berhubungan dan soal pertunangan itu juga tidak jadi masalah dengan hubungannya.

"papa denger Maudina mau tunangan sama Karis."

"TUNANGAN?" Resi yang baru tahu tentang hal ini kaget setelah mendengarnya. Jadi ini alasan anak-anaknya begitu gak semangat akhir-akhir ini. Ternyata ini penyebabnya.

"lho, kamu baru tahu?" tanya Doni pada Resi. Apakah Utam tidak memberitahu tentang hal ini pada mamanya?

"iya, lagian Utam gak pernah ngomong. Utam kenapa gak pernah cerita sama mama?" Resi mendekat ke tempat Utam duduk. Bagaimana pun Resi pasti tahu perasaan anaknya sekarang.

"maaf ma, Utam gak mau liat mama sedih. Makanya Utam gak pernah cerita."

"justru kalau kayak gini mama jadi tambah sedih liat kamu tau nggak?"

"maaf ma."

"Terus hubungan kamu sama Maudina gimana?" tanya Resi.

"Utam masih hubungan kok sama Maudina." jawabnya.

"tapi dia udah mau tunangan utam, masa kamu masih hubungan sama dia." kata Papanya. Tahu mau tunangan, kenapa Utam masih dekat dengannya? Ini masalah, dan Doni harus menasihati Utam agar jangan dekat-dekat lagi sama Maudina.

"Maudina nggak cinta sama Karis pa, Maudina masih cinta sama Utam, begitupun sebaliknya. Makanya Utam mau mempertahankan hubungan Utam pa." Utam menjelaskan pada papanya, meski ia tahu jawaban papanya tetap sama. Ia tahu, Doni kerja dengan keluarga Karis, dan sepertinya kabar pertunangan itu sudah menyebar di Fadillah's Corp.

"Utam, Papa harap kamu segera putusin dia." kata papanya yang membuat Utam dan Gisa kaget dengan penuturan Doni. Disini Utam sedang berusaha mempertahankan hubungannya, tapi kenapa papanya bukan mendukung, malah menyuruhnya untuk mengakhiri hubungannya.

"pa, tapi kan--" Utam mencoba menyangkal, tapi papanya segera memotong ucapannya.

"Utam, kamu tahu kan gimana keluarga Karis pada keluarga kita? Dia berjasa pada keluarga kita Utam. Papa harap kamu mau mengerti."

Ucapan papanya membuat Utam bungkam, ia tahu kalau papanya memang bekerja dengan keluarga Karis. Tapi, Apakah ia harus mengalah? Apa ia gak diberi kesempatan untuk memperjuangkan hubungannya? Apa salah jika ia ingin terus bersama Maudina?

"pa, apa Utam yang harus mengerti papa? Apa papa pernah mengerti Utam?" Utam memberi jeda pada ucapannya menunggu respon Doni. "nggak kan? NGGAK! kapan papa ngertiin Utam? Gak pernah pa, papa hanya memikirkan jabatan dari kerjaan papa kan? Itu yang papa pikirkan."

"UTAM!" teriak Doni yang membuat suasana menjadi semakin tegang.

Plakk



















Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang