Seminggu telah berlalu, dan lagi-lagi Gisa merengek ingin segera pulang. Lama kelamaan Utam juga pusing karena harus terus menerus mendengar rengekan sepupunya itu. Setiapa ia datang ke rumah sakit itu, selalu disambut oleh Gisa dengan pertanyaan "kak, kapan gue bisa pulang? Kapan gue bisa ngirup udara diluar sana? Kapan gue mulai kuliah lagi?" dan beberapa pertanyaan lainnya yang membuat Utam terpaksa mengiyakan kemauannya. Namun, meski sekarang Gisa sudah diperbolehkan untuk pulang, tetap saja ia harus sering check up ke dokter dan itu harus selalu ditemani Utam.
Kenapa Utam menjadi seperti ini? Kenapa hidupnya seakan diatur olehnya? Setahu Gisa, sepupunya ini tidak pernah seposesif ini. Seorang Utam Lesmana yang ia kenal, sedikit cuek terhadapnya. Ini membuat Gisa bingung, apa ini ada alasannya dengan larangan dekat sama Karis? Tapi kenapa?
Sepanjang perjalanan setelah check up, Gisa terus menatap Utam dengan tampang bertanya-tanya dan mengingat sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya belakangan ini, ada kejadian apa sehingga membuat Utam menjadi se-posesif ini pada dirinya?
"aww" Gisa meringis sambil memegang kepalanya. Inilah kenapa ia tak mau mengingat kejadian yang telah ia lupakan. Tapi ia juga penasaran, apa yang sebenarnya telah ia lupakan?
"Gis, lo gak papa?" tanya Utam sedikit khawatir karena tiba-tiba Gisa memegang kepalanya, dan sudah ia pastikan bahwa Gisa sedang memaksakan mengingat sesuatu.
"dokter kan udah bilang, lo kalau gak kuat jangan dipaksakan."
"kak, sebenernya apa yang terjadi antara Gue, lo dan Karis?"
***
"gimana cara kita ngomong sama Utam tentang ini?" tanya Resi pada Doni suaminya. Kini mereka tengah berada diruang tamu, sedang membicarakan kabar yang telah Doni terima siang tadi dikantor.
"kamu tau kan, gimana cintanya Utam sama Dina?"
"Utam pasti bakalan ngerti kok, ma. Dia pasti tau kalau ini yang terbaik."
"apanya yang terbaik?" Doni dan Resi menoleh ke arah sumber suara, mereka kaget dengan seseorang yang menuju ke arahnya.
"Utam, Gisa. Kalian udah pulang?" tanya Resi mencoba mengalihkan perhatiannya. "kata dokter apa tadi?"
"ma, jangan ngalihin pembicaraan. Utam tanya apa yang terbaik?"
"oke, kita duduk dulu. Papa akan jelasin. Ma, anterin Gisa ke kamar dulu, dia harus istirahat." Resi kemudian mengantarkan Gisa ke kamar, setelahnya ia kembali menuju ruang tamu bergabung bersama Doni dan Utam.
"pa, ada apa sih?" tanya Utam penasaran. Jujur saja, hatinya tiba-tiba tidak enak karena tak sengaja mendengar percakapan kedua orangtuanya. Meski ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan, tapi sudah dipastikan ini pasti tentang dirinya, dan ada hubungannya dengan Maudina dan Karis.
"ini." Doni menyerahkan sepucuk amlop pada Utam. Kemudian Utam membuka amplop tersebut dengan hati-hati. Jujur saja, Utam ragu untuk membukanya, tapi ia sangat penasaran. Setelah ia lihat isinya, ternyata sebuah Undangan.
Utam tersenyum setelah melihat isi dari undangan pernikahan tersebut. Tersenyum? Tidak, ini bukan senyum kebahagiaan, tapi ini adalah senyum kesedihan. Doni dan Resi menatap Utam sedih, mereka tahu kalau anaknya ini pasti sedih setelah melihatnya. Inilah kenapa mereka ragu untuk mengatakan kebenaran ini, kebenaran yang dapat melukai hati seorang Utam Lesmana.
"Utam..." panggil mamanya. Resi benar-benar tidak tahu harus melakukan apa untuk anaknya ini. Utam sangat mencintai Dina, tapi percuma saja jika Devan dan Dian (orangtua Dina) tidak setuju bersamanya.
"Utam gak papa kok ma, lagian Utam udah putus sama Dina. Utam bakalan ikhlaskan Dina sama Karis." jawabnya sok tegar. Padahal dalam hatinya ia benar-benar tidak merelakan Dina dengan Karis, tapi ia juga tidak tahu dengan cara apalagi, dengan perjuangan apalagi, dengan pengorbanan apalagi demi untuk bersatu dengan orang yang ia sayangi. Sudah cukup Gisa mengalami ini, jangan lagi. Ia tidak mau jika Gisa malah bernasib sama dengan adiknya. Sudah cukup Erika saja, Gisa jangan. Dan ia yakin, keputusannya berpisah dengan Dina sudah sangat tepat!
"lalu Gisa bagaimana? Dia juga--"
"Gisa, biar Utam yang urus. Mama tenang aja, Gisa sekarang masih amnesia, dan dokter bilang sekarang ini Gisa jangan dulu terlalu mengingat kejadian yang ingin ia ingat. Karena semakin Gisa memaksakan untuk mengingatnya, justru itu hanya akan membuat kepalanya jadi sakit. Dan Gisa sekarang harus benar-benar istirahat dulu." jelas Utam pada Doni dan Resi. Mereka hanya menyerahkan semuanya pada Utam. Dia yang tahu mana yang terbaik untuk dirinya. Dan semoga keputusan Utam kali ini tepat, seperti biasanya.
Utam membawa Undangan itu dan menuju kamar Gisa, namun ketika ia sudah berada didepan pintu kamar Gisa, ia mendengar Gisa tengah asik mengobrol dengan seseorang. Utam akan mengetuk pintu, namun pergerakannya terhenti ketika ia tahu dengan siapa Gisa bicara?
"ya ampun, jadi dulu aku harus milih antara kamu dan Gandy?" Gisa terkekeh geli ketika Karis menceritakan ditelpon tentang bagaimana dirinya dan Karis bisa jadian. Dan itu bisa Utam dengar, rasanya ia tak tega, tapi ini sudah jalan terbaik untuk mereka.
"sori Gis, gue rasa ini jalan terbaik buat lo dan gue... Maaf, gue harus pisahin lo sama Karis."
***
TbcKalau Dina Suzy, Utam cocoknya sama siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Teen FictionSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...