58. Dinner (2)

71 2 4
                                    

Entah kesekian kalinya, lagi-lagi Dina dibuat cengo dengan kelakuan Utam, kekasihnya ini. Dimulai dengan datangnya Utam ke rumah secara tiba-tiba dengan membawa sebuket bunga mawar merah,  bahkan sampai meminta ijin pada orangtuanya karena akan mengajak anaknya keluar rumah. Itu benar-benar sebuah peningkatan besar buat seorang Utam Lesmana. Ada apa dengannya malam ini?

"kita malam mingguan. Biar kayak orang-orang." itulah pengucapannya ketika diperjalanan tadi hingga sekarang sampai disebuah tempat makan yang lumayan mewah dan ramai pengunjung. Maklum aja, malam minggu pasti banyak pasangan yang keluar rumah. Jomblo? Diem aja.

Dan hal yang paling mengejutkan lainnya adalah, ketika Utam tak menyuruhnya diet lagi, dan malam ini ia bebas makan apa saja. Ini yang ia suka, Utam tak lagi mempermasalahkan berat badannya.

Alunan musik romantis masih mengalun indah ditelinganya, dan hembusan angin malam benar-benar menambah kesan romantis. Malam ini, Dina benar-benar merasa bahagia sekali, untuk pertama kalinya Utam memperlakukannya semanis ini.

"Yang." Panggilnya. Dina mendongkak dan menatap lekat kekasihnya ini.

"ini buat kamu." Utam menyerahkan sebuah benda berbentuk persegi panjang berwarna putih yang dibalut dengan pita merah. Ia menatap benda itu, beberapa detik kemudian ia kembali menatap Utam.

"Happy Anniversary." ia membelalakan matanya mendengar ucapan Utam. Maksudnya ini hari jadiannya? Benarkah?

"maaf, baru bisa merayakannya sekarang." airmatanya jatuh begitu saja. Ia amat terharu mendengar penuturan Utam. Ia tak pernah membayangkan jika Utam ternyata memang mengingat hari jadiannya.

"makasih." Dina membuka kotak tersebut dan isinya sebuah kalung berbentuk love.

"kamu suka?"

"suka banget. Makasih."

"sini, aku pake'in." Utam berjalan ke belakang Dina dan memakaikan kalung tersebut kemudian berbisik ke telinganya, "I Love You."

Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika suara yang familiar itu mengintrupsi keduanya.

"lho, Dina?"

***

"kamu udah makan?" tanya Karis, matanya tetap fokus pada game yang sedang dimainkannya. Ia juga tak melupakan Gisa yang ada didekatnya, tapi permainan ini memang tak bisa ia lewatkan, sebisa mungkin ia tak mengabaikan keberadaan Gisa. Lagian dia datang diwaktu yang sangat tidak tepat, ketika ia dan teman-temannya sudah sepakat akan main bersama sekarang, tapi Gisa datang dan Karis tidak jadi pergi dan ia hanya ikut bermain dirumah saja ditemani Gisa.

"sayang, kok gak dijawab?" tanyanya sekali lagi tapi Gisa tak bergeming.

"sayang?" akhirnya Karis terpaksa harus mengalihkan matanya menatap Gisa, ia tahu, pasti Gisa sedang kesal sekarang karena ia terus fokus pada game, jangan sampai ia harus berantem lagi gara-gara game ini.

"yang, awas kamu kena tembak!" tanpa persetujuan Karis, Gisa langsung mengambil alih dan menekan tombol semaunya melakukan pertahanan, sedangkan Karis menatapnya bingung, ia pikir Gisa sedang marah, ternyata dari tadi dia sedang memerhatikannya main game?

"yah, mati." Karis tersenyum melihat raut kecewa gadis yang menyandang sebagai kekasihnya itu.

"gak papa." jawabnya sambil terus memperhatikan Gisa yang merasa bersalah karena telah mengacaukan permainannya. Habisnya Gisa greget banget dari tadi, makanya waktu Karis lengah, ia buru-buru mengambil alih yang sukses bikin permainannya menjadi kacau.

"maaf ya, kamu jadi kalah." ungkapnya yang bikin Gisa makin merasa bersalah ketika tulisan kalah tertera disana.

"gak papa, ini kan cuma permainan." Gisa tersenyum senang atas respon yang Karis berikan padanya. Namun kesenangannya tak berlangsung lama ketika suara yang masuk di room chat Karis mengalihkan perhatian keduanya.

Karis bege

Sue!

Padahal kita udah mau menang, lu kok mainnya ancur banget?

Kan gw uda suruh lo mainnya ke sini, malah dirumah

Sorry, tadi yang main Gisa. Hehe

Fuck!










***

Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang