Bab 39

1.1K 40 0
                                        

Meila POV

Ya tuhan semoga saja apa yang ada dalam benakku tidak akan benar- benar terjadi. Ucapku sambil terus merapalkan doa tersebut sesekali dirinya mulai melakukan ritual untuk membersihkan tubuhnya. Sungguh hal yang memalukan bila hal itu terjadi tapi menimbang tidak ada perasaan yang lain mengenai tubuhnya , dirinya benar- benar yakin bahwa memang tidak ada yang terjadi. 

Karena apapun yang terjadi dirinya harus berpositif thinking dirinya tidak menginginkan hal yang akan membuat hidupnya semakin tertekan namun mengingat sesuatu tentang cincin hem.... rasanya masa bodoh entah cincin itu milik siapa ? Benak Meila. 

Seakan masalah cincin bukan hal yang perlu dibesar- besarkan atau bahkan diperdebatkan karena sekarang dirinya harus mulai menyusun ulang scedul tentang masa depannya. Entah apapun yang akan Budhenya katakan, dirinya akan menanggapinya bagaikan angin lalu karena apapun yang terjadi dirinya tidak akan mungkin untuk menikahi pria sejenis Dibyo itu. Dirinya hanya perlu menjelaskan tentang sikap Dibyo selama ini yang selalu menguntitnya , ya .... walaupun dirinya tidak melakukannya sendiri namun hal tersebut akan menjadi sebuah indikasi bahwa Dibyo merupakan orang yang over protective. Penikahan macam apa bila dirinya harus menikahi pria yang seperti itu? 

Namun menjelaskan hal tersebut tentunya bukan hal yang mudah, terlebih bila sikapnya tersebut selalu berhasil tertutupi apalagi bila berada dihadapan keluargaku. So... sejauh ini dirinya harus menemukan cara untuk menjebak sikap over protective yang sudah mendarah daging pada diri Dibyo. 

Ah... kenapa hal ini tidak dari dulu Meila lakukan, sehingga dirinya tidak harus terkungkung pada masalah ini. Kalau sejak awal dirinya mampu menemukan siasat ini tentunya dirinya akan semakin enjoy untuk menjalani kehidupan. Tidak seperti sekarang yang terus saja bermuram durjana karena ultimatum dari Budhenya.

Sepertinya efek samping dari mabuk itu tidak seburuk kelihatannya karena nyatanya dirinya kini menemukan solusi yang jitu untuk menghadapi masalah perjodohan dengan Dibyo. Kenapa dirinya tidak melakukannya dari dulu. Karena sekarang masalah utamanya tinggal menunggu waktu penyelesaiannya, jadi sekarang dirinya harus benar- benar menyelesaikan ritual mandinya dan segera pergi untuk kembali ke amsterdam sehingga dirinya akan  memulai kehidupan barunya.

Setelah Meila selesai dengan ritual paginya kini dirinya berderap keluar menuju masalah lainnya yang tengah menunggu di balik pintu kamar mandi. Namun dirinya yakin bahwasannya masalah tersebut tidak akan mengusiknya terlalu dalam karena dirinya memang tidak ada hubungan apalagi dengan si bos devilnya tersebut. Jadi sekarang dirinya tinggal mengepak pakaian yang masih tertinggal di dalam closet room.

Sambil menghembuskan nafas beratnya dirinyapun kini benar- benar telah siap untuk menghadapi apapun dari bos devilnya. Namun saat keluar dari kamar mandi aroma kopi terus menguar mengisi aroma dari kamar ini, hingga jejak aroma dari bau alkohol terkalahkan. Terimakasih tuhan... karena sekali lagi dirinya harus mencium aroma alkohol tersebut mungkin rasa mualnya akan kembali hadir karena dirinya baru saja memuntahkan apapun yang telah dirinya konsumsi tadi malam.

Mengendus jejak aroma kopi membawa dirinya kearah ruang kecil yang berada tepat didepan jendela. Yang ditempat tersebut tengah berada 2 kursi putih dengan asap yang mengupul yang dirinya yakini bahwa asap tersebut berasal dari kopi tersebut.

Dengan ragu- ragu dirinya menghampiri si mantan bosnya tersebut dirinya berharap mantan bosnya tersebut mau berbaik hati menawarinya sarapan pagi. Karena dirinya saat ini memang benar- benar tengah kelaparan terlebih semua yang ada dalam perutnya oke ralat yang pernah ada didalam perutnya tadi sudah terkuras karena efek samping dari hangover yang dirinya derita.

"Bagaimana sudah selesai mandi pagimu, bukannya sebaiknya kita sarapan dulu?" Suara tegas dari mantan bosku menggelegar menghapus keheningan yang terjadi 5 menit yang lalu.

"Tapi sebelumnya apapun yang ingin kamu lakukan, atau katakan lebih baik kita lakukan setelah kita menyelesaikan sarapan ini?" Katanya lebih lanjut sambil melirik kearah kursi yang ada disampingnya yang mengisyaratkan agar diriku duduk disampingnya.

Semoga saja tidak ada hal yang buruk dari pebicaraan ini , Kata Meila dalam hati

The Way's of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang