Bab 42

1K 38 0
                                    

Sejenak Meila terpaku menatap kearah iphone tersebut, dengan tatapan yang kosong Meila terus menerus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kehidupannya. Seakan- akan tuhan memberikan rencana yang tidak dirinya mengerti. Apakah ini sebuah musibah ataukah sebuah berkah sungguh Meila ingin sekali menertawakan kejadian yang terjadi didalam kehidupannya. Meila tidak mengerti mengapa hal yang terjadi selalu saja berlawanan dengan keinginan dirinya. Apakah dosanya terlalu besar sehingga dirinya harus menerima musibah ini?

Suara dering handphone miliknya entah sejak kapan terus menerus berbunyi nyaring, belum juga Meila menemukan jalan keluar dari masalah ini namun entah kenapa bunyi itu semakin memperparah masalah yang dirinya hadapi.

"Apakah kamu tidak bisa menghentikan bunyi yang berisik itu?" teriak Jack dengan suara yang sangat- sangat marah, melihat pelototan matanya seketika itu juga Meila hanya bisa berdoa dalam hati semoga saja mantan bosnya tersebut tidak akan membunuhnya dengan tatapan seebengis itu.

Sesaat sebelum Meila mereject si penelephone, seketika itu juga nafasnya seakan terhenti bagaimana tidak, setelah melihat caller id tersebut Meila hanya bisa berpasrah diri akan apapun yang terjadi. Dengan pasrah dirinya bertanya kepada jack untuk mengangkat telephone miliknya entah apa yang akan dirinya terima dari Jack namun dirinya tidak ingin menjadi anak yang durhaka sudah cukup satu masalah yang menimpa dirinya, dirinya tidak ingin memiliki masalah lagi.

Dengan muka yang sememelas mungkin Meila membulatkan tekad untuk memberanikan diri meminta ijin kepada mmantan bosnya tersebut.

"Maaf, saya harus mengangkat telephone ini... pembicaraan kita, kita tunda dulu".Meila tahu setelah ini mantan bosnya tersebut akan mencabik- cabiknya secara hidup- hidup

"Kamu..." belum selesai mantan bosnya tersebut berbicara meila memilih untuk mengangkat telephone miliknya, namun dengan isyarat telunjuk di bibir menandakan bahwa mantan bosnya tersebut untuk tutup mulut. Sambil bergegas pergi kearah balkon hotel, Meila tidak ingin mantan bosnya tahu akan apapun yang dirinya bicarakan, walaupun sebenarnya dirinya yakin 100% bahwa mantan bosnya tersebut tidak akan tahu apapun yang dirinya bicarakan tapi tetap saja Meila takut akan hawa yang tengah mantan bosnya berikan akan memuat dirinya merasa tidak nyaman.

"Assalamualaikum... ma?" kata meila perlahan

"waalaikum salam mei, bagaimana kabarmu?"

"alhamdulilah baik ma, kok tumben mama jam segini telephone sambil melirik kearah jam tangannya. sambil berfikir kalau sekarang jam 8 pagi berarti di malang masih jam 3 pagi.

"enggak apa- apa sayang, mama sekalian bangun untuk sholat. Meila... mama ada hal yang serius yang ingin mama bicarakan sama kamu?"

" ada masalah apa sih ma... meila jadi kuatir gini?" tanyaku lanjut

"Mei... jujur sama mama, kamu ada hubungan lagi sama Yudit?" kata mama to the point

" maksud mama apaan sih... memang meila beberapa bulan ini ada kontak sama mas Yudit tapi cuman sebatas itu saja, Meila sudah tidak ada hubungan yang serius sama mas Yudit?" kataku pelan

"Mama tahu kamu gak bakalan bohong, tapi mama tidak habis pikir kenapa tunangannya Yudit datang kerumah dan mengatakan kalau hubungannya berakhir gara- gara kamu?" kata mama dengan suara yang khawatir

"ma.. Meila tegasin, Meila gak sehopelles itu kog sampai ngerusak hubungan orang lain. Meila tahu diri dimana meila harus berada dan harus berperan jadii apa. Dan untuk masalah mas Yudit sama tunangannya itu mama gak usah ngedengerin, pokoknya Mama harus percaya sama Meila. Meila tidak ada hubungan apapun sama mas Yudit. Kita hanya sebatas berteman."kataku menenangkan

"Iya mama yakin 100% apapun yang kamu lakukan itu tidak akan melanggar norma yang sudah mama dan papa ajarkan, dan ada satu lagi berita penting yang ingin mama bicarakan lagi?"

"berita penting ma?" kataku penasaran

"pakdhe sama budhemu sudah angkat tangan dari masalah perjodohanmu sama Dibyo, mereka takut kamu tidak akan bahagia seperti kerabatnya budhemu yang juga menikah gara- gara perjodohan terus sekarang harus bercerai setelah memilikii 3 anak gara- gara sudah tidak kuat harus bermain peran sebagai keluarga yang saling mencintai. Dan karena itulah budhemu menyerahkan apapun kepada dirimu. Jadi sekali lagi selamat... budhemu sudah tidak akan mengurusi lagi masalah perjodohan ataupun apapun." suara mama yang sangat antusias

Entah mengapa mendengar itu semua malah membuat Meila mengerutkan kening semakin dalam, apakah Meila harus menceritakan kejadian yang tengah dirinya hadapi kepada mamanya, ataukah dirinya harus sedikit menunggu/. Menunggu sampai semuanya bisa jelas

"ada apa sayang, apakah ada hal yang ingin kamu bicarakan kepada mama?" kata mama penasaran

"enggak kok ma, Meila hanya kaget mendengar berita tersebut jadi seenggaknya Meila tidak usah khawatir lagi mengenai Dibyo jadi sekarang meila bisa berkonsentrasi tentang karier Meila di belanda, terimakasih ma... atas berita yang sangat- sangat menggembirakan." kataku sambil sedikit tertawa  hal tersebut dirinya lakukan untuk menutupi gejolak yang ada dalam dirinya. Dirinya tidak ingin Mamanya ikut- ikutan bermasaalah dengan kejadian konyol yang dirinya alami.

"ok sayang baik- baik disana, assalamualaikum."

"waalaikum salam ma..." jawabku getir

Sambil menghembuskan nafas secara perlahan- lahan untuk mengurangi ketegangan yang Meila rasakan. Dengan rapalan doa yang terus menerus dirinya panjatkan Meila kemudian melangkahkan kaki kearah ruangan dimana sendari tadi mantan bosnya menunggu. Dirinya hanya berharap semoga saja ini cepat segera berakhir. Dan Meila bisa segera pergi dari tempat ini, sehingga dirinya mudah melupakan kekonyolan yang Tuhan berikan kepadanya.

Semoga saja ini cepat berakhir dan kehidupan nirmalnya akan kembali lagi.



The Way's of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang