Kabar kepulanganku di kota kecil ini ternyata terlalu cepat menyebar. Sebenarnya aku belum siap untuk menghadapi semua kenangan yang aku lukis bersama dirinya tentang kota ini. Tapi bagaimanapun juga lusa adalah pernikahan kakakku dan sebagai adik aku harus ikut serta dalam kegembiraanya.
Dan mengapa harus wanita itu yang memanggilku? Apa yang harus aku lakukan, kini semua orang di tempat itu menoleh kepadaku. Mungkin semua orang di tempat ini akan menertawaiku karena kegagalanku. Dan sekarang aku harus berjuang menghadapi wanita ini.
"hai!"
Meila dengan tersenyum menyambut wanita itu. Tidak ada yang berubah dari wanita itu tetap saja cantik, walaupun tampak guratan diberbagai sisi di kelopak matanya. Seingatku tampilan wanita itu masih tetap sama. Masih menggunakan pakaian mahal kenamaan disainer kondang, dan tas yang ia gunakan pasti impor luar negeri paling gak 8 digit siap dikantongi tas tersebut.
"hai juga?"
Berusaha untuk tetap tenang dengan segala macam situasi yang tengah terjadi. Ia hanya berusaha menghela nafas mengaturnya agar terlihat wajar dan biasa sajua saat menghadapi wanita ini.
"kog balik gak ngasih kabar, tahu begitu aku kerumahmu? Oh ya mas yudit titip salam, dia sekarang ada di Singapura urusan kerjaan. Kemarin dia telephon dan aku bilang kalo kabarnya kamu pulang yah dia bilang salam kalau ketemu eh gak taunya beneran ketemu. Gimana kabarmu?" ucap wanita itu sambil duduk didepanku.
"em... aku kabarku baik kog, gimana hubungan kalian?" meski terasa sesak untuk menanyakannya tapi aku berusaha untuk mengatakannya.
"ow... gak tau tunggu ijin dari nyokapnya mas Yudit aja, lagian kita berdua juga lom pengin cepet- ceper merried, kamu tau sendiri ribetnya kalau udah merried, kamu sendiri gimana? Enaknya bisa kuliah ke Belanda, aku iri loh!"
"gimana apanya, yah kuliahku masih tetep jalan sekarang masih ngurus tesis, yah kalau iri kenapa gak kuliah juga kesana asyik loh?"
"yah kamu tahu sendiri mas Yudit kayak gimana, kolot orangnya gak betah kalau membina hubungan jarak jauh, gini aja 2 hari di Singapura katanya udah kangen pengin ketemu, oh ya berapa lama kamu di Indonesia kali aja mas Yudit dah balik dari Singapura biar ntar kita berdua main ke rumahmu?"
Kenapa harus menceritakan kisah mereka sih. Kalo mo pamer silahkan, illfeel gue ndengerinnya, kalo gak inget lo temen gue udah gue jabak tu rambut.
"em cuman 3 hari, soalnya lagi sibuk? Ngurusin tesis ma kerjaan" sambil menyunggingkan senyum walaupun terlalu dipaksakan.
"ya udah aku balik dulu, ada acara sama temen-temen SMA, have fun yah!! See u again?"
"see u", sambil cipika-cipiki ala ibu-ibu pondok indah. Sambil menjinjing tas mehongnya perempuan itu kini berjalan semakin menjauh keluar dari cafe dan menuju tempat parkir.
Sepeninggal perempuan tersebut yang memiliki nama Anggela. Kini semua tatapan mata diruangan ini seakan menelanku secara hidup-hidup. Mungkin keinginan tahuan mereka mengenai reaksiku terhadap wanita perebut tunanganku. Dan pada akhirnya aku harus lekas-lekas untuk meninggalkan kafe terkutuk ini. Entah mengapa hariku semakin suram dan tak berbentuk lagi. Padahal aku datang kemari untuk melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan keluargaku mengenai kisah cintaku. Aku muak bila mereka bertanya mengenai sekarang sama siapa, nikahnya kapan dan masih banyak lagi jenis pertanyaan yang siap mereka ajukan dan hal itulah yang membuatku mungkir dari persiapan pernikahan kakakku satu-satunya. Dan bersyukurlah aku bahwa kedua orang tuaku sama sekali tidak mempermasalahkan mengapa aku mangkir.
Tetapi semakin aku terlalu lama disini membuat perasaan ku semakin kesal akhirnya aku putuskan untuk cepat-cepat ke luar dari kafe ini.
Secepat mungkin aku masukkan kunci dan sesegera mungkin meninggalkan tempat terkutuk ini. Seandainya hari ini tidak pergi ke kafe itu mungkin aku tidak perlu bertemu dengan wanita itu, masih segar dalam ingatanku 5 tahun yang lalu kisah cintaku bersama mas Yudit bersemi. Waktu itu kami berdua sama-sama masih kuliah dan sibuk mencari bahan untuk referensi tugas sementara mas Yudit sibuk dengan bahan untuk skripsinya. Sering kali ia membantuku mencari referensi untuk bahan makalah yah boleh dibilang otak mas yudit memang encer hingga walaupun beda jurusan tapi dia sedikit banyak tau apa yang aku kerjakan. Dari situlah kita berkenalan. Karena kita sama-sama suka membaca entah mengapa hal inilah yang menumbuhkan rasa cinta satu sama lain. Banyak yang menganggap kami berdua merupakan pasangan yang aneh karena tak selayaknya pasangan biasanya yang berkencan ditempat hiburan, makan berdua di tempat romantis tapi kami memilih tempat romantis adalah perpustakan. Hubungan kami seperti pasangan lainnya yang banyak mengalami pasang surut tetapi selama dua tahun setelah pacaran kami masih sanggup untuk menyelesaikannya. Memang dari kondisi usia kita hanya terpaut 2 tahun sehingga wajar saja kita masih sama-sama egois tapi dengan banyaknya kebersamaan kita, kita berdua merasa satu hati untuk melanjutkan kejenjang yang lebih resmi dan saat itu yang logis untuk kita berdua lakukan diusia yang masih relatif muda yaitu mengikat janji atau lebih trendnya bilang aja tunangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way's of Love
Storie d'amoreKetika suatu ultimatum dari keluarganya yang membuat Meila harus memilih diantara ketiga laki- laki . Yudit pria masa lalunya yang kini datang dengan memberikan harapan. Ataukah Meila harus memilih Dibyo seorang pria pilihan budhenya yang memiliki...