Ketika suatu ultimatum dari keluarganya yang membuat Meila harus memilih diantara ketiga laki- laki .
Yudit pria masa lalunya yang kini datang dengan memberikan harapan. Ataukah Meila harus memilih Dibyo seorang pria pilihan budhenya yang memiliki...
Entah mengapa perkataan yang Dibyo bicarakan membuatku terperangah, terperangah akan perilaku yang dia lakukan selama ini untuk memata- mataiku. Seharusnya aku tak seterkejut sekarang mengingat apa yang mampu Dibyo lakukan tapi tetap saja mendengarnya secara langsung membuatku tetap kaget.
Ditengah lamunanku tiba- tiba ada suara yang mengusik yang membuat diriku menatap kearah sumber suara tersebut. Disanalah berdiri si dewa adonis dengan setelan arminya membuatnya semakin menarik, tapi tunggu saja sampai beberapa detik saja maka julukan itu akan berubah menjadi si pembuat badmood. Tunggu sampai 5 detik
satu... dua... tiga... dan em...
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan sejak tadi mengapa kamu belum turun juga? Kita disini bukan hanya menghadiri undangan party tetapi juga bekerja? Lihat ini sudah hampir makan siang jadi kamu sudah membuatku rugi selama 4 jam." Dengan muka merah padam Mr Raskal berkacak pinggang sambil memandang garang ke arah Meila.
Dengan tampang yang semelas mungkin Meila kemudian berusaha untuk merayu bosnya semoga saja si bosnya bisa menurunkan amarahnya tersebut.
"Maafkan saya Mr Raskal, hari ini saya tidak konsentrasi dalam bekerja banyak urusan pribadi yang menggangu pikiran saya?" sambil berdoa di dalam hati agar tuan devilnya ini tidak menghembuskan nafas apinya.
"Apa.... urusan pribadi, dimana profesionalitasmu sebagai sekertaris? Kamu tahu kita hari ini gagal total untuk mencari klien, dan sekarang para klien sedang istirahat jadi acara penglobian tender gagal total. Cih... Dasar... Tahu begitu kita tidak usah menghadiri acara ini? Kamu benar benar membuatku rugi. Dengar RUGIIIIIIIII!!!!" Bentaknya tak kalah nyaring dengan bentakan yang pertama
Mendengar bentakan yang diberikan oleh bos entah mengapa membuat buliran bening itu menetes, padahal jika sebelumnya aku mampu menjawab segala caci maki dari bosku ini namun sekarang justru tangis yang mampu aku lakukan. Entah mengapa hari ini aku semenyedihkan ini ataukah rasa frustrasi itu benar- benar membuat emosi kian jungkir balik.
Tetes demi tetes kini kian menjadi deras aku tahu ini kesalahanku sehingga membuatku semakin sedih, aku tahu bahwa apa yang telah bos devilku ucapkan itu memang benar akan tetapi hal itu tetap saja menorehkan luka didalam hati ini.
Andai saja....
"BITCH.... mengapa kamu harus nangis? "Bentaknya lagi semakin keras hingga mampu memekakkan telingaku.
Entah mengapa emosiku kian bergejolak saat mendengar bentakan tersebut. Entah mengapa harga diriku semakin terinjak- injak saat mendengar kata "BITCH" membuat diriku semakin tidak bisa memedam rasa emosi karena sifat bossy yang dimiliki oleh pria yang berdiri dihadapanku ini.
Dengan emosi yang memuncak kukeluarkan semua unek- unek yang ada pada pria yang ada dihadapanku ini.
"Jangan pernah bilang aku pelacur, aku bukan wanita seperti itu sudah cukup kamu melakukanku seperti pembantu aku bekerja denganmu sebagai sekertaris bukan pembantu yang harus mengurusi segala macam kebutuhan pribadimu terlebih urusan dengan para wanitamu. I'm Quit..." dengan penuh amarah Meila meneriaki hal tersebut kepada mantan bosnya dengan derap yang mantap dirinya melenggang pergi meninggalkan kamar hotelnya.
MEILA POV
Mengapa lelaki yang dia kenal harus seegois itu, tidak Yudit tidak Dibyo bahkan si devil itu juga sama saja mereka hanya mencari keuntungan dari apa yang mereka kejar. ini semua tentang keuntungan bukan tentang perasaan. Mengapa lelaki harus selalu diberi tahu tentang apa yang wanita inginkan. Wanita diam bukan berarti tidak menginginkan sesuatu wanita diam karena dirinya mengalah, karena wanita tahu jika dia bersuara maka kebahagiaannya akan hilang. Dan aku benci wanita seperti itu, jika selama ini aku diam, bukan karena takut tapi aku benci dengan perseteruan.
Hari ini adalah puncak dari kemalanganku. Mengapa aku semenyedihkan ini mengapa hidupku selalu jauh dari kata bahagia. Apakah memang aku ditakdirkan untuk selalu menderita. Tuhan... mengapa engkau selalu menjauhkan diriku dari kebahagiaan.
Entah mengapa langkah kaki ini membawaku menuju ketempat asing ini, tempat dimana diriku selalu berusaha untuk menjauhinya. Karena aku sadar bukan disini tempatku seharusnya berada tetapi dengan masalah yang menimpaku aku menginginkan masalah itu sejenak lenyap walau aku tahu hanya sementara tetapi aku menginginkannya.
Ditengah hingar bingar musik Meila menuju kearah bertender yang tengah menyajikan minuman yang belum pernah sekalipun Meila rasakan. Meila hanya berharap apa yang Meila coba lakukan sekarang tidak akan berdampak buruk bagi dirinya, karena dirinya hanya menginginkan ketenangan itu, ketenangan akan banyaknya ucapan yang berkecambuk di dalam pikirannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.