Mendengar apa yang barusan Meila dengar membuatnya mengerti seperti apa Yudit itu sebenarnya bahwa Yudit merupakan lelaki yang egois, hanya kerena kesucian dari tunangannya yang mampu membuatnya memutuskan hubungan tersebut dan karena keegoisan itu pula yang membuat hubungan mereka harus berakhir.
Selanjutnya apa yang mampu Meila lakukan hanya menutup telephon dari lelaki yang dulunya selalu dirinya banggakan sebagai lelaki idaman, nyatanya lelaki itu jugalah yang mampu membuatnya terluka sedalam ini.
Dengan termenung dia kemudian mencoba untuk mencerna apa yang barusan saja terjadi mengapa dia baru saja menyadari itu semua mengapa harus menunggu selama 3 tahun hingga dirinya baru menyadari lelaki seperti apa yang ada dibalik topeng itu.
Ditengah kehampaan suasana itu, dia kemudian tersadar langkah apa yang harus dia lakukan bahwa dia tidak akan mencintai lelaki yang penuh syarat. Dirinya hanya menginginkan lelaki yang mencintainya dengan kekurangan dan kelebihan yang dirinya miliki. Bukan lelaki yang harus mensyaratkan kesucian untuk layak dicintai.
Dia kemudian mengangkat telephon yang dia pegang sambil mencoba untuk menghubungi seseorang yang ada diseberang. Tak lama berselang telephon itupun terhubung. Dengan penuh rasa mantap dirinya kemudian berbicara kepada seseorang yang ada diseberang.
"Hallo Dib, ada yang pengin aku bicarakan?" Sambil menatap kearah jendela untuk melihat kesibukan lalu lintas dari balik kaca kamar hotel yang dirinya tempati.
"Memang apa yang mau kamu omongin, apa kamu tidak tahu ini jam berapa?" Katanya sambil mengantuk
"Ya aku tahu ini masih jam 4 pagi, tapi ada hal yang sangat serius yang aku harus omongin ke kamu?"
"Ok hal serius apa yang ingin kamu bicarakan" sambil terdengar suara pancuran dari kamar mandi.
"Dib, sebenarnya mengapa kamu ingin kita menikah?"
"Meila pertanyaan macam apa itu? Kamu tahu khan dulu pernah kita bahas sewaktu kamu balik ke Indonesia, kenapa kamu ulangi pertanyaan tersebut!"Katanya dengan penuh rasa kesal
"Ok kita ganti topik, Dib aku mau bertanya kepada kamu apakah kesucian wanita itu menjadi tolak ukur kebahagiaan hubungan?" Kataku dengan cemas menunggu jawaban dari Dibyo
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, seharusnya kamu paham tentang budaya yang kita miliki bahwa kesucian wanita merupakan derajat yang harus wanita jaga, kalau kesucian wanita itu rusak maka turun jugalah derajat wanita tersebut baik dimata pria ataupun masyarakat." katanya dengan tegas
"Well, i see. Jadi maksudmu kesucian itu penting bagi salah satu syarat penting untuk menjadi pasanganmu. Kalau aku tidak bisa memenuhi itu semua apakah pernikahan kita akan tetap berlanjut." tanyaku kemudian
" Meila, Meila aku tahu permainan apa yang kamu lakukan. Kamu seharusnya paham siapa diriku, sebenarnya aku tahu luar dalam tentang dirimu aku tahu bahwa kesucian itu masih ada pada dirimu dan belum ada yang merenggutnya. Aku tahu itu semua, seharusnya kamu tahu walaupun kamu jauh diluar sana akan tetapi aku tahu apa yang kamu lakukan. Jadi berhentilah berusaha untuk menggagalkan pernikahan yang keluarga kita inginkan. Apalagi tentang tipu muslihat yang tengah kamu lakukan bersama bosmu itu ,Meila aku bukan pria sebodoh itu"
Jadi selama ini Dibyo mengikutiku, pantas saja dia tetap ngotot akan perjodohan ini. Aku harus menggagalkannya, kalau saja kita benar- benar menikah entah pernikahan seperti apa yang akan kita jalani. Mungkin aku tidak akan bisa bergerak dengan bebas karena sikap otoriter yang dimiliki oleh Dibyo. Oh tuhan apa yang sebaiknya aku lakukan

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way's of Love
RomanceKetika suatu ultimatum dari keluarganya yang membuat Meila harus memilih diantara ketiga laki- laki . Yudit pria masa lalunya yang kini datang dengan memberikan harapan. Ataukah Meila harus memilih Dibyo seorang pria pilihan budhenya yang memiliki...