chapter 16

3.6K 212 3
                                        

Mulmed: Bastian (babak belur)

"Jangan menyakitinya, dia terlalu berharga untuk tergores."

-MadnessOfBrothers-
______

Selamat membaca😍

Gian mengerang frustasi melirik dua orang yang sedang saling membunuh dengan tatapan tajam masing-masing.

"Lepas.. " gian gumam pelan menatap Bara, memohon.

Jangan sampai ada keributan di sini, ini sungguh tidak penting tapi mungkin tidak bagi ego kedua cowok yang sekarang memegang kedua tangannya dengan sangat erat. hingga membuat gian merasa sedikit sakit.

Gian melirik sekali lagi ke arah Bara untuk melepaskannya, gian pikir harus ada yang mau mengalah, tapi kayaknya itu mustahil.

"Lepasin tangan lo!" kata Bastian tajam.

Bara menatap Gian sesaat. yah, hanya sesaat lalu beralih lagi menatap tajam Bastian dan mempererat cengkraman tangannya.

"Gua ada urusan." Balasnya datar, dan kemudian menarik tangan gian dengan kuat, supaya pegangan Bastian terlepas.

Tapi sayangnya itu sia-sia saja karena pegangan tangan Bastian juga sama kuat. Membuat Gian meringis menahan sakit di kedua tangannya.

"Kak.. " bisik Gian lirih menatap bastian untuk segera melepaskan tangannya.

Tapi sepertinya bastian tidak mendengarnya karena terlalu fokus dan emosi kepada cowok yang berani menyentuh adiknya bahkan menentangnya.

"Gue gak peduli. Lepasin tangan busuk lo dari adik gue!" Desisnya marah.

Bara hanya menatap tenang ke arah Bastian tidak mengubris ucapannya, justru pegangan nya bertambah kuat membuat Bastian geram bukan main.

"Apa urusan lo!?" Bastian menggeram. Matanya melirik ke arah tangan Bara yang memegang tangan adiknya.

Bara berdecak. "Ck. Gak ada kerjaan lo? Ngurusin urusan orang?" Bara tersenyum sinis. Jawaban Bara yang kelewat santai itu malah membuat emosi Bastian tambah tersulut.

Gianina resah. Perasaan cewek itu mulai tidak enak. Pasalnya, dia pernah melihat salah satu kakaknya murka. Membuatnya ketakutan setengah mati. Dan, gian bersumpah tidak akan pernah mau melihatnya lagi.

Gian melirik Aldrian dan Sam bergantian untuk segera menolongnya. dalam situasi seperti ini, berbagai pikiran negatif selalu muncul di benaknya. Takut ini, takut itu, membuatnya kacau sendiri.

Pergelangan tangannya sakit. Gian menggigit bibir. Gian nggak tahan. Bahkan, sekarang, frekuensi degub jantungnya bertambah, membuat gian takut sesuatu dalam dirinya, kambuh.

"Lo mau bacot, bacot di sini. Dan lepasin tangan lo dari gianina."

"Kenapa harus gue? Kenapa bukan lo?" Bara terlihat menangtang.

"Gue udah kasih lo peringatan!" geram Bastian penuh penekanan.

"Aw! " ringisnya tidak tahan. terdengar oleh Aldrian yang sejak tadi hanya menonton sekarang ikut berdiri menghampiri Bara tanpa di sangka langsung melayangkan bogem tepat di wajah Bara membuat pegangan pada tangan gian terlepas dan kemudian tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah.

Madness of brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang