chapter 24

2.9K 181 9
                                    

Mulmed: Aldrian

Pernah hadir mungkin masih diingatnya lalu mencurahkan perasaannya dengan serangkaian kata-kata sebagai perwakilan hati. tapi tidak, dengan aku yang mendadak kehilangan kata dan rasa yang telah mati, yang ada hanya kebisuan dalam lidahku dan kekosongan dalam hatiku. Semua itu membuatku frustasi dan rindu akan perasaan merindu bahkan aku rindu dengan bagaimana rasanya terluka. -Gian
______
-MadnessOfBrothers-
-

Selamat Membaca^
--

"Gue pergi itu bukan keinginan gue."

kata Aulia, tangannya tidak berhenti memainkan ujung roknya. sedangkan Giani menatap lurus ke depan. taman lumayan sepi di jam istirahat kedua saat ini.

"Iya tau. Tapi ini terlalu mendadak." kata Gian, terlihat ia tidak menyukai berita tantang Aulia yang akan pergi.

Keduanya sama-sama terdiam. Aulia sedikit menyesal harus mengatakan berita ini kepada sahabatnya tentang dua hari lagi ia akan pindah ke paris ikut dengan papanya.

karena saat ini jam istirahat sedang berlangsung sebagian besar murid di kelas, berada di kantin. Entah untuk makan siang atau hanya sekedar nongkrong.

"Lia beneran nggak akan balik?" tanya gian setelah keheningan cukup lama. Aulia mengangguk lesu.

Lalu hening lagi.

Sangat di sayangkan memang, kebersamaan tidak selamanya, tapi meski begitu hal paling penting dari kenangan adalah kita belajar memahami bahwa setiap detiknya waktu itu sangat berharga.

"Kalo gitu, dua hari ini kita habiskan waktu bersama," putus gian. "Untuk yang terakhir kalinya."

"Oke, kalo gitu, gimana kalo di mulai hari ini aja, setelah pulang sekolah." usul Aulia.

"Ide bagus! Kita hangout pulang sekolah okay?"

"Okay! Tapi, tunggu dulu, bagaimana dengan abang-abang lo?"
Kata Aulia cemas teringat soal kakak gian yang over.

"Ahk! Iya.. Soal itu ya.." Ia berpikir. "Tenang aja, nanti gian urus soal mereka." katanya tersenyum meyakinkan.

"Lo yakin bisa?" tanya Aulia terlihat ragu.

"Iya."

**

Gian sedang berusaha meminta izin kakak-kakaknya. Sedetik lalu cewek itu sangat yakin, tapi saat berhadapan dengan mereka, cewek itu jadi tidak yakin bisa membujuk mereka supaya mengizinkannya pergi.

"Hangout? Tidak!" larang gion dengan tegas. Tubuhnya langsung di tegakan ketika adiknya barusan meminta pergi. Jelas ia akan melarang karena hari ini jadwalnya cek up. Apalagi gian memang tidak boleh sering pergi kemana pun.

Mereka bertiga melarang adiknya pergi dengan keras. Sudah jelas sekarang, sekeras apapun, gian tidak akan bisa pergi.

"Kenapa tidak? Lagi pula gian nggak perlu izin kakak! Gian bisa pergi!" kesal gian.

"Apapun alasannya kamu nggak kami izinkan kemana pun!" kata gionino.

"Itu benar!" sahut Aldrian ikut melarang.

"gian cuma sebentar perginya, kenapa nggak boleh!" teriak nya.

"Sudahlah mending kamu cepet masuk mobil, kita pulang."

"Kak! Ayolah.." gian memohon kali ini.

Trik ini lagi pikir mereka sudah hapal dengan kebiasaan adiknya jika ingin sesuatu.

Bastian yang hanya diam saja dari tadi kini angkat bicara.

"Biarkan dia pergi.."

Gian tersenyum lebar tapi lalu senyum nya langsung sirna saat Bastian melanjutkan kalimatnya.

Madness of brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang