Chapter 44

1.8K 142 52
                                    

PART AKAN DI HAPUS !!!

Oke baca baik-baik guys, ini PENTING BANGET! 

1. ALASAN AUTHOR UP LAMA

Author Lagi NULIS 7 PART SEKALIGUS,

2. ALASAN PART DI HAPUS

untuk proses KONTRAK KERJA Dengan Perusahaan di singapur.

3. KEADAAN AUTHOR 😭😭

kalian pasti tau bagaimana pusingnya Aku pas MOB di lamar sama pihak mereka dalam KEADAAN BELUM TAMAT.

DAN AKU HANYA DIBERI WAKTU SATU MINGGU BUAT SELESAIN SAMPAI TAMAT.

Oke itu aja.

Jelas.

Singkat.

Padat.

Selamat membaca^

Aku sangka kegilaan hanya melekat erat pada diriku.. Tapi kenyataan kata 'gila' hanya pantas pada mereka yang menyakiti.

Madness of brothers


Pagi ini untuk pertama kalinya. Gian melihat Gionino sudah duduk di meja makan setelah hampir satu minggu tidak menampakan diri hanya karena untuk menghindarinya.

Gian tidak juga duduk, karena merasa canggung. Cewek itu hanya diam termenung. Berdiri di belakang kursi miliknya di meja makan.

Gian benci situasi asing saat ini. Tapi hati maupun pikirannya tidak bisa bekerja sama.

Ia menunduk melihat kedua tanganya yang mencengkram erat sandaran kursi kayu. mengigit bibir dengan cemas. Apa yang mesti dia lakukan? Menyapa kakaknya kah? Atau diam saja tidak bertegur sapa seperti biasa?

Di lihatnya, Gionino sedang mengunyah telur setengah matang miliknya dalam diam. Dia menyambar gelas susu di sampingnya lalu menegaknya sampai tandas. Cowok itu melirik adiknya yang hanya diam berdiri sambil menunduk. Dia ingin bersuara, untuk menyuruh Gian agar cepat duduk, dan segera melahap sarapannya. Tapi, seakan ada yang menghalangi, suaranya hanya bisa sampai di tenggorokan.

Yang akhirnya, yang bisa Gionino lakukan adalah berdiri dan berniat pergi dari ruang makan, meski sarapannya terlihat masih utuh.

"mau ke mana lo?" Sebuah suara berat terdengar menggema. Membuat perhatian kedua orang yang saling diam teralihkan.

Gian menoleh, begitu pun dengan Gion yang menghentikan langkah kakinya yang hampir mencapai pintu. Cowok itu menoleh ke sumber suara, dengan kening berkerut tanda tidak suka. Ada apa dengan Bastian pagi ini, yang menurutnya agak lain dari biasanya. Kakak sulungnya itu terlihat marah.

Gian terlihat tidak nyaman. Cewek itu juga terlihat kebingungan dengan sikap Bastian hari ini. Apa penyebab kakaknya semarah itu. Pikirnya berkecambuk.

Bastian berdiri di ujung tangga terakhir dengan sorot mata tajam pada Gionino. Sejak dari tadi Bastian berdiri dan melihat bagaimana Gionino mengabaikan adik bungsu mereka. Membuatnya marah bukan main. Bastian mengerti kemarahan Gion karena kesalahan Gian pada Bella memang keterlaluan, tapi dia pikir Gionino tidak akan sampai mengabaikan Gian sampai seperti ini, yang membuatnya begitu geram. Bastian melangkah menuju meja makan lalu duduk di kursinya.

Madness of brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang