Mulmed: Gianina
Bahagianya aku itu di sisi kamu, kalo kamu pergi itu artinya kamu ingkar janji buat bahagiain aku.
-MadnessOfBrothers-
Semenjak beberapa hari belakangan, Gianina selalu memikirkan Bara. entah kenapa Ia selalu merasa ada sesuatu di antara mereka di masa lalu. Pikirannya tidak pernah lepas dari sosok cowok tampan itu. Mungkin, untuk sebagian orang masa lalu adalah hal yang perlu di lupakan tapi tidak baginya, karena masa lalu kadang bisa menjadi cerminan untuk kita perbaiki diri di masa sekarang.
Gian melirik graceline yang duduk di sebelahnya, sepertinya dia sedang dalam mode tidak bisa di ganggu. karena gadis yang beberapa hari ini selalu menemaninya itu sedang membaca sebuah buku novel dengan serius.
Gian membetulkan posisi duduknya menghadap tepat di depan graceline dengan kedua kaki di lipat di atas sofa lalu menaruh sebuah bantal kepangkuannya. Graceline tetap fokus membaca buku tanpa terganggu dengan gerakan yang gian timbulkan sedari tadi.
Gian menatap graceline dengan serius. "Kak, cel?"
"Hmm?" sahut celine tanpa menoleh.
"Gian mau nanya deh,"
gian terdiam, ragu soal pertanyaan yang akan ia ajukan kepada celine mengenai Bara, karena Ia takut celine akan berpikir yang tidak-tidak tentang alasan apa yang membuatnya penasaran terhadap cowok itu.
Tapi ia meyakinkan diri dengan menarik napas sebelum akhirnya pertanyaan itu keluar juga.
"Kakak kenal Bara?"
Graceline sempat menunggu, sebelum pertanyaan Gian membuatnya heran. Ia melirik gian dengan kerutan di keningnya, sampai menutup buku yang sedang Ia baca lalu meletakan buku itu di atas meja, kemudian memandang gianina sepenuhnya.
"Bara?" celine menyerngit.
"Iya, Bara yang dulu satu sekolah sama kakak, yang sekarang pindah ke sma dua."
Celine sempat terdiam, mencoba mengingat siapa cowok yang di maksud gian.
"Oh.. Dia, kenapa?"
"Dia orangnya gimana?"
"Kenapa tiba-tiba nanya soal Bara?" Celine memicingkan matanya, curiga.
"Kamu suka sama dia?"
"Eh? Eng-nggak, nggak gitu."
"Terus kenapa?"
"Gian cuman penasaran, soalnya dia cuek banget orangnya."
"Alesan." celine memutar bola matanya.
"Jangan suka sama dia."
"Ih udah di bilangin gian nggak suka sama dia!"
Celine mengabaikan gianina yang merengut protes ia kembali membuka bukunya mencari halaman yang terakhir Ia baca.
Gian tidak menyerah menggali informasi dari gracelin yang dulu satu sekolah dengan cowok yang selama ini memenuhi isi pikirannya.
"Ayo dong kak kasih tau, Bara dulunya kayak gimana sih?"
Tidak ada suara.
"Kak cel!" rengek gian, karena celine tetap diam.
"Apa?" tanya dia tanpa menoleh.
"Kasih tau." paksa gian memelas.
Celine menghela nafas. "Bara itu cowok nggak punya hati. Setiap kata yang keluar selalu bikin orang sakit hati. Pokok nya dia itu cowok paling kejam sama cewek."

KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Teen Fiction** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...