aturan hukum alam semua hal pasti pergi dan berubah, sekeras apapun kamu nyangkal semua tidak akan sama di masa yang akan datang.
Madness of brothers
^Selamat membaca😘
"aku suka sama kakak.. " cicitnya pelan.
Aldrian mengangkat alis.
"yang benar saja. " ucapnya sarkas dengan mata memandang Ocha begitu rendah. Cowok itu lalu berbalik. bersiap untuk pergi.
Terkejut.
Langkah Aldrian terhenti ketika tanpa di duga Ocha menarik tangan Aldrian. hingga cowok itu berhadapan dengan Ocha yang terlihat memerah. Entah karena cewek itu malu atau sedang marah. Namun jika di lihat dari tatapan matanya yang tajam, sepertinya dia sedang menahan emosi.
"emang salah kalo aku suka sama kaka? " ucapnya berapi-api.
"perasaan menyukai atau di sukai itu nggak ada larangannya, iyakan? Aku suka sama kaka, bukan bararti selalu ada artinya, bahwa ada perasaan berharap lebih. Aku tau kaka nggak mungkin suka sama aku, tapi setidaknya kaka enggak rendahin aku kayak tadi. "
"emang apa lagi tujuan lo ngomong ke gue soal perasaan lo? " tanya Aldrian masih dengan nada sarkas.
"itu karena aku mau lupain kaka. Dan sebelum itu terjadi aku harus mengatakan perasaan aku. " kata Ocha dengan yakin.
"mulai sekarang aku mau move on! " ucapnya penuh tekad. Matanya menyorot keseriusan saat menatap Aldrian.
Ujung bibir Aldrian bekedut hampir kelepasan, saat melihat Ocha saat ini. Cowok itu segera menetralkan perasaannya dan berusaha tetap terlihat santai saat membalas.
"yakin lo bisa lupain gue? "
Ocha menahan napas saat Aldrian tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Aldrian tersenyum miring melihat Ocha yang terpaku dengan pipi perlahan merona dengan mata melotot terkejut.
Ocha mundur dengan tergesa hingga hampir terjatuh jika saja Aldrian tidak segera meraih sikunya.
Ocha melepaskan tangan Aldrian dengan gelagapan karena Aldrian baru saja mencium pipinya tanpa sengaja karena cowok itu terlalu kencang menarik tangannya.
Aldrian terlalu terkejut sampai menarik Ocha terlalu kencang dan hampir saja keduanya berciuman jika saja Ocha tidak memalingkan muka. Tapi tetap saja, dia mencium Ocha walaupun hanya di pipi cewek itu. Keduanya tidak bisa berkata-kata.
Karena malu Ocha lebih memilih lari-seperti orang tolol.
Aldrian akhirnya tidak bisa lagi menahan kedutan di ujung bibirnya, cowok itu tersenyum lalu terkekeh panjang, sambil matanya tidak berpaling melihat Ocha yang mulai menjauh karena berlari terbirit-birit.
-MOB-
Gian menatap sendu punggung Bara lalu matanya jatuh pada tangan cowok itu yang memegang erat tangannya. Perasaan takut akan kehilangan orang-orang terdekat selalu menghantuinya setiap hari.
Apa mungkin kamu terus ada? Di sisiku tanpa mengeluh? Mengeluh karena keterbatasanku? Bolehkah? bolehkah, aku egois menginginkan segala tentangmu? hidupmu? Bolehkah hanya ada aku saja?
Tidak.
Gian menggeleng tidak berdaya satu tetes air bening di pelupuk matanya jatuh. Segera ia usap.
Sekeras apapun aku mempertahankan kamu untuk tetap di sisiku kelak tidak ada yang bisa berubah. Tapi, aku harus bagaimana? Aku tidak siap sendirian jika Bara pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Teen Fiction** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...