Biarkan aku mengeluh untuk kali ini, karena ada saatnya sakit itu tidak bisa aku tahan sendiri
Madness of brothers
Selamat membaca^
Sepanjang jalan menuju atap sekolah, Gian mau tidak mau harus melewati koridor kelas dua belas di lantai tiga, lalu menuju tangga di ujung. Gianina benci jika harus melewati koridor ini yang artinya cewek itu harus tahan dengan kakak kelas saat dia lewat.
Saat ini Gian mencoba untuk tidak peduli. Meskipun cewek itu begitu merasa jengah dengan suara bisik-bisik serta mata sinis mereka.
Gianina tersentak, hampir menjatuhkan kotak bekalnya saat tiba-tiba seseorang menarik kasar tangannya.
"Kenapa sih, lo nggak bisa sekali aja, dengerin gue! Susah ya kasih tau anak manja kayak lo!"
"Kak, Bella apaan sih?" Gian mengusap pergelangan tangannya.
"Dengar, gue kasih lo peringatan. Jangan pernah sekali-kali lo cari perhatian dalam bentuk apapun, ngerti!" Bella manatap Gian tajam.
Gian yang di tatap seperti itu, menyerngit bingung.
"Maksud.. Kakak?"
Bella mendengus kasar.
"Jangan sok manja! Cewek parasit kayak lo wajib di singkirin!"
"Gian bukan parasit! Kakak gian, nggak pernah anggep gian kayak gitu.." Gian berucap tidak terima.
"Masih belum nyadar juga ternyata," Bella berkata sinis.
"Lo harusnya sadar! lo itu nyusahin, buktinya orang tua lo memilih mati ketimbang ngurusin lo kan, sampai-sampai lo harus di asuh pelacur-"
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Bella. Cewek itu sudah keterlaluan.
Gianina tidak merasa pernah berbuat jahat kepada orang lain, hingga harus mendapat hinaan yang menyakitkan seperti sekarang.
Bella mengusap pelan pipinya yang terasa panas. Kepalanya sedikit pusing. Sebelumnya, Bella memang sudah merasa tidak enak badan sejak semalam karena pertengkarannya dengan Gionino akibat adik pacarnya itu. Hingga puncaknya sekarang. Bella ingin memberi pelajaran kepada Gianina karena menurutnya semua masalah itu karena Gianina.
"Gian!"
Gian terkejut mendengar suara yang penuh amarah itu. Gionino melangkah cepat menghampiri keduanya.
Gionino terkejut melihat cairan merah pekat keluar dari lubang hidung Bella, begitu pun dengan Gianina yang ikut terkejut.
"Lo apakan Bella hah!" bentak Gion kasar.
Sekali lagi Gianina di buat terkejut dengan sikap Gion yang kasar. Gian tidak pernah di bentak dengan cara yang begitu kasar oleh kakaknya. Gian merasakan sakit dengan sikap kakaknya saat ini.
"Gua gak pernah ajarin lo berbuat kasar!" bentaknya sekali lagi.
Gian mendengar suara bisikan di sekitarnya. Cewek itu baru sadar sekarang mereka di kerubungi banyak orang.
"Kakak.. Gian-"
"Bel, kita ke UKS." Gion mengabaikan adiknya. Cowok itu menuntun pacarnya ke UKS.
Gian terpaku di tempatnya. Kakaknya baru saja bersikap dingin padanya.
Gianina meremas dadanya yang terasa perih. 'Apa tadi? Kenapa rasanya menyakitkan. Sejak kapan aku mengenal rasa ini. Rasa dimana seseorang yang aku kenal jadi asing.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Teen Fiction** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...