chapter 21

3.2K 209 3
                                    

"Maaf aku telah membuatmu kesal, kadang beberapa hal emang lepas dari kendaliku. Dan semua itu kadang membuat buruk suasana hatimu, tapi kamu harus tau. Semenyebalkan nya aku, aku tetaplah seseorang yang paling menyayangi mu."
anonim_

-MadnessOfBroters-
___
selamat membaca😘

Jedug!

"Adaw!" ringis gian.

"Ebuset! Jatoh!" kaget Aulia.

terkejut, kening gian terbentur jendela yang terbuka, sebelum akhirnya jatuh terjembab ke tanah dengan posisi mengenaskan karena kehilangan keseimbangan. Gian meringis saat ia menyentuh keningnya yang berdenyut nyeri.

"KALIAN BERDUA SEDANG APA!" teriak seseorang terdengar lagi.

Aulia menoleh ke kiri, ke arah sumber suara. Ia melotot dengan panik, ketika melihat guru piket yang tidak jauh dari posisi mereka berdua, bahkan sekarang guru itu mulai berjalan ke arah mereka.

"Gi lari! ada Guru piket!" teriak aulia panik, sambil berlari.

"Eh, apa? Tungguin!" teriak gian tersadar dia di tinggalkan.

Secepat mungkin gian berlari menyusul sahabatnya. Dalam hati cewek itu merutuki kakinya yang pendek, membuat larinya tidak begitu cepat.

Gian tanpa sadar berlari sambil melamun, sehingga tidak menyadari Aulia entah kemana perginya, cewek itu sama sekali tidak menyadarinya.

Bugh!

"Aduh!"

ya, ampun! cobaan macam apa lagi ini? dua kali terjatuh, dua kali juga merasakan sakitnya.

Gian mendongkak melihat orang yang menabraknya. Seketika rasa sakitnya terlupakan dengan rasa kesal cewek itu langsung berdiri.

"Ngapain kamu ngalangin jalan!" kesal gian menatap tajam Bara.

Bara menaikan sebelah alisnya, menatap gian dengan tampang datar yang menurut cewek itu sangat menyebalkan. Bara melirik gian lalu pergi tanpa bicara.

"Apa-apaan dia pergi gitu aja?" cewek itu mendengus. Menghentakan kakinya ke lantai.

Gian melihat punggung Bara yang mulai menjauh. Gian geram sekali melihat cowok itu, yang bertingkah sok cuek. Emangnya dia pikir dia itu ganteng apa? dengan bertingkah semenyebalkan itu! Yah, meskipun memang kenyataannya dia ganteng sih. tapi tetap saja itu menyebalkan.

Gian mengerucutkan bibirnya, berjalan pergi dengan menghentakan kaki. Ia merogoh saku seragamnya mengambil benda pipih yang sedari tadi bergetar lalu menggeser tombol hijau di sana.

"Lia kenapa ninggalin!" teriak gian kepada seseorang di seberang telepon.

Lia meringis mendengar suara kemarahan gianina di telepon.

"Sori, gue kira lo ngikutin gue di belakang."

Gian mendengus kesal. "Untung gian bisa lari kenceng, coba kalo nggak,"

"Tumben, gimana caranya? Kaki lo kan pendek."

"Lia ngejek gian?" tanya gian dengan jengkel di seberang telepon.

Aulia terkekeh di sana.

"Nggak kok." Aulia memilih berdamai.

Aulia bersandar di bangkunya, cewek itu mengambil buku novel dalam tas.

"Nggak gian restuin sama kakak gian, baru tahu rasa." kata gian enteng di seberang sana.

"yah.. Jangan gitu dong gi, gue kan demen banget sama abang lo!," kata Lia memelas.

Madness of brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang