**
Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri.
'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! '
'kenapa?! Kalian bukan papa! '
'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! '
'semua barang kamu kakak...
Nanti ada saatnya seseorang menjadi dewasa sendiri tanpa harus mendengar kisah orang lain..
Madness of brothers
Selamat membaca^
"Bara.. Bangun.."
Gian menekan-nekan pelan pipi pacarnya dengan telujuknya.
"Ish!" kesalnya.
Lalu sebuah ide muncul di otak jahilnya. Gian mengambil benda pipih yang selalu dia bawa di saku seragamnya.
Klik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gian terkikik melihat hasil jepretannya. Bara terlihat lucu dengan mulut sedikit terbuka. Kalo di biarkan mungkin air liur cowok itu menetes. Ganteng-ganteng ileran kan bukin ilfil tapi anehnya gian tidak merasa seperti itu. Bara justru terlihat menggemaskan di matanya.
Gian melirik Bara. Cewek itu menatap dengan lama wajah pacarnya. Keningnya berkerut. Bara kecapean? Seketika rasa cemas melandanya. Di usapnya wajah Bara dengan pelan, menyusuru garis hidungnya yang mancung, lalu menyusuri rahangnya yang tegas.
Bara mengerang.
"Kamu ngapain di sini?" Bara berkata serak.
Gian tersenyum lembut.
"Kamu lelah, Kenapa tidur di sofa?" cewek itu malah bertanya balik.
Bara bangun dari tidurnya, cowok itu mengumpulkan nyawa beberapa saat.
"Kenapa masih di sini? Udah sore, nanti kakak kamu marah."
"Aku habis masak buat makan malem."
Bara beranjak dari duduknya.
"Aku mau cuci muka dulu terus anter kamu pulang."
Gian hanya mengangguk.
Gian tidak sadar sejak kapan, bersikap jadi dirinya di hadapan Bara. Sebelumnya cewek itu tidak pernah memperlihatkan dirinya kepada orang lain kecuali Dokter Ryan dan Dokternya di london.
Bara menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah. Bara membuka seatblet Gian.
"Besok aku jemput."
"Nggak." gian menggeleng.
"Masih belum bisa?"
Gian mengangguk lesu. Bara tersenyum tipis lalu mengacak rambut Gian.
"Ih Bara kebiasaan deh!"
Bara tergelak saat dengan kesal gian mencubitnya.
"Iya ampun, aduh.."
"Rasain! Lagian ya aneh ngapain ngacak-ngacak rambut pacar. Kata orang itu manis, manis dari mananya coba?" kesalnya.