Aku mau kamu tetap di sampingku
Tidak beranjak pergi.Karena saat itu,
Aku terjembab jatuh.Madness of brothers
Selamat membaca^
"ih Bara, kok, aku di gendong sih?"
"biar nggak capek."
"tapi kan, malu."
Bara merespon tak acuh. Cowok itu tetap berjalan dengan Gian dalam gendongannya. Sedang Gianina menunduk, coba sembunyikan wajahnya di bahu Bara. Sesekali cewek itu akan mengintip untuk melihat sekelilingnya, lalu menunduk lagi ketika matanya bertemu pandang dengan orang-orang.
Gian tidak habis pikir dengan tingkah Bara yang selalu seenaknya. Watak kakaknya juga sama, seenaknya dan suka mengatur. Tapi entah kenapa dengan Bara lain rasanya. Dia selalu ngerasa aman, apa karena efek dari perasaan percaya yang Gian berikan untuk Bara? Gian tidak yakin.
"kita udah sampai." Bara baru menurunkan tubuh Gian dekat meja di pojokan yang di pilih cowok itu untuk tempat mereka makan di kantin.
Gian menggigit bibir. "Bara.. Rame banget."
Cowok itu menatap setiap penjuru kantin. Memamg rame, padahal dia pergi ke kantin di waktu paling akhir saat istirahat. Tapi, tetap saja, masih banyak yang nongkrong di kantin jam segini.
"kamu mau balik ke kelas? "
Gian menggeleng. "nggak usah, ngapain? Kita udah terlanjur di kantin."
"iya, udah. Tunggu di sini." setelahnya Bara melesat pergi tanpa menunggu jawaban dari mulut Gian.
Gian duduk bertopang dagu. Cewek itu sesekali mengayunkan kakinya. cewek itu mengawasi Bara dari kejauhan.
"kak,"
Gian sedikit tersentak. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu melamun tanpa sadar. Gian melirik cewek yang saat ini memamerkan deretan gigi putihnya.
Dia balas tersenyum tipis. Cewek itu duduk tanpa permisi.
"aku cuma sebentar."
Gian menganguk, tanpa kata. Menunggu apa yang akan di sampaikan cewek yang saat ini memegang lolipop di tangannya.
"aku mau undang kakak ke rumah. Sepupu aku pulang dari AS. Sebenarnya, kalo kakak mau kita nanti bisa bikin kue di rumah." Ocha menunggu, berharap undanganya tidak sia-sia.
Gian berpikir sejenak. Dia tersenyum kaku, merasa tidak enak jika menolak. Tapi sumpah demi apapun dia tidak pernah menyukai orang asing. Jadi ketika Ocha mengundangnya dengan alasan sepupu yang sama sekali tidak di kenalnya, dia merasa ragu untuk menerima undangan cewek itu.
"sebenernya, Cha, aku tidak menyukai orang asing. Jadi aku minta maaf, lain kali saja."
Ocha terlihat kecewa. Tapi cewek itu memberi penawaran yang mau tidak mau Gian akhirnya tidak bisa menolak.
Setelah Ocha pergi, tidak lama Bara datang dengan dua mangkuk mie tek-tek di tangannya. Di belakangnya ada murid cowok berkaca mata memegang dua botol air mineral. Cowok yang datang bersama Bara hanya menaruh dua botol air itu di meja lalu pergi tanpa kata.
"kepala kamu masih sakit?" Bara bertanya dengan lembut. Tangannya terulur mengusap kepala Gian.
Gian, hari ini sangat pendiam. Membuatnya khawatir.
Gian menggeleng pelan.
"apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?"
Lagi-lagi cewek itu hanya menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Teen Fiction** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...