**
Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri.
'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! '
'kenapa?! Kalian bukan papa! '
'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! '
'semua barang kamu kakak...
Tidak sadar kah dengan sikap dinginmu itu aku beku?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Madnes of brothers
Dua jam mereka mengelilingi lapangan. peluh sudah membasahi kaos yang mereka kenakan, sengaja melepas seragam supaya keringat tidak mengotori seragam itu karena besok akan di pakai lagi.
"Hahh.. gila tuh guru ngasih hukuman gak kira-kira!" Sungut Gionino kesal dengan napas terputus-putus.
"Bagus, biar badan lo gak kayak kertas lempeng gak ada bentuk!" Celetuk Sam.
"Hina lo nyet!" Gionino menoyor kepala Sam dengan keras begitu menyiratkan kekesalannya pada jitakan yang membuat Sam menyerngit sakit.
"tahi sakit kampret!" Sam mengusap kepalanya. "kenapa sih pada doyan noyor pala gue. nggak elo. nggak gian hobi banget." Sam tidak berhenti menggerutu.
"itu karena pala lo banyak kutu. makanya tuh kutu gue pites!"
"nggak sekalian aja lo melihara tumbila di pala lo?" kata Gionino menaik turunkan alisnya . Sam menatap serius Gion, dan bertanya. "yon?"
"apa?" Gion juga menatap balik Sam serius.
"kapan lo mati?"
Plak! Anjir!
"lagi?" tawar Gionino.
"tidak!" balasnya pelan. mengusap kepalanya yang berdenyut. Bastian terkekeh melihat Sam menyerah menggoda Gionino yang menoyornya untuk kedua kalinya namun lebih keras dari sebelumnya.
Bastian tidak berhenti terkekeh melihat sepupunya itu yang menderita, sedangkan Al hanya cuek.
Tidak jauh dari bangku mereka ada cewek yang malu-malu ingin memberi air mineral untuk Aldrian. Dengan sedikit keberanian cewek itu menghampiri Al dan menyodorkan botol air mineral yang di bawanya.
"Kak, ini buat lo!" Kata cewek itu sambil menunduk. Aldrian menaikan satu alisnya melihat cewek di depannya, alih-alih menerima air yang di sodorkan, Aldrian malah berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi tanpa menghiraukan cewek itu.
Jika tidak mau menerima kenapa harus di acuhkan? Tidak bisakah dia bicara untuk sekedar menolak?
Cewek itu mendesah berat, kecewa karena air yang ingin ia beri tidak di terima. Gion dan Sam menahan tawanya merasa lucu dengan aksi cewek di hapannya. Sedangkan Bastian merasa kasian melihatnya. Gion dan Sam mengikuti Aldrian yang menuju kantin di susul Bastian yang berjalan di depan.
Sebenarnya banyak pasang mata yang melihat kejadian itu termasuk Gianina. Ada yang kasian ada juga yang tertawa sinis melihat nasib cewek itu. Gian menatap datar segerombolan cewek di sebelahnya. Apa yang kalian tertawakan? Sebegitu lucu kah adegan di depan mata? hingga lupa kalian pun akan mendapat giliran untuk di tertawakan.