Chapter 39

1.6K 120 1
                                        

Menjauh disaat keadaan kritis adalah hal pengecut yang di lakukan pecundang.

Madness of brothers

Selamat membaca^

"selagi gue masih bisa ngasih kesempatan. Jauhin dia." Bastian berkata tenang.

Jam pulang sekolah baru saja berdering. Sudah lima belas menit keduanya berdiam diri di belakang gedung olahraga yang sepi.

"hak, lo?" Bara tersenyum miring, mencomooh.

Bastian mengeram. Ingin sekali dia menghajar cowok yang berstatus sebagai 'pacar adiknya kini, dan akan dia buat berubah jadi 'mantan pacar tidak lama lagi.

"jika dia seperti remaja umumnya. tidak akan sampai sejauh ini keluarganya mengekang."

"jadi menurut lo menyembuhkan sakitnya dengan membuatnya terbiasa hingga ketergantungan seperti saat ini?" decakan lolos dari mulut Bara.

Lagi-lagi Bara menyulut emosi Bastian. Tapi cowok itu sama sekali tidak peduli. Seseorang harus menyadarkan keangkuhan tiga bersaudara ini.

"lo orang asing. Jangan coba masuk kelingkaran yang nggak seharusnya lo masuk!" Bastian memberi peringatan.

Tapi Bara jelas mengabaikan itu.

"menurut lo. Lo bukan orang asing?" balas Bara sarkas.

Bara tidak waras berpikir statusnya sebagai kakak adalah orang asing.

Bastian tidak ambil pusing perkataan Bara yang menurutnya ngawur itu, dan mengabaikannya. "cukup basa-basinya. Lo harus menjauh. Ini peringatan terakhir." Bastian berniat pergi.

"lo pikir Gianina bakal terus jadi proritas?"

Langkah Bastian terhenti. Namun dia tidak berbalik hanya untuk mendengarkan kelanjutan perkataan Bara.

Bara menegakan punggungnya yang bersandar pada tembok. "ada saatnya nanti lo pergi ninggalin dia untuk memilih pasangan di hidup lo. Jangan naif. Berpikir selamanya lo bisa terus di samping Gianina.."

Bastian termenung.

"..dan saat itu pasti terjadi, Gianina akan terluka."

Madness of brothers

Gianina mengusap peluh di dahinya. Gian tidak mengerti dengan kondisi fisiknya akhir-akhir ini yang sering berkeringat.

"Gian, kamu nggak apa-apa nginep di sini?"

"nggak apa-apa kok kak.."

Celine mengambil air dingin, lalu menyodorkannya untuk Gian.

"kamu udah dapet izin dari abang kamu?"

"udah kok.." Gian menengak minuman dingin di tangannya. "sempet di tanya-tanya juga sama kakak. Ngapain Gian nginep di rumah, kan masih ada kak Al buat nemenin Gian, katanya gitu. Tapi Gian tetep nggak mau ah. Lagi pula Gian mau nginep di rumah kak celin itu emang udah dari seminggu lalu kok. Tapi nggak di kasih izin, baru hari ini Gian di kasih izin sama kak Bastian, itu juga karena Gian terus-terusan bujuk."

"emang kenapa kamu pengen nginep?"

"Gian nggak suka di tinggal sendiri.." ucap Gian pelan.

Graceline membuka mulut ingin bertanya lebih lanjut ketika suara bel rumahnya terdengar. Hingga akhirnya cewek itu mengurungkan niatnya dan memilih pergi untuk membuka pintu.

Madness of brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang