Mulmed: Gionino Zhemie
"Rasa khawatir adalah salah satu perasaaan yang paling menyiksa diantara rasa paling menyakitkan selain rasa kecewa.
-MadnessOfBrothers-
"Gue suruh lo buat anterin Gian ke tempat les! Bukan, malah pacaran!" Teriak Bastian marah.
Bastian tidak habis pikir di mana otak Gionino. membiarkan Gian pergi ke tempat lesnya sendiri. dan, bahkan Gian tanpa pulang terlebih dahulu, hanya untuk sekedar ganti baju dan makan.
"Tadi gue udah nyamperin dia ke kelasnya, tapi dia udah gak ada." Jelas Gionino membela diri. Dan jujur saja bukan hanya Bastian yang begitu khawatir. Jelas dia juga sama.
"gue sempet tanya teman satu kelasnya. Mereka bilang Gian udah pulang. gue juga coba telpon Gian tapi ponselnya mati Bas!"
Bastian menghela nafas, mencoba meredakan emosinya. Lagi pula tidak seharusnya ia menyalahkan Gionino sepenuhnya. Karena tau sifat adik bungsu mereka itu sangat keras kepala.
Bastian berpikir lebih baik ia pergi ke tempat les adiknya, untuk memastikan keadaannya baik-baik saja.
Mereka sangat berlebihan jika menyangkut tentang Gianina. adik kesayangan mereka. Bukan tanpa alasan mereka bersikap seperti itu, mereka hanya tidak mau kejadian masa lalu terulang lagi. Hampir kehilangan adik satau-satunya, sempat membuat mereka kalut. menyalahkan diri sendiri. Bahkan sampai frustasi saat melihat keadaan Gianina saat itu.
Bastian pergi dengan mobilnya menuju tempat les adiknya. Begitu pun Gionino, cowok itu pergi untuk menemui teman-teman adiknya.
saat sampai di parkiran Bastian melihat Aldrian keluar gedung yang menjadi sekolah les adik mereka. segera saja Bastian keluar mobilnya, menghampiri Aldrian yang sudah pasti lebih dulu datang.
Aldrian keluar dari gedung les Gian setelah untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja. Aldrian sedang pemotretan saat mendengar kabar Gian pergi ke tempat les sendirian tanpa pulang ke rumah terlebih dulu.
Aldrian melihat kakak tertua mereka, keluar dari mobil. Bastian menghampiri Aldrian.
"Bagaimana?" Terlihat jelas wajah kawatirnya saat bertanya tentang Gian adik kesayangan mereka satu-satunya.
Aldrian menggeleng. "Dia tidak ada."
Bastian mengerang frustasi.
"Kita cari dia! Berpencar, hubungi Sam dan Gion!" Ucap Bastian berlalu pergi ke mobilnya sedikit terburu-buru.
Aldrian menghubungi Sammy dan Gionino sebelum ia juga mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area parkiran.
**
"Mau ngapain?!"
Bara tidak menjawab ia malah mendorong Gianina ke kasur, membuat cewek itu melotot.
Duk!
"Shit!"
Bara mengerang keras. juniornya yang di tendang terasa amat sakit dan nyilu. Gian menendang juniornya tanpa rasa kasian, sialan!
Dengan cepat Gian mendorong Bara hingga terjengkang kebelakang dengan keras membuat Bara lagi-lagi mengumpat keras.
Gian meringis sendiri melihat Bara memegang miliknya, yang terlihat menyakitkan. di tambah tadi ia mendorong Bara amat keras.
Gian dengan segera menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Tapi sebelum Gian pergi dari aparteman Bara untuk pulang. Gian mengambil selimut untuk menggulung tubuh Bara agar cowok itu tidak bisa mengejarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Teen Fiction** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...