Mulmed: Gianina
Bukan hal sederhana mengungkap suatu perasaan. kalau pun ada, itu hanyalah sebuah singkatan dari diskripsi yang sebenarnya.
-MadnessOfBrothers-
__________Selamat membaca
Demi hari ini gian benar-benar bekerja keras untuk bangun subuh-subuh. dengan alarm menyebalkan yang tidak mau berhenti berdering!
Mengerang dengan kesal, Ia matikan alarm itu dan mencoba kembali tidur. Kalo bukan karena hutangnya gian tidak akan pernah mau melakukan tugas tolol ini setiap pagi, dan itu di mulai dari sekarang.
demi Tuhan ini masih jam empat pagi!
Arrrrgggghhhh!
Brengsek kau Bara!
Huft.. dengan susah payah Gianina turun dari ranjangnya yang nyaman, saking nyamannya ia enggan turun darinya. Beruntung ia tidak tersandung saat berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai dengan rutinitas paginya. Cewek ith segera turun ke bawah. Untung lah masih sepi, kakaknya belum bangun.
Saat di dapur Gian mulai memasak dan tidak lupa setelah selesai ia membersihkan peralatan dapur supaya kakak-kakaknya tidak curiga sama sekali.
Ia mencium masakannya sendiri. tidak peduli dengan rasanya yang penting ia sudah memasak sesuatu untuk Bara.
**
Bagi anak murid di kelas sebelas IPA satu, hal yang paling mengerikan adalah saat ketika menghadapi ulangan dadakan. Apalagi soal itu melibatkan rumus dan angka.
"yah, pak, kok ulangan sih? Besok aja ulangan nya, kan masih ada jam pelajaran bapak. "
Fera yang duduk di. angku yang paling depan, dengan penampilan paling mencolok di antara murid yang lain, dengan rambut yang di warnai dan bibir merahnya yang seperti cabe-cabean pasar itu, memprotes diadakan nya ulangan matematika yang secara mendadak oleh pak Dimas.
Gian ingat, waktu pertama kali masuk sekolah dan ditempatkan dikelas ini. Cewek itu, Fera, dia duduk di kursi Aldrian dengan sengaja dan mengosongkan kursi sebelahnya, supaya bisa duduk sebangku dengan sam. Dan hal yang terjadi adalah acara pengusiran kejam yang di lakukan Sam.
"saya setuju dengan si tante, pak!" celetuk Arga, ketua kelas.
Arga, termasuk deretan cowok yang menyukai gianina. Bahkan sampai sekarang pun dia masih menyukainya, walaupun dengan cara diam-diam sih. Karena terakhir kali ia mengungkap perasaannya, cowok itu berakhir di rumah sakit.
Arga, selain menjabat sebagai ketua kelas ia juga menjabat sebagai kapten basket di SMA Nesapa. Dia cukup pintar dibidang akademik apalagi ia jago main basket. Tampan dan berprestasi adalah cowok idaman ditambah ia sedikit badboy menambah kesan cool pada diri arga.
"duh, tante mau mangkal di mana? " kata Sam dengan gaya ala cabe - cabean. Sontak semua kelas riuh tertawa sedangkan fera mukanya sudah memerah.
Gian yang melihat, menjadi sedikit tidak suka lantas memukul kepala Sam dengan pulpen karena tingkah konyol sepupu nya itu.
"eh, sudah, sudah! Kita lanjutkan ulangannya. Karin, kamu bantu bagikan soal ulangannya. " intruksi pak dimas supaya anak-anak diam dan melanjutkan rencana jahatnya.
Membuat seisi kelas mendesah pasrah.
Suasana tenang, dalam kelas membuat kantuk gian menyerang. Dengan cara yang lucu mata bulatnya berkedip beberapa kali. Karin menghampiri mejanya untuk menyodorkan dua lembar kertas di meja. Gian melirik kertas itu. Tidak minat, gian menenggelamkan wajahnya di atas meja, di kertas soal miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madness of brothers
Fiksi Remaja** Gianina menatap beberapa butir obat di tangannya. Kepalanya berkedut nyeri. 'gian nggak boleh deket dengan cowok! Kamu masih kecil! ' 'kenapa?! Kalian bukan papa! ' 'jangan keras kepala! Kamu nggak boleh keluar rumah! ' 'semua barang kamu kakak...