49. (Bukan) Akhir

5.6K 287 61
                                    

Gadis itu nampak gusar berada didalam mobil biru itu. Sesekali mulutnya mengoceh untuk melajukan mobil agar lebih kencang.

"Pak kecepatannya ditambah lagi dong!"

Sopir tersebut menggeleng, "Aduh neng ini juga udah kecepatan maksimum!"

Anya meremas-remas jari jemarinya, ketika sore telah berganti malam. Beberapa menit kemudian, mobil taxi itu berhenti dipekarangan rumah bercat putih. Dengan langkah tergesa-gesa, gadis itu lari menuju kearah rumah tersebut.

"Neng, taxinya belum dibayar!" teriak pria paruh baya itu.

"Nanti, Bapak tunggu aja disini!" teriak Anya yang tidak kalah cemprengnya.

"Kalo gak punya duit jangan naik neng, udah bapak ikhlasin aja buat eneng!"

"Terima kasih, Pak!"

*****

Kini kaki telanjang Anya menyentuh lantai marmer yang dingin. Gaun putih tak berlengan menjutai menutupi kakinya tersebut. Senyuman bahagia menungging dikedua sudut bibirnya.

Tok...tok...tok

"Assalamualaikum...!"

Anya nampak sudah tidak sabar untuk bertemu dengan laki-laki yang dicintainya. Hatinya meresakan bahagia yang amat sangat, seiring degup jantung yang semakin cepat. Hingga beberepa saat kemudian, pintu terbuka menampakkan tuan rumahnya.

"Wallaikumsalam,, !" suara wanita paruh baya dengan baju santainya.

"Tante, Anya mau ketemu sama Agas!" sahut Anya dengan senyuman termanis serta mata yang berbinar.

Ayu melongo melompong, melihat gadis dengan dress putih tiba-tiba datang dirumahnya.
"Loh-Anya, bukannya hari ini kamu tunangan?"

Anya tersenyum mengangguk, "Iya tan, tetapi sudah batal. Dan sekarang Anya ingin ketemu sama Agas!"

Ayu menggeleng sesaat lalu tersenyum tipis kepada Anya, "Terlambat..."

Gadis itu memandang Ayu dengan tatapan bingung. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu buruk akan menimpanya. "Ma-sud, tan -te?" tanya gadis itu yang sedikit gelagapan.

"Iya terlambat, Agas dan papanya sudah terbang ke Inggris sejam yang lalu!"

JDuArr

Tubuh Anya membeku bagai tersambar petir. Raut wajahnya menjadi tercengang. Kenapa disaat ia berjuang, laki-laki itu malah pergi?

Sambil menitihkan air mata Anya berusaha untuk bertanya, "berapa lama Agas disana tan?"

"Tante gak tau pasti! Tapi tadi Agas bilang, dia akan membangun bisnis disana. Jadi mungkin cukup lama!" jelas Ayu dengan kelembutan.

Anya terus menggelengkan kepala dengan isakannya, ia menutupi mulutnya dengan jari jemari. Seolah tak percaya dengan semua yang dihadapinya.

"Hiks..Ti-dak mungkin....."
Penglihatan gadis itu kemudian menjadi kabur, hingga semua berubah gelap. Tubuhnya yang lemah, runtuh kelantai.

"ANYA..." jerit Ayu





*****



Anya mulai menerjapkan matanya, pandangannya kini masih kabur. Lalu beberapa detik kemudian ia mulai bisa melihat sekeliling dengan jelas. Ruangan yang bernuansa hitam nan elegan kini menghiasi kedua matanya. Gadis itu berbaring dikasur hitam milik Agas. Berarti ia sekarang berada dikamar Agas.
Pikirannya sekarang menjadi berkecamuk, ia kembali dalam tangisan keheningannya.

"Sayang, akhirnya kamu sudah sadar!" suara Ayu dari balik pintu. Wanita itu kemudian menghimpiri Anya dan duduk pinggiran kasur.

Gadis itu masih menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Dengan air mata dipipinya, ia kembali mengingat bahwa dirinya telah kehilangan orang yang dicintainya yang kedua kalinya. Sangat sulit bagi Anya untuk menerima semua ini.

Janji Sepasang Bintang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang