Menelusuri keheningan malam yang mencekam, tak menjadi ketakutannya saat ini. Ditambah desiran angin malam yang kian menjamah seluruh kulit putihnya. Ia tak menyangka kisah cintanya bakal serumit ini. Kata orang cinta itu indah. Ya..cinta memang indah jika orang yang dicintainya bisa bersamanya. Tetapi cinta juga bisa pahit , ketika kita harus jauh dengannya.
Mungkin hanya ada secuil harapan yang ia miliki saat ini. Jika kepercayaan gadis itu tidak goyah mungkin harapan itu masih tetap ada. Sebaliknya , jika kepercayaannya goyah maka harapan tersebut akan terkikis hingga musnah.
Entah harus kemana lagi gadis itu akan melangkah. Tetapi hanya satu tempat yang terlintas dipikirannya saat ini. Rasa takutnya pada kegelapan seakan sirna dan membawanya ketempat tersebut.
*******
Disisi lain seorang laki-laki yang tengah duduk dikursi tunggu bersama seorang pria paruh baya gagah dengan pakaian jasnya. Agas itulah laki-laki itu. Ia sedari tadi sibuk memutar-mutar ponselnya. Hatinya rasanya tak karuan, entah apa yang bisa membuat hatinya menjadi begini. Seperti akan terjadi sesuatu yang buruk, tetapi entah dia masih bingung mengartikannya.
Kakinya beralih mendekat kearah kaca jendela yang bening. Bintang-bintang pada malam ini sangatlah bagus.
Senyumnya tiba-tiba terukir seyara ia memejamkan matanya."Aga, kembalilah...."
Seperti suara bisikan yang tiba-tiba menghangatkan telinga Agas. Dia langsung mengerjapkan kedua kelopak matanya.
"Aya.." gumamnya pelan.
Pikirannya melayang tertuju pada gadis tersebut.
"Agas..." suara besar Bram.
"Iya Pa, ada apa?" Agas menoleh.
"Penerbangan kita akan lending segera, pesawatnya sudah tidak ada kendala, jadi jadwalnya tidak akan diundur lagi. Kamu segera siap-siap"
Agas menghela nafasnya dengan kasar, "Baik , Pa!"
Drtt...Drtt...
Agas yang tadinya melamun tiba-tiba reflek menjatuhkan benda kotak tersebut dari genggamannya.
"Ceroboh!!" cibir Bram yang memperhatikan kelakuan putranya. Sedangkan Agas hanya menghiraukan perkataan Bram.
Beruntung ponselnya tersebut baik-baik saja. Agas mengelus dadanya, lalu mengambil ponselnya yang masih bergetar tersebut.
Pupilnya melebar ketika melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.
"Aya!" serunya.Dengan cepat, Agas segera menggeser layar ponselnya.
"Hall-""Eh..nyet. Cepet bawa Anya pulang sekarang! Jangan bawa anak orang larut malam, belum sah!" cerocos suara laki-laki.
Agas mengerutkan keningnya. Ia bingung kenapa bisa malah laki-laki itu yang berbicara. Ia tambah tercengang, mendengar perkataan orang tadi.
"Woi, malam diem! Bisu lo?" teriak seseorang yang membuat Agas menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Maksud lo apaan? Anya gak lagi sama gue!" jelas Agas.
"Gak usah bohong, mentang-mentang lo udah dapet cintanya lagi!"
Rupanya Agas mulai geram dengan penuturan lelaki itu yang terus mendesaknya.
"Sumpah gue gak ngerti lo ngomong apa? Sekarang gue lagi di Bandara sama bokab gue, dan intinya gue gak bersama dia saat ini. Bukannya tadi sore kalian tunangan, seharusnya lo yang tau dia dimana?""Bandara? Emang lo ngapain disono?" tanya seseorang tersebut.
"Gue mau balik ke Inggris."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sepasang Bintang (SELESAI)
Teen Fiction(COMPLITED) "Sekarang lo harus siap pacaran sama gue!" Ucap Agas Nildan Saputra Gue melongo, gue takut kalo dia cuma mempermainkan hati gue, secara Agas terkenal karena dia playboy, tajir iya, cakep juga iya. "Kak Agas...tapi gue belum siap buat pac...