Chapter Eleven

42 6 0
                                    

Renzan menatap cermin dikamarnya. Ia baru saja memoles rambutnya dengan gel rambut agar rambutnya tidak cepat kering.

Kali ini kemeja merah dengan garis yang membentuk kotak hitam terpasang ditubuhnya yang atletis~tinggi melebihi rata-rata dan berat badan yang sesuai serta proporsional.

"Oke. Gue udah siap.." gumamnya sambil membenarkan kerah kemejanya karena kaus dalaman berwarna putih terlihat dibaliknya.

Ia mengambil kunci mercedes benz miliknya dan dengan cepat keluar dari kamarnya.

Suara sepatu kets yang beradu dengan lantai membuat Laurent mempercepat langkahnya. "Bang Ojan!" Seru Laurent tiba-tiba.

"Kamu ngagetin aja.." tukas Renzan sambil merangkul adik perempuannya itu.

Sebenarnya tidak dapat disebut merangkul, karena adiknya lebih pendek darinya. Lebih tepatnya ia hanya menyentuk pundak adiknya.

"Udah pada diruang makan?" Tanya Renzan.

Laurent mengangguk lalu segera berlari menuju ruang makan, "Bang Ojan! Mamah kan masak nasi goreng kesukaan abang!" Serunya.

Renzan menarik kursinya lalu duduk dengan tenang dibalik meja makan. "Oke, kayaknya semua orang menyambut pekerjaan abang hari ini.." ujarnya begitu melihat Kak Nella keluar dari pantry sambil membawa satu tempat nasi berisi nasi goreng di susul ibunya.

"Nella disuruh pulang sama Ayah, katanya disuruh nyemangatin elo, jan.." ucap Kak Nella enggan. Ia meletakkan tempat nasi ditengah meja lalu duduk dengan tenang. "Lo udah yakin jadi coverboy? Sekolah lo gimana?" Tanyanya.

"Inilah akibatnya jarang dirumah.." celetuk ibunya santai.

"Bener tuh!" Laurent ikut menyahut, bersemangat.

"Emang kenapa?" Tanya Kak Nella heran. Ia menatap Renzan menuntut penjelasan lebih lanjut darinya.

Renzan tersenyum. "Agensi gue ada jam pelajaran buat ngebahas pelajaran yang gue tinggal. Dan itu wajib. Jadi, nggak masalah.." jelasnya santai. Ia menyendokkan nasi goreng ke atas piringnya.

"Gue kan juga mau kayak gitu.." sahut Kak Nella kesal.

Laurent mengacungkan sendok ke arah Kak Nella. "Bukannya kakak gendut? Jadi, nggak diterima jadi model?" Tanya Laurent polos. "Bener kan, bang?" Ia menuntut dukungan dari Renzan dan Randall.

"Iya.." sahut Renzan. "Anak kecil biasanya ngomong jujur.."

Kak Nella mendengus.

"Udah, dimulai makannya.. nanti kamu telat, jan.." tegur Ayah Renzan sambil mulai memakan sarapan pagi ini.

Setelah sarapan bersama keluarga, Renzan kini berada di dalam mobilnya yang berjalan pelan karena menunggu pagar rumahnya dibuka oleh petugas keamanan rumah.

Begitu keluar dari pelataran rumahnya, sedan biru metalik itu menderu halus dijalan raya yang sedikit terhambat.

Perjalanan yang tidak membutuhkan waktu yang begitu lama pun ditempuh Renzan dengan mood yang baik.

Semua hal ia nikmati hingga terasa menyenangkan. Mobil Renzan kembali berhenti di portal sebelum memasuki kawasan gedung. Ia menjelaskan kedatangannya yang langsung dimengerti, kemudian dengan cepat menghentikan mobilnya ditempat parkir.

Sejenak Renzan menatap cermin ditengah mobil. "Oke. Gue siap.." ia menghembuskan napas untuk melepaskan kegelisahannya lalu keluar dari mobil.

"Aarrrgghh.."

Spontan Renzan menoleh ke arah suara dan mendapati seorang gadis yang meringis sambil memegangi punggung tangannya.

Seorang gadis yang menurut Renzan terlalu banyak mengenakan riasan diwajahnya, "lo kenapa?" Tanya Renzan datar.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang