- Lorenzan Barzelius -
Sinar matahari pagi mengusik tidur gue, membiaskan cahaya nya melewati gordyn jendela kamar hotel gue yang tidak begitu tertutup rapat.
Dengan perlahan gue bangkit dari tidur gue, meringis pelan saat luka tembak di dada gue terasa sakit.
Pencarian Reve dimulai hari ini, karena itu gue bergegas membersihkan diri, lalu kembali membebat luka gue.
Gue siap dengan balutan jas kasual dan dalaman kaus polos, keluar dari kamar apartemen, pergi menuju dealer yang di beritahukan oleh Ezra kemarin.
Dealer mobil itu terletak tidak jauh dari apartemen yang gue tempati.
Beberapa pegawai menyambut kedatangan gue yang tentunya sudah mereka kenali. Tentu saja lewat Ezra yang mengurus semua keperluan gue.
Salah satu pegawai memberikan remote pengunci otomatis pada gue dan memandu gue pada sebuah lamborghini biru metalik. Gue tersenyum sumringah, "mobilnya bisa langsung saya pakai, kan? " tanya gue dengan bahasa inggris.
Pegawai itu mengangguk ramah, "of course.. "
Gue tersenyum lebar lalu memasuki mobil yang pintunya otomatis terbuka ke atas begitu gue menariknya, begitupun saat gue sudah duduk nyaman di dalam mobil, pintu kembali menutup.
Gue menekan tombol start engine kemudian mesin mobil pun berderum halus. Gue menggerakkan kemudi, mengatur persneling, kemudian menginjak pedal gas. Mobil bergerak mengikuti pegawai yang mengarahkan jalan keluar.
Peta daerah Oxford yang telah gue akses tampak dilayar bening di hadapan gue. Saat ini gue tengah menuju Oxford High School. Tak memakan waktu lama, gue dengan cepat dapat membaca peta Oxford sehingga gue cepat menemukan Oxford High School.
Mobil gue memasuki pelataran luas sekolah dan berhenti di tempat khusus parkir mobil. Gue keluar dari mobil dan melihat jam tangan, memastikan bahwa saat ini sekolah masih dalam kegiatan belajar mengajar.
Mengingat bangunan Dariesco International School -sekolah gue dulu- yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan sekolah ini karena sama-sama bertaraf Internasional, memudahkan gue pergi menuju kantor kesiswaan.
"Excuse me..? "Tegur salah seorang guru yang suaranya berasal dari belakang gue karena gue menghalangi langkahnya.
Gue menepi, memberi jalan. "Good morning.. "Sapa gue ramah. "Maksud kedatangan saya kesini karena ada hal yang ingin saya tanyakan.." ucap gue to the point.
Guru itu tersenyum ramah, "kamu boleh masuk dulu.. " tanggapnya sambil berjalan mendahului gue yang langsung mengekorinya. Beliau mempersilahkan gue duduk, "jadi, apa yang ingin kamu tanyakan? Kamu tampak seperti orang Asia.. "
Gue mengulum senyum, "saya memang orang Asia. Saya dari Indonesia.. "
"Waah.! Apa maksud kedatangan kamu kesini untuk menanyakan murid perempuan yang beberapa tahun lalu berasal dari Indonesia? " guru itu tampak antusias membahasnya.
Gue mengangguk sopan, "saya senang anda dapat membaca maksud saya datang kesini.. Saya ingin menanyakan alamat rumahnya.. " ujar gue sopan.
Guru itu tersenyum antusias, "tunggu sebentar, ya.. " ia beranjak dari tempat duduknya, menuju sebuah lemari besar dan mengambil sesuatu disana. "Ini agenda tahunan angkatan Revendish.. " cetusnya membuat gue sedikit terkejut mendengarnya. "Revendish anak yang pintar dan baik. Semua guru mengenalnya dengan baik.. "Imbuh guru itu melihat keterkejutan gue.
Beliau membuka buku agenda dan mengarahkan nya pada gue. Gue melihat data diri Reve dengan teliti. Setelah memastikan bahwa itu benar-benar Reve yang gue kenal, gue mengambil ponsel dan memotretnya.
"Reve melanjutkan belajar dimana? "Tanya gue hati-hati.
"Di Universitas Oxford. Revendish mendapat undangan dan beasiswa jurusan kedokteran. Sepertinya dia masih berkuliah.. "Ujar guru itu. "Ngomong-ngomong ada apa kamu mencari Revendish? "
Gue tersenyum, "saya teman dekatnya.. "Jawab gue berbohong.
Guru itu mengangguk mengerti.
"Kalau begitu, terimakasih banyak karena sudah membantu saya.. "Ucap gue sambil bangkit berdiri bermaksud untuk undur diri. Gue membungkuk sedikit kemudian menjabat tangan guru dihadapan gue. "Saya pamit.. "Ucap gue lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan ini.
Tepat setelah gue keluar dari ruangan, bel istirahat berbunyi panjang membuat anak-anak murid berhambur keluar kelas layaknya pemandangan yang wajar di Indonesia. Gue tersenyum kecil melihat pemandangan itu. Tak lama, hal yang sudah gue duga pun terjadi, secara terang-terangan beberapa pasang mata menatap gue penuh rasa ingin tahu dan bingung.
Gue pergi menuju tempat parkir dan memasuki mobil. Gue menatap layar ponsel yang menunjukkan foto tadi. Rumah Reve terletak di jalan Alfred st. OX2 7PP, UK. Beruntung nya tempat itu tidak jauh dari sekolah ini.
Lamborghini biru metalik gue kembali melaju menuju tempat tujuan gue selanjutnya. 10 menit berlalu, gue tiba di tempat. Sebuah komplek perumahan besar.
Gue kembali melihat ponsel dan melihat nomor beserta blok rumah. Blok A no. 20. Gue menjalankan mobil perlahan untuk mencari rumah tersebut.
Itu dia! Gue bersorak dalam hati setelah melihat papan kayu bertuliskan tempat yang gue cari.
Gue keluar dan menyebrangi jalan. Berdiri di hadapan rumah besar itu dan menatap nya sejenak. Gue memantapkan diri untuk bertemu dengan Reve. Hari ini.
Perihal dia mau bertemu atau tidaknya itu urusan belakang, yang terpenting adalah memberitahu Reve bahwa gue sudah mengetahui keberadaannya.
Bel rumah gue tekan sekali. Gue menunggu. Tak lama kemudian seorang anak kecil berwajah bule keluar dari rumah. Ah, gue sadar gue melupakan satu hal. Bagaimana kalau Reve sudah menikah? Bagaimana?! Apa hal ini akan menjadi bagian yang paling menyedihkan dalam kisah cinta gue selama ini?!
"Cari siapa? " tanya anak kecil itu dengan bahasa inggris.
Gue berpikir sejenak, sedikit ragu. "Revendish. Apakah dia tinggal disini? "Tanya gue akhirnya.
Kening anak itu berkerut samar. "Revendish siapa? "
Mendengarnya mengajukan pertanyaan bingung membuat gue lega, meskipun sedikit bingung. Lega karena anak ini bukan anak Reve dan bingung karena Reve tidak tinggal disini. "Revendish Avogadro. Orang Indonesia.. "Lanjut gue.
"Sebentar, ya.. "Ucapnya ringan lalu berlari masuk ke dalam.
Tidak lama menunggu, seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. Ia berjalan menuju pagar dan membukanya. Anak kecil tadi berdiri di belakang ibunya. "Cari siapa? "Tanyanya.
"Saya mencari Revendish Avogadro, orang Indonesia yang tinggal disini.. "
Wajah wanita itu berubah antusias. "Oh, orang Indonesia itu, ya? Dia sudah pindah dari sini dua tahun yang lalu dan saya menempati rumah ini sekarang.. "
Gue memaksakan senyum, "apa anda tahu dia pindah kemana? "
Wanita itu menggeleng, "saya tidak tahu.. "
"Oh begitu.. "Tanggap gue. Akhirnya gue sedikit membungkuk bermaksud untuk undur diri. "Kalau begitu saya permisi, terimakasih.. "Ucap gue sambil tersenyum melihat anak kecil yang melambaikan tangannya pada gue. Gue membalas lambaian tangan itu kemudian berjalan menyebrangi jalan kembali ke mobil gue.
"gue sudah menduga. Ini nggak akan semudah kelihatannya.. " gumam gue sambil menyandarkan punggung pada sandaran kursi dan memejamkan mata sejenak.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSeorang cowo yang sangat populer dikalangan cewe ini memiliki banyak masalah dalam kisah cintanya. Lorenzan Barzelius namanya. Namun saat ia duduk dibangku SMA, seorang cewe berparas cantik nan cuek yang bernama Revendish Avogadro berhasil memikat h...