--- Revendish Avogadro ---
Gue melepas jas sneli dan menggantungnya di tiang penggantung begitu memasuki ruang kerja. Gue menguncir tinggi rambut--- gue menghela napas, mengapa hanya dengan menguncir rambut gue mengingat kejadian itu?
Jika ingin menjawab pertanyaan Renzan, sebenarnya bukan Edward yang selalu menguncir rambut gue, tapi karena Edward suka sekali mengomentari rambut gue dan spontan membuat gue berpikir jika hari itu adalah Edward.
"Reve? " panggil Edward tiba-tiba sambil membuka pintu ruang kerja gue.
"Ah. Tunggu sebentar.. " sahut gue sambil memyambar tas dan pergi menyusul Edward di luar ruangan. Gue tersenyum, bermaksud untuk meminta maaf atas keterlambatan gue dan membuatnya lama menunggu.
"Tunggu.. " sergah Edward tiba-tiba sambil memandangi wajah gue. "Sepertinya wajahmu, terlihat seperti habis menangis.. "
Gue terdiam, tidak ingin menjelaskannya.
"Apa karena dokter senior lagi? " tanya Edward lembut.
Gue menggeleng. "Bukan, anda tidak perlu khawatir.. "
"Saya ingin mengetahui alasannya.. "
Gue berpikir cepat. "Saya, saya ingat ayah saya.. "
Edward tersentak. Kini wajahnya berubah bersalah. "Maaf, saya tidak bermaksud untuk membuatmu membicarakannya.. "
Gue tersenyum. "Tidak masalah.. "
"Kamu ingin menemuinya? Saya punya waktu akhir pekan ini. Kalau kau bertugas, saya bisa mengizinkanmu.. " ujar Edward sambil melanjutkan langkah yang sebelumnya terhenti.
"Benarkah boleh seperti itu? " tanya gue penasaran.
Edward tertawa ringan. "Tentu saja. Kau percayakan saja pada saya.. "
Tak terasa, kami sudah sampai di tempat parkir khusus staf rumah sakit. Kami berjalan menuju salah satu sedan. Edward membukakan pintu mobilnya untuk gue. "Bagaimana? " tanyanya memastikan.
"Oke.. " tanggap gue setuju.
Edward memasuki mobil dengan senyum. Ia memasang seatbeltnya kemudian menyalakan mesin mobil.
"Kita harus berangkat pagi-pagi, bukan? " tanya gue.
Edward mengangguk. "Kau tenang saja, nanti akan saya kabarkan lagi.. " ucapnya. "Ah ya. Bagaimana dengan pasien yang datang dari Indonesia itu? "
"Dia sudah uji CT-Scan dan hasilnya tidak ada kerusakan bagian dalam. Dia bisa kembali jika beristirahat beberapa hari lagi.. "
Edward tersenyum, "syukurlah.. " ucapnya lega. "Apa kau mengenalnya? Menurut data pribadinya, dia lahir tahun 2001. Seumuran denganmu.. "
Gue tersenyum getir. "Saya tidak kenal dengan semua orang yang lahir tahun itu, dokter.. "
Edward tertawa malu, mungkin merasa pertanyaan yang di ajukan terdengar bodoh. "Berarti kau juga tidak mengenal walinya. Aku bercerita karena dia orang Indonesia, sama denganmu.. Dia pria yang cukup menarik.. "
"Pria? " tanya gue hati-hati.
Edward mengangguk. "Dia orang yang menemui saya setelah operasi pasien dari Indonesia. Namanya Renzan. Lorenzan Barzelius. Bagaimana bisa aku sudah berkenalan dengannya karena sekali bertemu? " ia terkekeh sendiri.
Spontan tubuh gue menegang mendengarnya. Renzan mengenal pasien wanita tadi malam dan dia menjadi wali wanita itu? Sebenarnya apa hubungan mereka? Lalu, saat gue memeriksa kondisi pasien saat itu, apakah pria yang tudur di sofa adalah Renzan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Novela JuvenilSeorang cowo yang sangat populer dikalangan cewe ini memiliki banyak masalah dalam kisah cintanya. Lorenzan Barzelius namanya. Namun saat ia duduk dibangku SMA, seorang cewe berparas cantik nan cuek yang bernama Revendish Avogadro berhasil memikat h...