Chapter Twenty Two

39 3 0
                                    

The Bliss menyelamatkan Renzan hari ini. Renzan kembali mendapat panggilan dari kantor untuk mengurus sesuatu bukan untuk bekerja.

Panggilan mendadak dari agensinya membuat Renzan sedikit bersyukur dan lega karena ia tidak harus masuk sekolah hari ini. Itu berarti ia tidak perlu mempersiapkan mental jika bertemu dengan Reve.

Renzan mendatangi kantor manajernya pagi ini. Pak Johni adalah manajer yang bertanggung jawab mengenai jadwal kerja Renzan.

"Bapak manggil saya?" Tanua Renzan begitu ia tiba dikantor manajernya.

Pak Johni mengangguk. Ia meembuka laci lemari kerjanya dan mengeluarkan tiga tumpuk kertas tebal. "Ini undangan. Sebentar lagi ulang tahunmu bukan?"

Renzan tersentak. Ia bahkan lupa bahwa sebentar lagi umurnya akan bertambah. "Ah iya. Saya lupa.."

Pak Johni menggeleng-geleng. "Ini namanya kalo terlalu serius sama kerja. Ulang tahun sendiri dilupain.." tanggap Pak Johni. "Nah, maka dari itu, The Bliss mau ngerayain ultah kamu di Hotel Horison.." ujarnya. "Diriwayat panggilan kamu yang sering muncul cuma temen kamu, Alvin. Saya nggak tau kamu punya pacar atau nggak, jadi cuma Alvin yang undangannya khusus.." ia menunjukkan sebuah kartu undangan yang berbeda dengan undangan yang lain.

"Revendish?" Tanya Renzan spontan.

"Ah, 'Angel Rev' dikontak kamu itu pacar kamu? Maaf, tapi saya nggak tau. Tapi dia tetep diundang karena satu periode denganmu.." jawab Pak Johni. "Bukan hanya mereka, tapi beberapa klien kamu juga diundang dan teman model kamu dari dalam negri atau luar negri.."

Wajah Renzan keruh mendengar jawaban manajernya.

"Semuanya kamu bagikan.." ucap Pak Johni.

Renzan melangkah maju dan mengambil semua undangan yang telah dimasukkan kedalam tas kertas. "Terimakasih pak.."

Pak Johni mengangguk, "sampaikan maaf untuk Reve.."

Renzan mengangguk lalu undur diri. Kini ditangannya terdapat satu tas kartu undangan hari ulang tahunnya. Tidak ada pilihan baginya untuk tidak sekolah. Hanya mengenai kartu undangan ia dipanggil, bukan perkara pekerjaan.

Renzan merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya, ia menghubungi seseorang. "Vin.. lo ada dikelas?"

"Lo kerja lagi, jan?! Kan karin gue nyuruh lo masuk.." tukas Alvin tajam.

"Disana lagi nggak ada guru?" Tanya Renzan sambil memasuki mobilnya.

"Iya. Anaknya Bu Iis lagi sakit. Heh! Kesini lo sekarang!" Desis Alvin.

Renzan tertawa pelan, "iya. Gue dateng nanti, abis istirahat pertama.." ucapnya. "Dan sekalian gue mau minta tolong.."

"Apa lagi? Reve?" Cetus Alvin malas.

"Bukan, nanti lo liat aja.." sanggah Renzan cepat lalu memutuskan sambungan dan berkonsentrasi pada jalan.

Tepat setelah waktu istirahat pertama selesai motor ninja Renzan memasuki pelataran Dariesco School. Begitu banyak pasang mata kagum yang mengiringi langkahnya menuju kelasnya.

"Lo dateng tepat waktu.." desis Alvin begitu Renzan duduk ditempat duduknya. Bulan ini Alvin dan Renzan memang mendapat giliran duduk bersama.

Renzan menghela napas, "gue minta tolong.." ucapan Renzan menggantung karena ia tengah mengangkat tas kertas keatas mejanya. "Tolong bagi kesemua orang.."

Alvin menyambar tas kertas itu dan melihat kedalamnya. "Apaan nih? Kayak undangan.." selorohnya.

Renzan mengangguk lalu mengeluarkan undangan khusus milik Alvin dari dalam tasnya. "Ini khusus buat lo.."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang