Chapter Twelve

30 6 2
                                    



Hari Sabtu yang ditunggu-tunggu oleh Reve pun tiba. Ia berjalan riang menuju mobil BMW berwarna putih bersupir karena ia telah memberi perintah pada supirnya untuk membelikannya majalah The Bliss edisi remaja sesegera mungkin.

Dan disinilah Reve berada dengan menatap majalah ditangannya, ia belum juga membuka lapisan plastik yang membungkus majalah tersebut karena terpaku pada seorang laki-laki di cover majalah. Dengan cepat ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Nada tunggu terdengar.

"Ojan! Aku udah liat kamu." Seru Reve antusias.

Di seberang sambungan, Ojan tertawa pelan. "Kamu orang pertama yang liat, keluarga aku aja baru mau beli." Jawaban dari Renzan membuat Reve mengembangkan senyumnya. "Model cewek disamping aku itu namanya Rena." Lanjutnya membuat senyum Reve luntur.

Reve tidak menanggapi. Ia sibuk memperhatikan model cewek yang bersanding dengan Renzan – pacarnya. Menurutnya model itu terlalu tidak alami dalam bergaya. Karena bagaimanapun juga, Reve mengerti bagaimana fotografer mengambil sudut yang tepat dan alami. Kalau bukan kesalahan fotografer-nya, apakah objeknya?

"Rev?"

"Ah, iya?" tanggap Reve terkejut. Ia baru sadar, sejak tadi ia diam saja. "Kamu keren banget disini.. tapi model ceweknya kok tegang banget, ya? Kalo menurut kamu gimana?" Tanya Reve.

Renzan kembali tertawa. "Kata penanggung jawab disana juga begitu."

"Hari ini kamu masuk, Jan?"

"Masuk. Aku kerja lagi abis pulang sekolah, sekalian mau ngerayain kerja pertama aku. Kamu dateng, kan?"

Reve tersenyum. "Pasti. Tapi aku ajak Aurel buat barengan dateng."

"Iya, enggak apa-apa. Ketemu lagi di sekolah, ya.."

"Oke." Reve memutuskan sambungan telepon lalu mulai menikmati majalah yang akhirnya ia buka juga.

Begitu mobil Reve memasuki pelataran sekolah, Reve langsung mengerjapkan kedua matanya saat melihat setiap pelajar putri yang membawa majalah terbitan The Bliss. Reve keluar dari mobil pribadinya, pandangannya masih lekat takjub pada setiap orang yang membuka majalah The Bliss.

"Wah.. Renzan bakal makin terkenal." Celetuk Aurel tepat disebelah Reve berdiri. "Lo juga termasuk penggemarnya, ya?" godanya pada Reve.

Reve menoleh. "Siapa juga yang penggemarnya?!" tandas Reve jengkel. "Oh, iya. Gimana kemarin? Alvin sama Susi? Ada apa?"

Aurel menghela napas. "Ternyata bola basket yang Alvin mainin waktu itu ngenain Susi, jadi Alvin nolongin Susi ke klinik sekolah. Kata Alvin sih begitu.." lanjutnya pelan, ia tampak murung. "Menurut lo gimana?"

"Kalo Alvin ngomong begitu, mungkin bener.." jawab Reve.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara riuh rendah disertai pelajar putri yang mulai berkerumun. Aurel tertawa getir. "Pasti Renzan dateng.." gumamnya yang disertai anggukan oleh Reve.

Kerumunan itu terus berjalan hingga mendekati tempat Aurel dan Reve berdiri. Sebuah jalan mulai terbuka membelah kerumunan pelajar putri yang masih berseru. Tak lama kemudian, tampak Alvin dan Renzan yang keluar dari sana.

"Aurel! Reve! Lebih baik cepet ke kelas!" seru Alvin sambil setengah berlari bersama Renzan, sementara Aurel dan Reve pun menyusul dari belakang.

Reve dan Aurel memasuki kelas IPA-2, mengikuti Renzan dan Alvin yang memasuki kelasnya. "Gila! Banyak banget penggemar lo." Ucap Alvin sambil mengatur napasnya yang terengah.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang