Chapter Thirty Six

31 3 0
                                    

"Kita bisa mengevaluasi semua kendala yang membuat Tuan Thomas berhutang pada anda.. "Ucap Renzan memberi saran pada Johann dihadapan nya.

Saat ini, Johann dan Renzan berada di salah satu resort mewah milik Johann di wilayah Liverpool untuk membahas rencana kerjasama perusahaan mereka untuk kedepannya.

Johann mengangguk setuju dan mengeluarkan satu tumpuk dokumen laporan perusahaan ke atas meja. "Semua dokumen ini yang harus kita evaluasi. Berapa lama kita harus mengevaluasi nya? Sepertinya masalah ini banyak sekali.. "Ujarnya malas.

Renzan tersenyum lalu mengambil satu dokumen, "sebaiknya kita harus cepat mulai.. "Cetusnya lalu mulai membuka lembar demi lembar dokumen.

Waktu tak terasa bergulir cepat. Tanpa sadar, tumpuk demi tumpuk laporan masalah mulai terselesaikan melewati beberapa pertimbangan, keputusan, dan persetujuan kedua pihak yang bekerja sama.

Renzan melihat jam tangannya untuk pertama kalinya sejak tadi pagi. Waktu menunjukkan pukul 17.00 tepat. Ia melihat suasana luar ruangan yang sudah menampakkan mega merah di langit. Ia melirik Johann di depan nya.

"Tuan Fredrich, hari ini sudah sore.. "Tegur Renzan pelan.

"Ah, benar.. Maaf, saya suka seperti ini jika sedang bekerja.."tanggap Johann sambil mengusap wajahnya. "Apa kamu termasuk workaholic juga, Lorenzan? "Tanyanya sambil membereskan kertas-kertas laporan.

Renzan mengangguk. "Seperti kelihatannya.. "

"Kamu belum makan siang.. "Ucap Johann. "Sebelum pulang, kamu harus makan dulu.. "Lanjutnya memperingati Renzan.

"Tidak perlu, saya harus segera kembali.. "Tolak Renzan sopan. "Apartemen saya di Oxford. Saya harus segera kembali.. "

Johann terkesiap. "Rumahmu di Oxford? Saya mempunyai adik perempuan yang tinggal disana juga.. "Timpalnya antusias. "Mungkin lain kali kamu bisa mampir kesana.. "Tambahnya ramah.

Renzan menggeleng, "tidak, terimakasih.. "Tolaknya halus. "Saya akan menyelesaikan tugas sisanya di apartem---"

"Tidak perlu. Sisanya saya yang akan mengerjakannya.. "Sela Johann. "Ya sudah, saya tidak mau mengganggu keperluan kamu setelah ini.. "

Renzan bangkit berdiri lalu sedikit membungkuk, "saya permisi.. "Ucapnya lalu pergi meninggalkan resort mewah itu, meninggalkan Johann yang tetap melakukan pekerjaan nya.

Lambhorgini biru metalik kembali melesat di jalan tol dengan tujuan kembali ke Oxford. Renzan tersenyum karena jalanan yang lancar, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke Oxford.

Sore pun berganti malam. Beruntung nya, di Inggris sedang tidak mengalami musim dingin atau musim panas. Saat ini di Inggris sedang mengalami musim gugur dan setelahnya baru musim dingin.

Renzan melirik ponsel yang berada di laci dashboard mobil. Ponsel nya berdering panjang membuatnya memperlambat laju mobilnya. Renzan meraih ponsel nya dan melihat nama 'Nina' di layarnya. Ia menyematkan airpod pada telinganya lalu menyentuhnya untuk menerima panggilan.

"Kenapa, nin? "Tanya Renzan berusaha untuk terdengar tidak jengkel.

"Maaf sebelumnya.. "Suara wanita berbahasa inggris terdengar. "Apakah anda kekasihnya Sabrina? Kalau benar, tolong datang ke Rumah Sakit Oxford Eye karena pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan. Thank you.. "Sambungan terputus.

Renzan tersentak, lalu dengan cepat memacu mobilnya kembali menuju Oxford.

Apa yang lo lakuin disini, Nina??!! Batin Renzan heran.

* * *

Sirine rumah sakit beriring pemberitahuan terdengar di seluruh penjuru ruang istirahat dokter Rumah Sakit Oxford Eye. "Black code! Black code! Pasien kecelakaan mobil akan segera tiba, seluruh dokter bedah harap bersiap.. "Pengeras suara mengumandangkan kalimat tersebut berulang kali.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang