Chapter Twenty

46 4 0
                                    

Di awal bulan Januari ini Renzan memulai proyek kerjasamanya dan proyek ini membuat The Bliss semakin memasuki tingkat kejayaannya sebagai perusahaan majalah mode internasional.

Awal bulan Januari ini Renzan sibuk dengan pekerjaannya. Manajer Renzan sampai mendatangi Dariesco School untuk mengurus perizinan kepergian Rrnzan untuk bekerja selama dua minggu lebih diluar dan dalam negri.

Setelah mendapatkan izin tersebut, Renzan dan timnya melakukan perjalanan bisnis ke luar kota ataupun luar negri. Kepergian tersebut membuat ruang hampa di hati Reve.

Setelah pertengkaran hebat dimalam tahun baru antara Renzan dan Jerry, Reve tidak kunjung menerima telfon dari Renzan. Renzan tentunya tidak sempat memikirkan cara untuk meminta maaf pada pacarnya saat ada pekerjaan menumpuk didepannya.

Renzan seakan lupa dengan jarak yang telah ia bentangkan pada Reve. Ia hanya memikirkan solusi cepat untuk menyelesaikan pekerjaan yang pasti sangat melelahkan itu. Untuk sejenak, Renzan melupakan hal yang selalu dipikirannya-pertengkarannya dengan Reve.

Sementara itu Reve mencoba memaklumi semuanya. Semua hal yang Renzan lakukan. Ia mencoba mengerti penyebab Renzan tidak menghubunginya. Namun, itu semua tetap membuat lubang menganga didalam hatinya. Sekuat apapun Reve berusaha untuk mengerti, dan sekuat itu juga rasa sakitnya semakin melukainya.

Memang, semua orang kembali dengan aktifitasnya setelah berlibur pergantian tahun. Bahkan semua murid Dariesco tampak bahagia dengan libur panjang itu, menyisakan kesedihan bagi Reve dan Aurel. Dua orang perempuan yang menjadi dekat karena pacar mereka adalah sahabat. Hanya karena itu mereka menjadi teman baik.

Pada saat itulah, di Sekolah Internasional Dariesco, mereka membagi kesedihan mereka. Kesedihan yang pasti memerlukan waktu lama untuk menyembuhkannya.

Kantin Sekolah....

Aurel menarik kursi untuknya duduk sementara Reve pergi untuk memesan makanan.

Saat pertemuan pertama dari kegiatan belajar mengajar, setidaknya ia tidak terlalu sedih dengan teman duduknya saat ini. Bulan ini ia dan Ferika menjadi teman duduk. Sementara Reve harus bersedih karena teman duduknya bulan ini adalah Andri.

Aurel mengembangkan senyumnya saat melihat Reve duduk dihadapannya. "Nggak usah cemberut gitu. Gue juga satu bulan duduk sama Andri.." cetus Aurel santai. "Nikmatin aja.."

"Lo enak banget kalo ngomong.." tukas Reve jengkel.

Aurel menyengir polos. "Makasih, hal ini sedikit menghibur kegalauan gue.."

Reve berdecak, "lo seneng di atas penderitaan orang lain.."

"Andri nggak seburuk yang lo kira. Nikmatin aja, nanti juga nggak berasa.." ujar Aurel panjang.

Reve menarik napas. "Jadi, lo mau cerita?"

"Gue diputusin Alvin. Tepat setelah masing-masing dari kita ngucapin  'selamat tahun baru'. Dia mutusin gue setelah nonton, makan, dan main. Gue nanya 'kenapa?', dia nggak jawab dan gue juga nggak bakal ngemis-ngemis cinta didepan dia. Gue tinggalin dia langsung dan pulang sendiri.." jelas Aurel panjang. "Sebenernya gue nggak terima karena gue nggak tahu penyebabnya. Tapi mau gimana lagi? Gue nggak bisa ngelawan dia.." ia menggendikkan bahu, berusaha tidak terlalu peduli.

"Mungkin untuk kebaikan lo, Rel.." sahut Reve serius karena Reve memang mengetahui alasan dari keputusan yang Alvin buat.

Aurel mengangguk gamang, "yah.. gue cuma bisa berharap begitu.."

"Gue lebih bersyukur kalo jadi elo..." ucapan Reve terhenti karena pesanan mereka datang. "Setidaknya lo langsung diputusin, nggak disakitin kayak gue.."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang