Chapter Thirty Five

44 2 0
                                    

- Lorenzan Barzelius -

Gue memejamkan mata dan mulai berpikir lagi. Berarti gue harus pergi ke Universitas Oxford untuk meminta informasi dan juga mungkin Reve masih berkuliah disana.

Oke.

Gue pun memacu mobil menuju Universitas Oxford. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan tengah hari. Dan gue baru sadar bahwa gue belum makan apapun dari malam saat gue sampai di Inggris. Akhirnya gue pun memutuskan untuk mencari kafe di sekitar Universitas Oxford sebelum kembali mencari informasi.

Kafe yang gue singgahi tepat berada di seberang jalan Universitas Oxford. Gue memesan beberapa makanan berat untuk mengisi perut gue. Sambil menunggu pesanan, gue melihat ponsel yang bergetar singkat.

"Kak Renzan? "

Gue spontan mengangkat kepala saat mendengar nama gue dipanggil. Gue mendapati dua orang gadis Indonesia didepan meja gue yang tampak sumringah. Gue mengangkat alis, apa mereka kenal sama gue?

Dua orang itu berjalan mendekat. "Ternyata bener, Kak Renzan.. "Ucapnya tiba-tiba. Mungkin karena melihat wajah gue yang masih tampak bingung, ia melanjutkan. "Saya Silvi, lulusan Dariesco. Saya adik kelas Kak Renzan.. "

Gue mengangguk mengerti, "kalian kuliah di Oxford? " tanya gue yang langsung disambut anggukan mereka berdua. "Kenal sama Reve? "

"Kak Reve, saya tau. Tapi udah nggak pernah liat lagi. Tunggu deh, kayaknya ada orang yang bisa ditanyain tentang Kak Reve.. "Ujar Silvi antusias sambil melangkah pergi menuju meja lain.

Mata gue mengikuti arah jalan Silvi dan melihat Silvi berbicara singkat dengan seorang pria yang tampak seumuran dengan gue.

Gue tersentak. Apa dia itu pacarnya?! Tiba-tiba perasaan cemas melanda gue saat melihatnya berjalan mendekat. Gue mengamati wajahnya yang menurut gue --lebih keren gue daripada dia-- tapi dia tampak lebih tinggi sedikit dibanding gue.

"Anda mencari saya? " tanyanya pada gue yang langsung bangkit berdiri menyambutnya.

"Perkenalkan, nama saya Lorenzan Barzelius.. "Ucap gue sambil mengulurkan tangan pada pria dihadapan gue ini.

Raut wajahnya berubah begitu antusias kemudian menjabat tangan gue. "Saya Wayne Keith. Jadi, anda orang yang sering Reve ceritakan ya? "Balasnya santai. "Anda tampak keren seperti yang di ceritakan.. "

Gue tersenyum dan mempersilahkan Wayne duduk. Entah kenapa dia masih tampak antusias.

"Saya mau bertanya tentang Reve.. "Ucap gue to the point. "Maaf sebelumnya, anda siapa bagi Reve? "Tanya gue hati-hati.

Raut wajah Wayne berubah, tampak tersinggung dengan pertanyaan gue. "Saya mengerti maksud anda menanyakan nya. Tapi bukankah itu sedikit tidak sopan? "

"Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung anda.. "Timpal gue cepat. "Jadi, apa saya bisa mendengar kabar Reve saat ini? "Gue memutuskan untuk berbasa-basi.

Wayne tersenyum. Sementara gue merutuk dalam hati karena perubahan sikap pria dihadapan gue ini tidak dapat gue tebak.

"Anda datang pada orang yang tepat.. " jawabnya riang.

Samar-samar gue mengerutkan dahi. Orang yang tepat?! Jadi Wayne ini siapa bagi Reve?? Tanya gue dalam hati. Gue tersenyum. "Anda orang yang tepat? "

Wayne mengangguk mantap. "Reve memang kuliah di Oxford jurusan kedokteran dan masuk kesana lewat jalur undangan dan beasiswa.. "Ujarnya panjang kemudian berhenti saat pesanan makanan gue datang.

"Kita bisa bicara sambil makan.. "Cetusnya menyuruh gue untuk makan.

Gue menggeleng, "saya punya urusan lebih penting daripada makan.. "

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang