Chapter Thirty Seven

36 4 2
                                    

Nina mengerang pelan. Ia membuka kelopak matanya perlahan dan melihat sebuah ruangan yang didominasi warna putih.

Nina mengumpulkan segenap kesadaran nya dan mulai memandang sekitar.

Tiba-tiba pandangan nya terhenti pada seorang pria yang tengah tertidur di sofa panjang.

Pria itu tidur dengan posisi duduk dan kedua tangannya yang terlipat didepan dadanya. Dibalik kacamata hitam yang dikenakan pria itu, Nina yakin dapat melihat raut lelah dari wajahnya.

Nina menatap tangan dan kakinya yang di bebat perban. "Aarh.. "Ia mengerang pelan karena memaksakan tubuhnya menghadap ke arah Renzan yang tengah tidur di sofa.

Ia mulai mengamati wajah Renzan dalam diam.

Tiba-tiba pintu kamar rawat Nina terbuka. Reve memasuki kamar rawat Nina sambil membawa papan catatan medis pasien. Ia membuka beberapa lembar kertas. "Syukurlah, kamu sudah siuman.. "Ucapnya pada Nina yang langsung membenarkan posisi tidurnya begitu melihat seorang dokter memasuki kamarnya.

Reve mendekati tiang infus lalu memeriksanya sebentar, "pemeriksaan selanjutnya nanti pagi, luka-lukamu harus di CT-scan untuk melihat apakah ada luka dalam.. "Ujar Reve sambil menatap Nina. "Jangan lupa jadwalnya.. "Tambahnya sekali lagi. "Saya permisi.. "Ia berjalan keluar dari ruang rawat.

Renzan membuka matanya setelah mendengar suara pintu ruang rawat tertutup. Ia melihat Nina yang sudah membuka matanya.

"Lo udah sadar, Nin? "Tanya Renzan sambil melepas kacamata hitamnya. Ia mengusap wajahnya pelan. Sebenarnya ia tidak berniat untuk tidur, tapi karena kelelahan, tanpa sadar ia jatuh tertidur.

Nina terdiam sejenak. "Maaf udah Ngerepotin.. "Jawab Nina lain dari pertanyaan Renzan.

Renzan mengerang, meregangkan persendiannya. "Yah.. Gue memaklumi lo yang suka ngerepotin.. "Jawabnya engggan. "Lagipula, lo ngapain sih kesini?? Gue kan udah bilang sebelumnya. Gue bisa ngurus bisnis dan keperluan gue sendiri.. "

"Gue mau dateng aja, ngeliat lo.. "Jawab Nina enggan.

Renzan berdecak. "Kenapa lo bisa kecelakaan? Bikin khawatir aja.. "

"Kenapa lo khawatir? "Nina balas bertanya.

"Gimana ga khawatir?! Tiba-tiba ada cewek nelfon gue, dan nanya. Gue pacar lo? Gue kaget dan aneh dengernya. Akhirnya gue biarin dia ngomong dan ngasih kabar kalo lo kecelakaan.. "Tandas Renzan. "Dan gue disuruh dateng kesini untuk jadi wali lo.. "

Nina menghela napas, "iya deh... "Tanggapnya mengalah. "Tadi ada supir mobil mabuk, jadi nabrak taksi yang gue naikin.. "Ujarnya menjawab pertanyaan Renzan sebelumnya. "Oh ya, ngomong-ngomong lo udah ketemu Revendish itu? "Tanya Nina mencoba untuk tidak terdengar sarkatis.

Renzan menggeleng, "gue kehilangan jejak lagi.. "

"Mungkin gue bisa bantu.. "Cetus Nina langsung.

Renzan menatap Nina aneh, "gue aja yang kenal nggak tau, apalagi lo yang nggak kenal? "Tandasnya heran.

"Mungkin Revendish itu dokter disini.. "Cetus Nina tiba-tiba. Ia jadi teringat wajah dokter wanita yang melakukan kunjungan tadi. "Mungkin tadi dia yang kesini, melakukan kunjungan dokter, ngasih jadwal pengobatan.. "

Renzan terkesiap, "serius lo?! "Tanyanya langsung.

"Bercanda.. "Nina menyengir tanpa dosa.

Renzan mendengus karena jawaban Nina, "tidur lagi sana!! "

                                * * *

Reve merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya di rumah sakit karena shift malam yang memaksanya menginap di rumah sakit.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang