Chapter Twenty Six

39 4 0
                                    

~DELAPAN TAHUN KEMUDIAN~

Sebuah sedan Mercedes Benz hitam metalik bercorak silver memasuki pelataran Dariesco School disusul oleh sedan Lexus keluaran terbaru berwarna biru metalik.

Pintu Benz terbuka, menunjukkan seorang pria yang mengenakan kacamata cokelat. Setelan jas-nya tampak mahal dan bermerek. Ia hanya mengenakan kaus dalaman abu-abu poslos- kasual namun tetap rapih.

Tak jauh dari Benz, pintu sedan Lexus terbuka dan menunjukkan seorang pria bermata sipit dengan balutan kemeja kelabu dan kaus hitam.

"Lo belum berubah juga berubah, Vin..." tegur si pemilik Benz.

Si pemilik Lexus terkekeh, "lo makin keren aja, Jan.."

Dua orang pria ini adalah Renzan dan Alvin. Mereka memang mengalami sedikit banyak perubahan semenjak lulus dari SMA.

Dua tahun terakhir ini, Renzan sering mengunjungi Dariesco dengan maksud sebagai pendonatur dana pembangunan sekolah.

Renzan tidak melakukannya dengan cuma-cuma. Belakangan ini, ia tengah mencoba mengambil hati sang kepala sekolah untuk membangun sebuah gedung untuk fasilitas kolam renang indoor dan pekerja taman terbaik untuk merawat taman sekolah. Semua pekerja terbaik dibawah tangan Renzan hanya untuk mengambil hati sang kepala sekolah demi sebuah informasi.

"Taman ini makin bagus juga.." puji Alvin yang kemudian meneguk minuman kalengnya.

Mereka tengah mengamati pembangunan gedung dari kursi taman.

Renzan tersenyum getir, "makin bagus tapi gue belum dapet hasilnya.." selorohnya pelan. "Sorry, ganggu waktu lo buat nemenin gue kesini, Vin.."

"Tenang aja, gue nggak ada klien hari ini.." tanggap Alvin santai. "Taraf gue kan pejabat, nggak semua pejabat bermasalah kok.."

Renzan terkekeh, "lo berani pasang taraf pejabat karena lo profesional dalam menangani masalah. Sidang yang lo hadapin semua lo menangin. Lo emang cocok jadi pengacara.." ujar Renzan panjang. "Lo ngambil pascasarjana hukum? Gue aja belum minat kuliah lagi.."

Alvin tertawa ringan, "pengacara itu harus terpelajar, Jan.. mereka harus hapal hukum untuk mengalahkan lawan. Mereka harus mengerti strategi lawan. Menganalisis apa yang akan mereka lakukan, dan tentunya profesional.." ujarnya serius. "Jadi, nggak salah kalo gue ngambil kuliah lagi. Kalo lo, emang punya bakat jadi pebisnis. Jadi nggak masalah nggak kuliah lagi.."

"Lagipula sekarang lo udah sukses, bahkan saingan lo susah nyentuh lo karena usaha lo emang bersih. Lo juga lebih hebat dari pejabat Indonesia yang sekarang makin nggak bener, lo bisa dengan cepat nyuruh orang nangkep penjahat yang kabur untuk bantuin polisi. Satu-dua kasus korupsi, lo yang nyeret mereka ke pengadilan. Lo suka acara amal, rakyat bawah suka sama kehadiran lo yang ringan tangan. Lo suka jadi donatur disekolah-sekolah. Bawahan lo banyak. Gue yakin rakyat lebih suka sama lo daripada Presiden.." sambung Alvin panjang.

"Ditambah lagi, lo ganteng, kaya, pinter, terpelajar, baik, sukses.." lanjut Alvin antusias. "Yang hebatnya, polisi tuh jadi kayak kerja buat lo. Mereka bersama KPK mulai menindak kasus korupsi atas saran lo yang hanya lulusan manajemen bisnis di Jerman. Lo juga berani mendata semua penggelapan dana yang masuk ke rekening gendut mereka tanpa kesalahan. Lo mungkin banyak yang benci. Tapi mereka nggak bisa nyentuh lo karena kerja lo bersih dan rakyat mencintai lo.."

"Waaah..." tanggap Renzan sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi taman. Ia melipat tangan didepan dada. "Apa bener gue kayak yang lo sebutin tadi?" Tanyanya pura-pura tidak tahu.

Alvin berdecak, "iya! Lo bahkan lebih terkenal dari artis terkenal. Kalo zaman ini masih kuno, banyak yang nyantet elo kali, buat dijadiin suami.."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang