~Lorenzan Barzelius~
Kemeja abu-abu polos dengan lengan tangan berwarna hitam menjadi pilihan gue hari ini.Pagi ini gue harus pergi ke agensi, namanya The Bliss dan artinya sebuah kebahagiaan.
Masalah perizinan ke pihak sekolah udah gue urusin dan mereka setuju.
Gue mematut diri gue didepan cermin, kaus dalaman berwarna hitam nampak dibalik bagian kancing yang nggak gue kaitkan, celana jeans hitam dan sepatu kets abu-abu juga sudah melekat di kaki gue.
Gue memandang sebuah gantungan tempat menaruh berbagai kunci dengan penuh pertimbangan.
Bawa motor? Atau bawa mobil? Akhirnya gue memilih untuk membawa mobil karena menurut gue sama aja, gue juga belum punya SIM kalo bawa motor.
Gue berjalan cepat keluar dari kamar, menuruni tangga dan menuju ruang makan. Hari ini keluarga gue lengkap kecuali Kak Nella~seperti biasa~.
"Bang Ojan, aku bikinin roti, yaa.." pinta Laurent sedikit memohon.
Gue mengangguk sambil tersenyum, membiarkan dia 'berkarya'.
"Kamu mau makan roti aja, jan?" Tanya nyokap gue lembut.
Gue mengangguk lagi. Tangan kanan gue menjangkau susu putih didepan gue kemudian meneguknya hingga tandas.
"Ayah! Pagi-pagi kok udah main ponsel?" Tanya gue pada bokap yang keliatan serius banget.
Ayah gue mengangkat kepala. "Iya, ayahnya Reve pindah tugas ke Kalimantan.." jawab beliau yang langsung membuat gue tersedak udara.
"Kalimantan??? Jauh banget.." tanggap gue berlebihan. Gue melirik Laurent yang masih terus berusaha memberikan selai di atas lembar roti untuk gue.
Giliran nyokap gue yang mengangguk. "Pemerintah daerah disana butuh Ayah Reve untuk mengoperasikan balai kesehatan yang kerjasama sama RSUD setempat.."
"Ini, bang..!" Seru Laurent sambil menyerahkan satu tangkup roti~yang berlumuran selai cokelat dimana-mana~ pada gue yang langsung menyambutnya dengan senang hati. Tapi gue menarik beberapa helai tissue untuk membersihkan tangan gue.
"Oke, Ojan berangkat dulu.." ucap gue sambil mencium pipi nyokap, bersalaman dengan bokap, dan beradu tos dengan Randall dan Laurent.
Begitu sampai di garasi, gue menekan tombol dengan tangan kiri gue karena tangan kanan gue yang lagi megang roti.
Tirai besi garasi rumah gue terbuka, menampakkan sebuah kekosongan tempat pada garasi karena tempat itu milik mobil Kak Nella.
Gue menekan tombol pembuka kunci otomatis pada sedan mercedes benz berwarna biru metalik, menarik pintu bagian kemudi dan menghempaskan tubuh dibalik kemudi.
Gue menekan tombol untuk menghidupkan mesin otomatis yang langsung menderu halus. Dengan tangan kiri, gue mulai mengatur persneling dan perlahan menginjak pedal gas untuk mengeluarkan mobil gue dari garasi menuju pagar rumah yang pelahan-lahan terbuka oleh salah seorang petugas keamanan rumah gue.
Masih dengan tangan kiri, gue mengendalikan kemudi menuju rumah Reve. Gue meringis pelan begitu merasakan selai cokelat yang Laurent oleskan terlalu banyak hingga membuat gue mempercepat prosesi sarapan gue dan langsung memegang kemudi dengan dua kendali tangan.
Tangan kiri gue menjalar menuju laci mobil untuk mengambil earset yang langsung gue semat di telinga kiri gue. Gue menatap ponsel sejenak untuk menekan speed dial nomor satu. Reve.
"Halo.. kamu dimana, jan?"
"Kamu keluar rumah aja, aku udah mau nyampe.." sahut gue sambil memutar kemudi mengarahkannya menuju rumah Reve. "Udah turun belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSeorang cowo yang sangat populer dikalangan cewe ini memiliki banyak masalah dalam kisah cintanya. Lorenzan Barzelius namanya. Namun saat ia duduk dibangku SMA, seorang cewe berparas cantik nan cuek yang bernama Revendish Avogadro berhasil memikat h...