Chapter Twenty Five

44 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah menyambut Reve hari ini yang sudah siap dengan pakaian kasualnya. Ia membenarkan posisi rambutnya yang tergerai lembut disisi lehernya. Reve menuruni anak tangga sambil menyandang tali tas dipundaknya. Reve mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan singkat untuk seseorang.

Setelah selesai mengirim pesan, Reve membuka penutup belakang ponselnya dan mengambil simcard dari sana, memasukkan sebuah simcard baru, dan kembali menutup ponselnya. Simcard yang berada dalam genggamannya ia simpan didalam saku celananya.

"Udah siap?" Tanya ayah Reve.

Reve mengangguk, "ayo, yah.."

Perjalanan menuju bandara tidak memerlukan waktu lama karena matahari yang belum menampilkan wujudnya dan kehidupan kota Jakarta masih terlalu dini untuk dimulai.

Setibanya di Bandara Soekarno Hatta hanya menyisakan waktu sepuluh menit sebelum melakukan check in. Reve hanya memerlukan beberapa detik untuk melenyapkan simcard yang sejak tadi ada disaku celananya. Urusan terakhirnya pun usai.

Pengeras suara memberitahukan jadwal penerbangan dengan tujuan London, Inggris akan segera dilaksanankan. Ayah Reve dan Reve berjalan menuju garbarata untuk check in kabin kelas eksekutif.

Tidak menunggu waktu lama, mereka pun menghempaskan diri di tempat duduk kabin eksekutif. Reve menonaktifkan ponselnya dan mengambil i-pod dari dalam tas-nya. Ia menyambungkan portabel headset dan memasangkannya pada telinganya. Lagu-lagu mulai mengalun di telinga Reve, membuatnya memejamkan mata. Good Bye, Indonesia.

* * *

Bel masuk berbunyi panjang. Jerry menatap gusar kursi kosong didepannya. Tidak biasanya Reve terlambat masuk sekolah. "Zakki!" Panggil Jerry pada Zakki yang berada diseberang mejanya. "Reve izin nggak masuk?" Ia bertanya langsung.

"Nggak.." jawab Zakki heran. "Oh iya. Reve kemana, ya??" Serunya pada seisi kelas yang segera terdiam dari riuh rendahnya karena pertanyaan Zakki. "Ada yang dapet pesan izin dari dia?"

Gumaman tidak jelas terdengar diseluruh sudut kelas.

"Nggak ada yang liat?"

Tiba-tiba pintu kelas X Ipa.1 terbuka, menampakkan Renzan di ambang pintu. "Ada yang liat Reve?" Tanya Renzan langsung.

Seisi kelas melempar pandangan bingung.

"Dia belum dateng. Emang lo nggak dikabarin..?" Sahut Zakki menjawab pertanyaan Renzan.

Renzan menggeleng bingung. Libur pekerjaan barunya baru saja dimajukan satu hari dan tepat pada hari ini ia berniat untuk tidak menunda permintaan maafnya pada Reve, namun orang yang dicarinya justru tidak ditemukan dikelasnya.

Renzan menoleh saat tepukan halus mendarat dipundaknya. "Eh, Bu Iis..." tanggap Renzan ramah sambil menepi memberi jalan untuk Bu Iis dan.... seorang gadis berkacamata.

Sontak seisi kelas kembali bergumam melihat seorang murid baru yang tengah berjalan mengekori Bu Iis ke tengah kelas. Renzan tetap bergeming ditempatnya.

"Nggak ada tempat duduk lagi, kan..." gumam Rachel.

Mayra mengangguk setuju, "mau duduk dimana tuh, anak baru?"

"Selamat pagi..." Bu Iis menyapa. "Kelas kita kedatangan murid baru hari ini, silahkan perkenalkan namamu.."

Murid baru itu mengulas senyum, "selamat pagi, nama saya Fasyara Diani. Bisa dipanggil Fasya. Saya pindahan dari SMAN 75 Jakarta.." ujarnya ramah.

"Mau duduk dimana, bu?" Andri menyeletuk santai yang langsung diiringi gelak tawa.

"Fasya duduk ditempat Revendish.."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang