Chapter Twenty One

37 3 0
                                        

Bulan Januari ini sudah memasuki minggu ketiga. Kegiatan mendata peserta lomba yang ditugaskan pada Jerry dan Reve pun telah selesai, hanya beberapa perlombaan yang tersisa untuk diperjuangkan. Kegiatan yang memaksa mereka berdua untuk selalu sibuk mampu mengurangi kehampaan hati Reve.

Kesibukan ini mampu menghibur Reve karena sejenak ia dapat melupakan permasalahannya dengan Renzan saat itu. Kesibukan ini juga membantu Reve melewati hari-harinya yang terasa berlangsung lama. Ia sering menghabiskan waktu bersama Jerry karena tugas ini. Bahkan ia mengakui kemampuan Jerry saat menghiburnya yang terkadang jenuh menghadapi semuanya.

Reve menyukai Jerry sebagai teman dekat. Hanya sebagai teman dekat dan kenyataan itu tidak lebih. Sama seperti posisi Alvin dengannya, mereka teman dekat dan tidak ada kata lebih dari itu. Jerry selalu berusaha membuatnya nyaman dalam kondisi apapun. Seisi kelas bahkan mencurigai mereka memiliki hubungan lebih dari teman dekat.

"Kita nggak lebih dari temen kok.." tandas Reve saat seisi kelas mulai menanyakan hubungannya pada sebuah kesempatan.

Semua kecurigaan itu mulus terjadi karena ketidakhadiran Renzan dan kedekatan Jerry dengan Reve belakangan ini. Berita renggangnya hubungan Renzan dengan Reve pun menyebar luas. Berita ini membuat banyak perempuan bersyukur meskipun dalam berita itu telah diketahui bahwa Renzan menyakiti Reve.

Namun Reve tidak pernah memberi pernyataan atas berita itu. Setiap pertanyaan yang berkaitan dengan Renzan, Reve tidak pernah mau menjawab atau menjelaskannya. Ia bukan tidak mau,tapi ia tidak bisa menjelaskan hubungan yang sedang dijalaninya saat ini.

"No comment.." hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Reve setiap pertanyaan tentang Renzan yang ditujukan padanya.

Mungkin dari seisi sekolah yang dapat mengerti posisi dan keadaan Reve hanya Aurel, Alvin, Jerry, dan Zafran. Mereka tidak pernah mempertanyakan mengenai Renzan pada Reve. Mereka sudah mengerti tanpa harus dijelaskan.

Bahkan pada hari ini, hari kepulangan Renzan dari Berlin, Alvin harus mendatangi Reve untuk memberitahu kabar ini padanya.

                             * * *

Alvin menyeka keringat didahinya lalu mengambil sebotol air mineral. "Ojan nggak ngabarin elo?" Tanya Alvin pada Reve yang tengah duduk dikursi tribun. Reve menggeleng. "Aah.. gue yakin dia juga belum nelfon lo.." lanjut Alvin terdengar jengkel.

"Kabar apa emangnya?" Tanya Reve akhirnya. Ia mempunyai niatan untuk segera mengakhiri pembicaraannya dengan Alvin karena ia melihat sekelompok penggemar Alvin tengah menunggu ditepi lapangan basket. "Gue nggak ganggu lo, kan?"

Alvin tertawa pelan. "Ya jelas nggak. Kan gue yang nyuruh lo dateng kesini.."

Reve menunjuk kelompok penggemar Alvin dengan dagunya. "Kayaknya abis dari sini gue dicegat sama mereka.." sungutnya jengkel.

"Nanti gue anter kekelas.." tukas Alvin. "Oke. Jadi gue punya kabar bagus buat lo. Ojan pulang hari ini. Dia mendarat di Soetta nanti sore. Lo mau dateng, kan?" Ujarnya.

Reve mengerutkan kening, "dateng kemana?"

"Ya bandara, lah.." sergah Alvin. "Gue tahu lo belum bisa maafin dia. Tapi apa nggak sebaiknya kalian baikan?" Tanyanya hati-hati.

Reve menghela napas, tidak berniat untuk menjawab.

"Atau.. lo sekarang suka sama Jerry?"

Reve tertawa ringan, "tau nggak? Lo nanya kayak gitu tuh kayak pertanyaan 'apa gue suka sama lo?' Ya nggak lah. Dia temen gue.."

Alvin menggendikkan bahu. "Yah.. mungkin aja. Kalian terlalu deket untuk nggak menimbulkan pertanyaan.." tanggapnya santai. "Gue akui Ojan brengsek, gue juga. Tapi kali ini dia kelewatan. Dia bener-bener nggak minta maaf atau sekedar ngirim pesan. Wah.. kapan-kapan harus gue kasih pencerahan.." ujarnya panjang.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang