Randall menatap kakaknya yang tengah tertidur. Ia mengalihlan pandangan ke arah luar jendela kamar rawat kakaknya.
Sudah empat hari ini ia kurang tidur karena menjaga kakaknya semalaman penuh.
Randall menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Langit hitam perlahan berubah warna menjadi biru tua, menandakan bahwa sebentar lagi pagi menjelang. Ia memutuskan untuk pergi keluar karena kakaknya sudah sadar dari kondisi kritisnya. Setidaknya kalaupun terjadi sesuatu, kakaknya dapat membela diri.
Sepeninggal Randall, Renzan membuka matanya perlahan. Kondisi aman, tidak ada satu orang pun yang menjaga di kamarnya.
Dengan paksa ia melepas slang infus dan melompat turun mendekati sofa lalu mengambil tas milik Randall. Perkiraannya tepat saat ia menemukan pakaian lengkap Randall disana.
Dengan cepat Renzan mengganti baju pasiennya dengan pakaian milik Randall. Sekali lagi tepat dengan perkiraannya, Randall pasti membawa sepatu ganti untuk pergi kuliah. Ia mensyukuri bahwa ia cukup mengenal baik adiknya.
Renzan berjalan ke arah pintu keluar dan membuka pintunya perlahan. Ia tersentak saat melihat beberapa penjaga tetap berada diposisinya.
Renzan berpikir cepat, ia kembali mengorek isi tas Randall dan beruntung menemukan sebuah topi yang merupakan sebuah gaya yang di sukai Randall.
Setelah dirasa cukup serupa dengan sosok adiknya, Renzan berjalan dengan penuh percaya diri keluar dari kamar rawatnya. Berhasil, para penjaga yang melihat Renzan hanya meliriknya sepintas karena mengira sosok dengan topi itu adalah Randall.
Setelah bebas dari pengawalannya sendiri, ia bergerak cepat keluar dari gedung rumah sakit dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap adiknya.
Renzan berjalan cukup jauh dari rumah sakit, ia pun menghentikan sebuah sarana angkutan bermotor yang kebetulan lewat didekatnya, pergi menuju kediamannya.
* * *
Setelah cukup lama menyegarkan diri, Randall melihat mobil mercedes milik adik perempuan nya memasuki pelataran rumah sakit. Hal itu menandakan bahwa ia harus segera kembali ke kamar rawat kakaknya.
"Tuan Randall? "Tegur salah satu penjaga.
Randall menghentikan langkahnya, "ya? "
"Bukannya tadi pake topi? "Tanya penjaga itu heran.
Dahi Randall berkerut heran, "dari tadi saya nggak pake~" tepat setelah ia menyelesaikan ucapannya, spontan ia berlari menuju kamar rawat kakaknya diikuti para penjaga.
Pintu kamar rawat Renzan terbuka keras dan Randall tidak mendapati kehadiran kakaknya disana. Tas miliknya pun juga berantakan. Randall menghela napas panjang.
"Bagaimana Tuan Randall? "
Randall menoleh ke belakang, "apa gue semirip itu dengan abang gue?? "
"Iya? "Sahut penjaga itu tidak mengerti.
Randall mendengus jengkel. Dengan acuh ia melangkahkan kaki mendekati isi tas nya yang berserakan. Ia mulai merapihkannya satu persatu.
"Bang Randall!! " jerit Laurent tiba-tiba. "Bang Ojan mana? "
Randall menengadah, "dia pergi. Udah sehat.. "Jawabnya sekenanya. Ia bangkit berdiri dan menyandang tas nya mendekati Laurent. "Lo balik aja. Gue juga mau balik.. "
"Tapi bang Ojan?? " sanggah Laurent bingung.
Randall menggeleng, "lo tenang aja. Dia yang lebih tau sama kondisi tubuhnya. Dia pasti baik-baik aja.. "Ujarnya untuk menenangkan Laurent.
Randall melangkah pergi sambil menempelkan layar ponselnya di telinganya. "Detektif, saya yang mengambil alih kasus penembakan kakak saya, saya sendiri yang akan mengurusnya. Jangan beri laporan ini pada siapapun termasuk sekretaris ataupun pengawalanya. Karena saya yang akan mengurusnya sendiri. "
"Baik tuan.. " jawab seseorang di seberang sambungan.
Randall memutuskan sambungan lalu mendengus jengkel. Gue janji bakal bikin Johanes Sthefan membusuk di penjara. Batin Randall kesal.
* * *
Haaay... Aku comeback lagi nih setelah sekian lama terakhir update. Doain semoga cepet selesai yaa..
Happy Reading..
😎 😍😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSeorang cowo yang sangat populer dikalangan cewe ini memiliki banyak masalah dalam kisah cintanya. Lorenzan Barzelius namanya. Namun saat ia duduk dibangku SMA, seorang cewe berparas cantik nan cuek yang bernama Revendish Avogadro berhasil memikat h...