From: Sally
Ini nomornya Kak Dendy bukan ya?Dendy mengerutkan keningnya. Ia lekas membalas pesan singkat tersebut.
To: Sally
Iya. Sally adiknya Indra kan?Ia menaruh teleponnya dan kembali membaca dokumen yang sempat terhenti tadi. Baru saja, ia ingin mengambil pulpen di dekatnya. Seseorang mengetuk pintu ruang kerja.
"Masuk!" teriak Dendy.
"Maaf, Pak. Ada yang ingin bertemu bapak. Dia belum buat janji tapi dia bawa kartu nama Bapak Indra," jelas sekertarisnya itu.
Dendy mengerutkan keningnya. "Siapa namanya?"
"Sally, Pak!"
"Suruh masuk, cepat!" Dendy berdiri dan membenarkan letak jasnya.
Sekertarisnya itu melangkah keluar dan tidak lama Sally memasuki ruang kerja Dendy. "Sally," sapa Dendy yang kini melangkah keluar dari mejanya.
"Kak Dendy," balas Sally.
Ia ikut melangkah menghampiri Dendy. "Maaf ya kak, gue nggak buat janji dulu sama kakak, tadi juga sms gue bingung, jadinya berani aja ngomong sama sekertaris di depan. Terus pake kartu nama sakti punya Kak Indra."
"Hahahaha ... besok-besok jangan minta kartu nama Indra. Minta CC platinumnya," celetuk Dendy.
Sally menahan tawanya.
"So, ada yang bisa gue bantu?" Dendy merenggangkan kedua tangannya dan menaikan alis.
"Gini, Kak." Sally menahan kalimatnya.
"Oh ya duduk dulu, udah kaya lagi di setrap aja berdiri." Dendy melangkah menuju sofa yang tidak jauh dari mejanya.
Sally ikut mendudukan tubuhnya di bagian depan dirinya.
"So?" tanya Dendy kembali.
"Gue mau minta tolong sama kakak," ucap Sally.
Dendy menegakan tubuhnya. "Tolong apa?"
"Kakak tau kan gue seorang penulis?" tanya balik Sally.
Dendy menganggukan kepalanya. "Gue sedang melakukan riset kecil untuk novel gue selanjutnya," jelas Sally yang mengernyitkan wajahnya.
"Riset tentang apa?" tanya Dendy.
"Tentang seorang CEO muda yang sukses, tapi jones." Sally tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigi putihnya. Sebenarnya, ia lebih menahan rasa canggung untuk mengatakan hal tersebut pada Dendy.
"Ilah, nusuk amet. Milihnya gue lagi. Ngenes amet kayanya," ketus Dendy.
Sally tercengang dan seketika tawanya meledak "Huahahahaha ... Kak Dendy, mukanya melas banget."
"Puas ... Puas!" pekik Dendy.
"Yah, Kakak jangan ngambek. Sumpah, jelek banget mukanya." Sally berusaha menahan tawanya dengan susah payah.
"Ck, lagian nulis cerita yang aneh-aneh aja sih. Tulis aja yang banyak ena-enaknya. Gue jamin langsung booming tuh buku. langsung best seller nantinya," kini Dendy tersenyum seakan ia mendapatkan sebuah ide cemerlang.
"Kata Kak Indra dosa, Kak. Nanti tulisan kita juga diperhitungkan di akhirat. Makanya selama ini gue cuma nulis setengah ena," jelas Sally serius.
"Setengah ena kaya apaan emangnya?" tanya Dendy yang tertarik.
"Ya, gitu deh. Ih Kak, lagian gue juga belum pernah ena-ena. Harusnya gue yang tanya ke Kakak." Sally menarikan satu jarinya dan menunjuk Dendy dengan cepat.
"Lah, sama emang gue juga belum pernah ena-ena." Dendy membela dirinya.
"Tapi, kata Kak Indra kakak pernah ena-ena sama sekertaris Kakak dulu. Ya kan?" todong Sally.
"Kaga jadi." Dendy menggelengkan kepalanya.
"Masa?"
"Iya!"
"Kata Kak Indra iya kok. Katanya sampai Kak Dendy tepar nggak kuat," ucap Sally dengan wajah seriusnya.
"Anjir, Indra udah pitnah gue. Awas aja tuh orang," ketus Dendy.
"Jadi?" tanya Sally yang memajukan tubuhnya, meminta penjelasan padanya.
"Kaga lah. Gue masih pejaka tau." Ujarnya penuh keyakinan.
"Oh ... berarti pas kan tuh sama tokoh di cerita gue. Kesian amet ya itu CEO nasibnya ckckck." Sally memonolog.
"Terus risetnya ngapain? ada riset bagian keperjakaan juga nggak?" tanya Dendy yang menyandarkan punggungnya dan membuka kancing jasnya.
Sally hanya membuka mulutnya lebar-lebar mendengar penuturan Dendy, yang dengan santainya ia berbicara. "Ye, bengong lagi. Gimana?" tanya Dendy yang menahan tawanya.
Sally menarik napas. "Selama 30 hari aja, gue ikut kemana pun Kakak pergi. Gue akan memperhatikan kegiatan Kakak. Seperti apa kesibukan seorang CEO terkenal-"
"Dan tampan." Potong Dendy pada penjelasan Sally.
Sally memutarkan kedua matanya. "Whatever. Intinya ya, tokoh gue nantinya, akan mirip seperti Kakak. Nggak apa-apa kan?" tanya Sally hati-hati.
"Lo tulis aja biografi gue sekalian, Sel!" ujar Dendy.
"Yah, gak menarik," celetuk Sally yang lekas menutup mulut dengan kedua tangannya.
Dendy mendelik kesal.
"Hehehe ... sorry Kak. Keceplosan," cengir Sally.
"Ya sudah. Mulai kapan?" tanya Dendy yang menatap jam di tangannya.
"Minggu depan aja gimana? tapi mulai lusa, gue sudah siap-siap buat cari bahan, kaya tanya-tanya sama karyawan sini gimana Kakak dimata mereka. Boleh?"
"Boleh. Nanti kalau ada yang ngomongin gue jelek bilang yak. Biar gue pecat!" Dendy menganggukan kepalanya yakin.
"Ih, jahara!" seru Sally.
"Hahahaha ... bercanda."
"Oke deh, Kak. Makasi waktunya." Sally berdiri dan bersiap berpamitan.
"Udah siang. Temenin gue makan siang yuk," ajak Dendy yang kini melangkah ke meja dan mengambil kunci mobil di dalam laci.
"Asik, belum apa-apa udah ditraktir!" seru Sally senang.
"Tulis gue yang bae-bae ya." Pinta Dendy sembari membukakan pintu untuk Sally.
"Yee ... dia nyogok!" balas Sally.
Dendy mengedipkan mata dan kini keduanya mulai asik bercerita satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SOMPLAK (TERBIT)
Humor#1 in newadult. AVAILABLE ON ONLINE BOOKSTORE. SEBAGIAN PARTS SUDAH DIHAPUS. ✖️✖️✖️✖️✖️ Selama 30 Hari Sally harus mengikuti bahkan tinggal satu atap dengan Dendy, seorang CEO sukses, tampan, kaya raya sayangnya berstatus Jones demi riset kepenu...