HARI KE-18

31.3K 2.4K 647
                                    

"CIRENG!" kali ini Dendy menggedor pintu kamar Sally dengan cukup kencang.

"BUKA!" teriaknya lagi sembari berusaha membuka pintu.

Sally melangkah membuka kunci pintu dan akhirnya terbuka.

"Ya ampun pucet banget, lo-" belum selesai Dendy berbicara, Sally berlari ke dalam kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutnya.

Dendy ikut berlari dengan panik ia membantu Sally yang menundukan tubuh di depan toilet.

"Sana," lirih Sally yang mengusir Dendy.

Dendy menghiraukannya, ia kini mengambil sebuah pengikat rambut dan mengikat rambut panjang Sally dengan lihai.

Sally berdiri dan berkumur. Dengan langkah gontai ia menaiki tempat tidur dan merebahkan tubuh.

"Jadi ?" tanya Dendy.

Sally mengerutkan kening. "Apanya yang jadi?"

"Positif dong?" tanya Dendy.

PLAK

"Kenapa gue ditabok? seneng banget sih lo nyiksa gue" Dendy mengusap pipi.

"Maksud lo gue hamil gitu? Lo liat bae-bae tuh video bokep kita berdua. Emangnya lo berhasil nyoblosin gue waktu itu?" Sally yang kini menarik selimut dan berbalik memunggungi Dendy.

"Ih gue kan cuma bercanda," rengek Dendy.

Dendy berdiri dan kini membuka jas, dasi, serta kemeja dan hanya menyisakan kaos putih tipisnya.

Sally yang memandang Dendy sedang mencopoti baju seketika mendudukan tubuhnya. "Lo mau ngapain buka baju segala?" tanya Sally bingung.

"Gue nggak jadi ke kantor, hari ini gue di rumah. Kita main dokter-dokteran ya?" ujar Dendy yang sekarang melangkah keluar kamar menuju dapur. Bersiap untuk membuatkan bubur.

Sally merebahkan kembali tubuh, berusaha untuk kembali tertidur, tapi sayang karena sakit di kepalanya ia hanya bisa menatap langit-langit kamar.

Merasa bosan ia mengambil buku catatan.

***Catatan Sally : Baru kali ini gue bersyukur dikasih sakit. Gue bisa amanin Jambul dari si Kikil ganjen.

Tidak berapa lama, Dendy memasuki kamar dengan membawa semangkuk bubur, segelas air putih hangat dan obat. "Oke. Sarapan dulu," Dendy mengambil mangkuk berisi bubur dan bersiap menyuapi Sally.

"Eh tunggu," Dendy menarik laci di samping tempat tidur, diambilnya sebuah termometer. Ia menyalakannya dan memberikan pada Sally. " Taro diketek."

Sally menuruti perintah Dendy.

"Ini makan," Dendy menyodorkan sesendok bubur dan dengan cepat Sally memasukannya ke dalam mulut.

Termometer berbunyi, diambilnya oleh Sally dan di baca angka yang tertera pada layar, "39,9 derajat celsius."

"Setdah, jidat lo bisa buat ceplok telor itu," celetuk Dendy.

Sally tidak menanggapi, ia hanya terdiam dengan wajah lesu.

"Ini habisin terus minum paracetamolnya," Dendy kembali menyuapi Sally, hingga bubur yang berada di mangkuk tersebut habis tidak tersisa.

Ia kini memberikan sebuah tablet penurun panas dan segelas air pada Sally. Diperhatikannya baik-baik sampai Sally selesai meminumnya. "Sekarang bobo," ujar Dendy yang membawa semuanya kembali ke dapur.

Sally menarik selimut dan kembali berusaha tertidur. Berkali-kali ia membolak-balikan tubuhnya tetap saja nihil untuk tertidur, bahkan ia merasa tubuhnya mulai menggigil kedinginan.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang