HARI KE-4

48.3K 3.1K 287
                                    


"Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kak."

"KAK DENDY!" teriak Sally sembari mengetuk pintu kamarnya.

"KAKAK!" teriaknya lagi, kali ini ia menggedor keras pintu kamar Dendy.

Masih tidak ada suara dari dalam kamarnya, ia mendorong handle pintu tersebut, dan ternyata terbuka. Pintu kamar Dendy tidak terkunci. Sally melangkah memasuki kamarnya. Ia terhenti di sisi tempat tidur dan menatap Dendy yang masih tertidur dengan nyenyak, sembari memeluk Cacan.

Ia lekas mengambil handphone dari dalam kantung celana, mengambil beberapa kali gambar Dendy sembari tersenyum nakal. "Mampus lo, Kak. Kartu lo di tangan gue!" ucapnya pelan.

Ia kini melangkah ke arah jendela, membukanya agar cahaya bisa masuk ke dalam kamar.

"WOY SILAU," teriak Dendy yang membalikan tubuhnya dan menutup wajah dengan Cacan.

Sally kini beralih pada jam alarm yang sudah berbunyi sejak 1 jam yang lalu tanpa henti. Ia menekan bagian atas, dan akhirnya suara bising tersebut terhenti. "Kuping lo mesti diperiksa kayanya, Kak. Ini alarm nyampe ke kamar gue, tapi lo masih bisa tidur. Budek tingkat om bolot lo," ujar Sally.

Dendy tidak menanggapi, ia masih terdiam dengan napas teratur.

"KAKAK BANGUN!" kini Sally berteriak sembari menarik guling yang tengah dipeluk oleh Dendy.

"Cacan!" teriak Dendy yang terduduk dan berusaha mengambil guling dari tangan Sally.

"Bangun lo, udah jam 9 bukannya lo ada meeting jam 10?" tanya Sally yang memegang gulingnya.

Dendy terdiam dan menatap jam di meja kecil disamping tempat tidur. "ANJAY GUE TELAT!" Dendy meloncat dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi.

"Huahahaha ...." pecah tawa Sally. Ia melempar guling tersebut, dan kini mengambil jam yang sudah ia percepat 2 jam. Membenarkannya kembali sembari terus tertawa. "Sukurin lo, kebo sih jadi orang."

~~~

Dendy keluar dari kamar, lengkap dengan jas serta tas kerjanya. Ia terdiam, menatap Sally yang sedang sibuk di dapur. "Kok lo masih santai aja? mau ikut ke kantor kaga?" tanya Dendy.

"Ikut lah," santai Sally yang memasukan telur acak, serta roti bakar ke atas piring.

"Kok belum siap-siap? kita telat neh!" Dendy yang sedang memakai sepatunya.

"Liat bae-bae jamnya." Sally menunjuk jam di dinding dengan wajahnya.

"Lah, tadi bukannya udah jam 9 pas gue bangun?" Dendy mencocokan dengan jam di tangannya, dan juga handphone miliknya.

"Makanya jangan ngigo pagi-pagi, Kak. Semalam mimpi basah lo ya?" Sally menuangkan teh hangat ke dalam 2 buah cangkir.

"Enak aja!" jawab Dendy.

"Mau scrambled eggs?" tanya Sally yang menatap Dendy dari kitchen set.

"Boleh." Dendy melangkah menuju meja makan dan menarik kursi di depannya.

"Telunya mau berapa?"

"Dua aja biar sama kaya punya gue."

Sally menatap sebentar pada Dendy dan kini kembali beralih pada pan panas di tangannya.

"Enak juga ada lo disini, tiap hari masakin buat gue yak!" seru Dendy, yang kini menupu satu tangannya di meja.

"Wani piro?" tantang Sally.

"Ilah, apa-apa perhitungan lo."

"Yah namanya juga penulis. Royalti dapatnya cuma 10 persen dari harga buku." Sally membawa dua buah piring. Satu untuknya dan satu lagi untuk Dendy. Ia kembali dan membawa dua buah teh hangat.

Kini keduanya terdiam, fokus pada sarapannya masing-masing.



***Catatan Sally : Puas gue ngerjain si Jambul. Asli muka bangun tidurnya kocak banget pas kaget, dia gak sadar pula cuma pake kancut kuning doang pas lari ke kamar mandi. Puas gue puas. Anw, gue liat lagi foto-foto dia pas lagi tidur ih mukanya unyu banget.

~~~


Seharian Sally hanya berada di ruang kerja Dendy. Ia sudah tidak lagi mengikuti segala meeting yang dilakukan Dendy seharian penuh. Ia sudah mulai mengerjakan novel terbarunya yang berjudul CEO Somplak.

Sesekali, ia berdiri untuk merenggangkan tubuhnya dan berjalan ke setiap sudut ruangan, atau menatap pemandangan dari jendela di belakang meja kerja Dendy. Sally berdiri dan terdiam di depan meja tersebut. Di lihatnya lekat-lekat.

"Duh, kepo deh gue. Moga-moga masih lama meeting-nya," Sally mulai mendudukan tubuh di kursi hitam besar milik Dendy. Di bukanya laci sebelah kanan. Ia mulai mengamati satu persatu benda yang berada di dalamnya. "Gak ada yang menarik."

Ia beralih pada laci sebelah kiri. Kembali, ia mengamati satu persatu. Merasa cukup, ia menutupnya. "Kok gak ada foto atau apaan kek. Isinya cuma-" Sally mendengar seseorang tengah berbicara dari luar, ia lekas berlari menuju sofanya dan berpura-pura tengah mengetik sesuatu di laptop.

"Oke. Minggu depan kemungkinan saya akan ke sana. Baik. Terimakasih." Dendy menutup teleponnya dan kini beralih pada Sally.

Baru saja ia ingin memanggilnya, Lala sang sekertaris memanggilnya dari depan pintu. "Pak ada tamu." Lala memundurkan tubuh dan seseorang berjalan menghampiri Dendy.

"Selamat sore, Bapak Dendy!" ucapnya.

"Ricky," seru Dendy yang merangkul tubuh dan menepuk punggung Ricky.

"Apa kabar, Bro? lama nggak ketemu!" ucap Dendy bersemangat.

Sally yang melihatnya lekas mendirikan tubuh. "Luar biasa manteng ciptaanMu." ucapnya yang menatap Ricky tanpa berkedip.

"Gue baik. Lo susah banget di temuinya sekarang. Lain CEO sukses." Ricky menepuk lengan Dendy.

"Hai!" sapa Sally dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar.

"Loh siapa wanita cantik ini? Hai juga Nona!" Ricky mengulurkan tangannya.

Sally menyambut lengannya. "Saya Ricky!" Dan Ricky pun menjabat tangan mungil Sally, serta mencium punggung tangannya.

Merasa diperlakukan istimewa Sally hanya terdiam dengan wajah sedikit memerah dan senyuman lebarnya. Dendy yang melihat kedua hanya bisa tersenyum sinis dan melipat kedua tangan di dada.

"Sa ... Saya ... Sally." Gugupnya sembari menatap rahang Ricky.

Itu brewok kalau kena pipi gue kayanya geli-geli enak gimana gitu yak.

"Eh, gue main cium aja. Ini cewek lo, Den? Maaf ya," ujar Ricky merasa bersalah.

"BUKAN!" teriak Sally yang mendahului ucapan Dendy.

"Aku adiknya, Indra. Temannya si Jambul, eh Kak Dendy maksudnya," jelas Sally.

"Oh, gitu," balas Ricky.

"Kita ngobrol di cafe bawah aja yuk." Dendy menarik lengan Ricky.

"Ikut dong, Kak!" Sally berjalan mengikuti keduanya dari belakang.

Sayang baru sampai di depan pintu, Dendy menaruh telapak tangan besarnya pada wajah Sally dan mendorongnya.

"Lo. Diem. Disini." Dendy menutup pintu ruang kerjanya kencang.

***Catatan Sally : RICKY !!! Astaga.. astaga demi Dendy yang masih pejaka. Itu LAKIK MATENG MATENG MATENG ya Tuhan brewoknya minta digoda banget. Badannya tegap, tinggi. Duh, itu sedep banget kalau dipangku sambil elus-elus bulunya. Si Jambul resek banget gak mau kasih tau dia siapa. Sampe pulang tadi dia main langsung masuk kamar aja.
Awas lo Jambul.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang