Jembatan Wiwilibrücke adalah salah satu ikon kota Freiburg. Jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara bagian Stühlinger dan Altstadt Freiburg. Dulunya lebih dikenal dengan nama Stühlingerbrücke.
"Mau naik ke atas besi jembatannya nggak?" tanya Dendy tepat di samping besi yang penyanggah yang berwarna biru.
"Boleh emangnya ya?" Sally melihat beberapa orang yang juga tengah berjalan di atas tiang penyangga.
"Tuh pada naik, lagian nggak begitu tinggi. Jatuh juga palingan semeter ke jalan samping bukan ke bawah rel kereta api. Lo nggak takut ketinggian kan?" Dendy sedikit ragu melihat raut cemas pada Sally.
"Dikit sih. Tapi pengen naik," cengir Sally.
"Tenang ada Kangmas. Kalau kata lagu, Superman got nothing on me." Dendy mengedipkan matanya.
Sally mengerutkan kening. "Kancutnya dipake di luar dong?" celetuk Sally.
"Ck, omes!" Dendy menarik lengan Sally dan kini ia mulai melangkah menaiki tiang penyangga.
Sally melangkah dengan hati-hati, bahkan ia harus menggengam tangan Dendy dengan kedua tangannya erat-erat. "Stop. Liat!" ujar Dendy.
Sally memandang pemandangan di bawahnya, sebuah kereta melintas tepat di bawah jembatan. Sensasi udara yang berhembus dari kereta serta pemandangan kota dari ketinggian membuatnya takjub.
"Keren, Kak!" seru Sally.
Dendy tersenyum menatap wajah Sally dari samping. Lama ia menatapnya lekat-lekat. Gue suka kalau lo tersenyum. Bantin Dendy. Dendy beralih ikut menatap pemandangan kota.
Kini giliran Sally yang menoleh, menatap wajah Dendy dari samping. Terus tersenyum seperti itu, Kak. Tersenyum bukan hanya untuk orang lain, tapi juga untuk diri lo sendiri. Sally melepaskan genggaman dan merentangkan kedua tangannya.
"Ya ilah, puter balik badan lo!" Dendy yang menggeser kedua bahu Sally agar tubuhnya berbalik memunggunginya.
"Apaan sih, Kak. Nanti gue jatoh!" Sally kembali menggengam tangan Dendy.
"Kan tadi lo mau kaya titanic? nah gue kudu di belakang lo, meluk lo. Kan gue Leonardo ceritanya," jelas Dendy.
"Beda jauh keleus, udah ah aneh-aneh aja lo mah." Sally memilih melangkah turun lebih dulu.
Dendy ikut di belakangnya. "Yah lo mah nggak bisa diajak romantis," ujar Dendy yang sudah berada di samping Sally.
"Plis, muka lo nggak cocok buat adegan romantis." Sally melengos dan melangkah lebih dulu.
Dendy mengejar Sally.
Saat sampai di sampingnya, ia merangkul bahu Sally hingga menarik kepala dan mendekapnya erat. Cepat ia mengacak-acaki rambut Sally dengan gemas, hingga rambutnya benar-benar terlihat seperti benang kusut. Sally berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga. "KAKAK!!!" teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SOMPLAK (TERBIT)
Humor#1 in newadult. AVAILABLE ON ONLINE BOOKSTORE. SEBAGIAN PARTS SUDAH DIHAPUS. ✖️✖️✖️✖️✖️ Selama 30 Hari Sally harus mengikuti bahkan tinggal satu atap dengan Dendy, seorang CEO sukses, tampan, kaya raya sayangnya berstatus Jones demi riset kepenu...